Jumat, 05 Juni 2020

HARAM MENDAHULUI DAN MAKRUH MENYAMAI GERAKAN IMAM

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ وَمُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْمَعْنَى عَنْ وُهَيْبٍ عَنْ مُصْعَبِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَلَا تُكَبِّرُوا حَتَّى يُكَبِّرَ وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَلَا تَرْكَعُوا حَتَّى يَرْكَعَ وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ قَالَ مُسْلِمٌ وَلَكَ الْحَمْدُ وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا وَلَا تَسْجُدُوا حَتَّى يَسْجُدَ وَإِذَا صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا وَإِذَا صَلَّى قَاعِدًا فَصَلُّوا قُعُودًا أَجْمَعُونَ
قَالَ أَبُو دَاوُد اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ أَفْهَمَنِي بَعْضُ أَصْحَابِنَا عَنْ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ آدَمَ الْمِصِّيصِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ بِهَذَا الْخَبَرِ زَادَ وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوا قَالَ أَبُو دَاوُد وَهَذِهِ الزِّيَادَةُ وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوا لَيْسَتْ بِمَحْفُوظَةٍ الْوَهْمُ عِنْدَنَا مِنْ أَبِي خَالِدٍ

Telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Harb dan Muslim dan Ibraahiim dengan makna, dari Wuhaib dari Mush'ab bin Muhammad, dari Abu Shaalih dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : 

"Imam itu dijadikan hanyalah untuk diikuti, apabila dia bertakbir maka bertakbirlah kalian dan janganlah kalian bertakbir hingga dia bertakbir, apabila dia rukuk maka rukuklah kalian dan janganlah kalian rukuk hingga dia rukuk, apabila dia mengucapkan, 'Sami'allaahu liman hamidah' (Allah mendengar kepada orang yang memujiNya), maka ucapkanlah, 'Allahumma Rabbanaa Walakal Hamdu' (Ya Allah, wahai Rabb Kami, segala puji hanya bagiMu). Muslim menyebutkan (dengan lafazh); Walakalhamdu.

Apabila dia sujud maka sujudlah kalian dan janganlah kalian sujud hingga dia sujud, apabila dia shalat dengan berdiri maka shalatlah kalian dengan berdiri dan apabila dia shalat dengan duduk maka shalatlah kalian semua dengan duduk." 

Abu Daawud menyebutkan; Allahumma Rabbana Lakalhamdu, telah memahamkan saya sebagian sahabat kami, dari Sulaimaan; Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Adam Al-Mishshishi; Telah menceritakan kepada kami Abu Khaaalid, dari Ibnu 'Ajlaan, dari Zaid bin Aslam, dari Abu Shaalih dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya imam itu dijadikan hanyalah untuk diikuti, " dengan hadits ini, dan dia menambahkan; Dan apabila dia (imam) membaca (Al Quran) maka diamlah kalian. Abu Daawud berkata; Tambahan ini, yakni, "Dan apabila dia (imam) membaca (Al Quran) maka diamlah kalian", tidaklah terhafal, dan kesalahan pada kami dari Abu Khaalid. 
(HR. Abu Dawud, no. 603-604)

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ سُفْيَانَ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو إِسْحَاقَ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ قَالَ حَدَّثَنِي الْبَرَاءُ وَهُوَ غَيْرُ كَذُوبٍ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ لَمْ يَحْنِ أَحَدٌ مِنَّا ظَهْرَهُ حَتَّى يَقَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَاجِدًا ثُمَّ نَقَعُ سُجُودًا بَعْدَهُ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata; Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'iid; dari Sufyaan berkata; Telah menceritakan kepadaku Abu Ishaaq berkata; Telah menceritakan kepadaku 'Abdullah bin Yaziid berkata; Telah menceritakan kapadaku Al Baraa' -dan ia bukanlah pendusta- ia berkata :

"Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan 'SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH', tidak ada seorangpun dari kami yang membungkukkan punggungnya sebelum Nabi shallallahu 'alaihi wasallam benar-benar (meletakkan kepalanya) bersimpuh dalam sujud, barulah setelah itu kami bersujud." 
(HR. Bukhari no. 690)

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ وَاللَّفْظُ لِأَبِي بَكْرٍ قَالَ ابْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ الْمُخْتَارِ بْنِ فُلْفُلٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ
صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَلَمَّا قَضَى الصَّلَاةَ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي إِمَامُكُمْ فَلَا تَسْبِقُونِي بِالرُّكُوعِ وَلَا بِالسُّجُودِ وَلَا بِالْقِيَامِ وَلَا بِالِانْصِرَافِ فَإِنِّي أَرَاكُمْ أَمَامِي وَمِنْ خَلْفِي ثُمَّ قَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ رَأَيْتُمْ مَا رَأَيْتُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا قَالُوا وَمَا رَأَيْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ رَأَيْتُ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah dan 'Aliy bin Hujr sedangkan lafazh tersebut milik Abu Bakar, Ibnu Hujr berkata; Telah mengabarkan kepada kami, sedangkan Abu Bakar berkata; Telah menceritakan kepada kami 'Aliy bin Mushir, dari Al-Mukhtaar bin Fulful, dari Anas dia berkata :

"Rasulullah shalat mengimami kami pada suatu hari, ketika beliau telah menyelesaikan shalat, maka beliau menghadap kami dengan wajahnya seraya bersabda, 'Wahai manusia, aku adalah imam kalian, maka janganlah kalian mendahului aku dengan rukuk, sujud, berdiri, dan berpaling dari shalat. Karena aku melihat kalian dari arah depanku dan belakangku."

Kemudian beliau bersabda, "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di TanganNya, kalau kalian melihat sesuatu yang aku lihat, niscaya kalian akan sedikit tertawa, dan banyak menangis." Mereka bertanya, "Apa yang kamu lihat wahai Rasulullah? " Beliau menjawab, "Aku melihat surga dan neraka." 
(HR. Muslim no. 426)

حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَمَا يَخْشَى أَحَدُكُمْ أَوْ لَا يَخْشَى أَحَدُكُمْ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ قَبْلَ الْإِمَامِ أَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ أَوْ يَجْعَلَ اللَّهُ صُورَتَهُ صُورَةَ حِمَارٍ

Telah menceritakan kepada kami Hajjaaj bin Minhal berkata; Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Muhammad bin Ziyaad; Aku mendengar Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : 

"Tidakkah salah seorang dari kalian takut, atau apakah salah seorang dari kalian tidak takut, jika ia mengangkat kepalanya sebelum Imam, Allah akan menjadikan kepalanya seperti kepala keledai, atau Allah akan menjadikan rupanya seperti bentuk keledai?"
(HR. Bukhari no. 691)

Berkata Imam Ibnu Qudamah rahimahullah :

ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﻗﺪﺍﻣﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻐﻨﻲ : ﻭﺍﻟﻤﺴﺘﺤﺐ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺷﺮﻭﻉﺍﻟﻤﺄﻣﻮﻡ ﻓﻲ ﺃﻓﻌﺎﻝ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﻓﻊ ﻭﺍﻟﻮﺿﻊ ﺑﻌﺪ ﻓﺮﺍﻍ ﺍﻹﻣﺎﻡﻣﻨﻪ ﻭﻳﻜﺮﻩ ﻓﻌﻠﻪ ﻣﻌﻪ ﻓﻲ ﻗﻮﻝ ﺃﻛﺜﺮ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ . ﺍﻧﺘﻬﻰ .

“Dianjurkan bagi seorang makmum untuk memperhatikan gerakan dalam melakukan shalat, baik ketika hendak naik atau turun. Seorang makmum harus melakukannya setelah imam sudah pada posisinya. Serta merupakan hal yang makruh jika seorang makmum melakukan gerakan bersamaan dengan gerakan imam, sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama.” 
(Al Mughni)

Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan :
“Zhahir hadits ini memberikan konsekuensi haramnya mengangkat kepala sebelum imam mengangkat kepala”.
(Fathul Bari, 2/567)

Beliau melanjutkan :
“Berdasarkan hadits inilah Imam An Nawawi menegaskan haramnya (mendahului gerakan imam –ed.) dalam Syarh Al Muhadzdzab. Jumhur ulama berpendapat haramnya hal itu namun mereka berpendapat bahwa orang yang melakukannya shalatnya tetap sah. Terdapat riwayat dari Ibnu ‘Umar beliau berpendapat bahwa shalat orang yang demikian batal. Inilah pendapat Imam Ahmad dalam salah satu riwayat dan ini juga pendapat Madzhab Zhahiriyah. Berdasarkan kaidah bahwa adanya larangan pada sesuatu menunjukkan batalnya sesuatu tersebut. Dalam Al Mughni dari Imam Ahmad bahwa beliau mengatakan dalam risalahnya ‘Tidak ada shalat bagi orang yang mendahului imam’ berdasarkan hadits ini. Beliau mengatakan, ‘Walaupun bagi orang yang demikian teranggap shalat dan sungguh diharapkan dia mendapatkan pahala namun tidaklah diragukan bahwa dia akan mendapatkan dosa (atas perbuatannya mendahului imam –ed.)’.”
(Fathul Bari, 2/567)

Pendapat yang kuat tentang hal tersebut antara lain :

Apabila seorang makmum mendahului imamnya dalam melakukan takbiratul ihram, maka shalatnya tidak sah tanpa ada perbedaan pendapat di kalangan ulama fiqih.

Syaikh 'Abdurrahman bin Abu 'Umar bin Qudamah rahimahullah berkata :
“Apabila dia bertakbir sebelum imamnya, maka shalatnya tidak sah, dan dia harus mengulangi takbirnya setelah imam bertakbir.” 
(Asy-Syarh Al-Kabir ‘ala Matni Al-Muqni, 1/267)

Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata : 
“Barangsiapa yang bertakbiratul ihram sebelum imamnya, maka shalatnya batal.” 
(Al-Umm, 1/156)

Namun apabila dia lalai, lupa, atau jahil akan hukumnya, maka shalatnya tetap sah, dan pendapat inilah yang dikeluarkan oleh Al-Lajnah Ad-Da’imah Li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’.

Syaikh ‘Abdullah Alu Al Bassam rahimahullah mengatakan :
“Pendapat yang tepat adalah pendapat yang disebutkan dalam risalah (Imam Ahmad -ed) tersebut, yaitu semata-mata mendahului imam dalam gerakan shalat dengan sengaja maka shalatnya batal. Inilah pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah. Karena adanya ancaman menunjukkan larangan dan larangan menunjukkan batal sesuatu yang terkena larangan”.
(Taisirul Alaam, hal. 148, terbitan Maktabah Ar Rusy, Riyadh)

Lebih jelasnya, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin berkata :
“Yang benar adalah, ketika seseorang mendahului imam dalam keadaan mengetahui (hukumnya) dan sadar, maka shalatnya batal. Apabila ia tidak mengetahui (jahil) atau lupa, maka shalatnya sah. Kecuali udzurnya (lupa, atau tidak tahu) hilang sebelum imam menyusulnya, maka ia harus kembali melakukan amalan yang dilakukan sebelum (gerakan) imam, yang ia telah mendahuluinya setelah imam. Maka apabila tidak melakukan hal tersebut dalam keadaan mengetahui dan sadar, maka shalatnya batal. Jika tidak, maka tidak batal”. 
(Syarhul Mumti’, 4/263)

Allahu a'lam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar