Kamis, 11 Juni 2020

Penduduk Surga Tak Pernah Tidur

Terdapat sebuah hadits dari Jabir bin Abdillah dan Abdullah bin Abi Aufa radhiyallahu ‘anhum, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

النوم أخو الموت، ولا ينام أهل الجنة

“Tidur adalah saudaranya kematian, dan ahli surga tidak tidur.”

Hadits ini disebutkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 1087. Beliau menjelaskan, riwayat ini disebutkan dalam banyak buku hadits. Diantaranya adalah Al-Kamil karya Ibnu Adi, Hilyatul Auliya dan Tarikh Asbahan karya Abu Nu'aim. Beliau juga mengumpulkan berbagai jalur hadits ini, dan beliau menyimpulkan,

وبالجملة فالحديث صحيح من بعض طرقه عن جابر

“Kesimpulannya, hadits ini shahih dari beberapa jalurnya, dari sahabat Jabir.”
(As-Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 3/74)

Mereka, Allah ciptakan tidak tidur, agar bisa menikmati keindahan bersama pasangannya di surga tanpa ada putusnya. Allah berfirman,

إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ (55) هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلَالٍ عَلَى الْأَرَائِكِ مُتَّكِئُونَ (56) لَهُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ وَلَهُمْ مَا يَدَّعُونَ (57) سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ

“Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). ( ) Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. ( ) Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. ( ) (Kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.”
(QS. Yasin : 55 – 58)

Ibnu Katsir menyebutkan keterangan dari Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Said bin Musayib, Ikrimah, Hasan Al-Bashri, Qatadah, Al-A’masy, Sulaiman At-Taimi, dan Al-Auza’i, tentang firman Allah di surat Yasin ayat 55 di atas,

“Penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan.”

Para tokoh tafsir itu mengatakan,

قالوا: شغلهم افتضاض الأبكار

“Mereka mengatakan, “Kesibukan penghuni surga adalah melakukan hubungan badan dengan para gadis.”
(Tafsir Ibn Katsir, 6/582)

Kesibukan mereka ini, seperti yang tergambar dalam hadits berikut,

Dari Abdillah bin Qais radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ لِلْمُؤْمِنِ فِى الْجَنَّةِ لَخَيْمَةً مِنْ لُؤْلُؤَةٍ وَاحِدَةٍ مُجَوَّفَةٍ طُولُهَا سِتُّونَ مِيلاً لِلْمُؤْمِنِ فِيهَا أَهْلُونَ يَطُوفُ عَلَيْهِمُ الْمُؤْمِنُ فَلاَ يَرَى بَعْضُهُمْ بَعْضًا

“Seorang mukmin di surga memiliki sebuah kemah dari sebuah mutiara yang berongga, panjangnya 60 mil, dan seorang mukmin dalam kemah mutiara itu memiliki banyak istri, sang mukmin menggilir mereka sehingga sebagian mereka tidak melihat sebagian yang lain.”
(HR. Bukhari no. 3243 dan Muslim no. 7337)

Imam Al-Munawi rahimahullah menjelaskan,
“Sang mukmin memiliki istri-istri yang banyak, ia menggilir istri-istri tersebut untuk hubungan badan atau yang semisalnya, sehingga sebagian bidadari tidak melihat bidadari yang lain karena besarnya kemah mutiara tersebut.”
(Faidhul Qadir, 2/502)

Tidak ada Istilah Lelah

Meskipun mereka menjalani kesibukan dengan berbagai kenikmatan yang demikian, namun mereka sama sekali tidak merasakan capek dan kelelahan. Allah berfirman tentang penduduk surga,

وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ (34) الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ

"Para ahli surga berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. ( ) Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu”.
(QS. Fathir : 34 – 35)

Di ayat yang lain, Allah juga menegaskan,

لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ

“Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan dari surga.”
(QS. Al-Hijr : 48)

Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah Ar Rajihi

Soal :

Apakah penduduk surga itu mengalami tidur? Dan apa makna dari firman Allah Ta’ala:

{خَيْرٌ مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلًا}

“Paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya” (QS. Al Furqan : 24)

Jawab :

Penduduk surga itu tidak tidur. Sebagaimana dalam hadits :

النوم أخو الموت

“Tidur adalah saudaranya kematian.”

Sedangkan di surga tidak ada tidur dan tidak ada maut, juga tidak ada sakit, tua, resah dan gelisah, kesedihan, tidak ada buang air kecil, buang air besar, atau bau yang busuk. Wanita juga tidak ada haid, nifas, juga tidak ada dendam, kebencian, kedengkian. Mereka akan berdiri di qintharah setelah melewati shirath. Kemudian diberlakukan qishash di antara mereka. Kemudian dicabut rasa dendam dari dada-dada mereka sehingga mereka memasuki surga dalam keadaan suci murni. Allah Ta’ala berfirman :

وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ

“Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.”
(QS. Al Hijr : 47)

Adapun firman Allah :

{خَيْرٌ مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلًا}

“Paling indah tempat istirahatnya.”
(QS. Al Furqan : 24)

Maksudnya, waktu istirahat bagi seorang hamba adalah di surga. Artinya, Allah Ta’ala menghisab seluruh makhluk di hari kiamat dan menyelesaikan semuanya sekadar waktu setengah hari, lalu kemudian penduduk surga melakukan qailulah (istirahat) di surga.

{أَصْحَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلًا}

“Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya.”
(QS. Al Furqan : 24)

[Fatawa Munawwa’ah Syaikh Ar Rajihi, 2/42]

Ya Rabb, berikan kami husnul khatimah, dan kumpulkan kami bersama keluarga di surga-Mu nan penuh kenikmatan.
Aamiin



Tidak ada komentar:

Posting Komentar