Senin, 15 Juni 2020

Hemat Air Wudhu

Saat hendak shalat berjama’ah di masjid, terkadang kita melihat orang berwudhu’ dengan air kran yang berlimpah, bahkan terbuang sia-sia tanpa ia pedulikan. Hal itu jelas pemborosan dan tergolong sikap berlebih-lebihan yang menyelisihi amalan Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam.

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ قَالَ حَدَّثَنَا مِسْعَرٌ قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ جَبْرٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا يَقُولُ
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْسِلُ أَوْ كَانَ يَغْتَسِلُ بِالصَّاعِ إِلَى خَمْسَةِ أَمْدَادٍ وَيَتَوَضَّأُ بِالْمُدِّ

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim berkata; Telah menceritakan kepada kami Mis'ar berkata; Telah menceritakan kepadaku Ibnu Jabar berkata; Aku mendengar Anas berkata :

"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membasuh, atau mandi dengan satu sha' hingga lima mud, dan berwudhu dengan satu mud."
(HR. Al-Bukhari no. 201)

Walaupun air yang berlimpah seperti sungai, laut dan danau tetaplah harus berhemat.

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ حُيَيِّ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِسَعْدٍ وَهُوَ يَتَوَضَّأُ فَقَالَ مَا هَذَا السَّرَفُ يَا سَعْدُ قَالَ أَفِي الْوُضُوءِ سَرَفٌ قَالَ نَعَمْ وَإِنْ كُنْتَ عَلَى نَهْرٍ جَارٍ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'iid; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Huyai bin 'Abdullah, dari Abu 'Abdurrahman Al Hubuliy, dari 'Abdullah bin 'Amru bin Al 'Aash berkata :

"Bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah melewati Sa'd yang sedang berwudhu, maka beliau bertanya: "Wahai Sa'd, kenapa kamu berbuat israf (berlebih-lebihan)?" Dia berkata; "Apa dalam wudhu juga ada israf?" Beliau menjawab: "Ya, meskipun kamu berada pada sungai yang mengalir."

(HR. Ahmad no. 6768; Ibnu Maajah no. 425 dan hadits ini memiliki Syawaahid - Mulanya Syaikh Al-Albaani dalam Irwaa'ul Ghaliil no. 140 menyimpulkan hadits ini dha’if, namun kemudian beliau rujuk dan menghasankan hadits ini sebagaimana dalam Silsilah As-Shahiihah no. 3292)

Pemboros adalah saudaranya setan.

Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

“Sesungguhnya pemhoros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat ingkar terhadap Tuhannya."
(QS. Al Isra’ : 27)

Allahu a'lam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar