Kamis, 11 Juni 2020

TIDUR SAUDARANYA KEMATIAN

Oleh : Ustadz Neno Triyono

Salah seorang sahabat radhiyallahu'anhu pernah bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

أَيَنَامُ أَهْلُ الْجَنَّةِ؟ فَقَالَ: «النَّوْمُ أَخُو الْمَوْتِ، وَلَا يَمُوتُ أَهْلُ الْجَنَّةِ

"Apakah penduduk surga itu tidur?, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : “tidur itu saudaranya kematian, sedangkan penduduk surga tidak akan mati”.

Takhrij Hadits :

Berdasarkan apa yang saya dapatkan dari kitab-kitab hadits, berikut jalan-jalan periwayatan haditsnya :

1. Dari Jabir radhiyallahu 'anhu secara marfu’. Diriwayatkan melalui beberapa jalan sebagai berikut :

A. Imam Thabrani dalam Mu’jam Ausath (no. 931) meriwayatkan dari jalan Mus’ab bin Ibrahiim, dari ‘Imraan bin Ar-Rabii’ Al-Kuufiy, dari Yahya bin Sa’id Al-Anshaariy, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jaabir radhiyallahu 'anhu :

“Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya : “Wahai Rasulullah, apakah penduduk surga itu tidur?, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab :

النوم أخو الموت ، وأهل الجنة لا ينامون

"Tidur itu saudaranya kematian, sedangkan penduduk surga tidak tidur."

Status Hadits : (lemah), Imam Ibnu Adiy dalam Al-Kaamil Fii Adh-Dhu’aafaa (no. 1847) mengatakan tentang Mus’ab bin Ibrahim –perawi haditsnya- :

منكر الحديث عن الثقات وعن غيرهم

"Mungkarul hadits dari para perawi tsiqaat dan juga dari selainnya."

B. Imam Thabrani dalam Mu’jan Ausath (no. 9061), dan Imam Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (7/90) meriwayatkan dari jalan Abdullah bin Muhammad ibnul Mughiirah, dari Sufyaan Ats-Tsauriy, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jaabir radhiyallahu anhu, dengan lafazh sama seperti point 1A.

Status Hadits : (lemah), Abdullah bin Muhammad –salah satu perawinya- dinilai Imam Abu Hatim dalam Jarh wa Ta’dil (no. 732) : “ليس بالقوى” (tidak kuat); Imam Al-Uqailiy dalam Adh-Dhu’afaa’ (no. 876) menilainya : “ويحدث بما لا أصل له” (meriwayatkan hadits yang tidak ada asalnya); dan Imam Al-Haitsami dalam Majmuz Zawaid (no. 2389) menilainya sebagai perawi dhaif.

C. Imam Baihaqi dalam Syu’abul Iman (no. 4559) meriwayatkan dari jalan Abdullah bin Muhammad bin Al-Hasan, dari Abdullah bin Haasyim, dari Mu’adz bin Mu’adz Al-Anbariy dari Sufyaan dari Muhammad ibnul Munkadir dari Jaabir radhiyallahu 'anhu :

“Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam : “apakah penduduk surga itu tidur?”, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab :

النوم أخو الموت ، ولا يموت أهل الجنة

“Tidur itu saudaranya kematian, dan penduduk surga itu tidak mati”.

Status Hadits : (lemah), Abdullah bin Muhammad bin Hasan, disebutkan oleh Imam Adz-Dzahabi dalam Al-Ibar fii Khabari ‘an Ghibar (1/128), kemudian dinukilkan persaksian dari Imam Al Hakim bahwa beliau menyibukkan dirinya dengan ilmu kedokteran.

D. Imam Abu Nu’aim dalam Sifatul Jannah (no. 90) meriwayatkan dari jalan Nuuh bin Abi Maryam dari Muhammad ibnul Munkadir dari Jaabir radhiyallahu 'anhu secara marfu, seperti lafazh point 1C.

Status Hadits : (sangat lemah), Nuuh bin Abi Maryam dikatakan oleh Al Hafizh dalam At-Taqriib, para ulama mendustakannya dalam masalah hadits.

E. Imam Abu Syaikh Al-Asbahaan dalam Thabaaqatul Muhaditsiin (no. 607) dari jalan An-Nadhaar, dari Al-Husain bin Hafsh, dari Sufyaan dari Muhammad ibnul Munkadir dari Jabir radhiyallahu 'anhu secara marfu’, seperti lafazh 1C.

Status Hadits : (hasan), An-Nadhaar dan Al-Husain dua perawi yang shaduq.

2. Dari sahabat Ibnu Abi Aufa radhiyallahu 'anhu. Diriwayatkan oleh Imam Abu Nu’aim dalam Sifatul Jannah (no. 216) dari jalan Nufa’i bin Al-Harits dari Ibnu Abi Aufa radhiyallahu 'anhu beliau berkata :

قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ النَّوْمَ مِمَّا يُقِرُّ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَعْيُنَنَا فِي الدُّنْيَا، فَهَلْ فِي الْجَنَّةِ نَوْمٌ؟ قَالَ: لَا، أَلَا إِنَّ النَّوْمَ شَرِيكُ الْمَوْتِ، وَلَيْسَ فِي الْجَنَّةِ مَوْتٌ

"Seorang laki-laki bertanya : “wahai Rasulullah, sesungguhnya tidur adalah apa yang Allah tetapkan atas mata kita di dunia, apakah nanti di surga, kita juga tidur?”, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : “tidak, ketahuilah bahwa tidur adalah mirip dengan kematian, dan di surga tidak ada kematian”.

Status Hadits : (sangat lemah), dikatakan oleh Al Hafizh dalam At-Taqriib sebagai perawi matruk, bahkan Imam Yahya bin Ma'in mendustakannya.

3. Dari Muhammad ibnul Munkadir. Diriwayatkan oleh Imam ibnul Mubarak dalam Az-Zuhud (2/70) dari jalan Sufyan Ats-Tsauri dari Muhammad ibnul Munkadir :

أَنَّهُ حَدَّثَهُمْ: قَالَ رَجُلٌ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيَنَامُ أَهْلُ الْجَنَّةِ؟ فَقَالَ: «النَّوْمُ أَخُو الْمَوْتِ، وَلَا يَمُوتُ أَهْلُ الْجَنَّةِ»

Status Hadits : (shahih) sanadnya shahih, hanya saja Muhammad ibnul Munkadir memajhulkan sahabat Nabi disini. Riwayat ini dirajihkan oleh Imam Abu Hatim, sebagaimana dinukil anaknya dalam Al-Illaal.

4. Dari Muhammad ibnul Munkadir secara mursal, disebutkan oleh Imam Al-Uqaliy dalam Adh-Dhu’aafaa’ (2/301) dari jalan Ubaidillah bin Musa, Al-Asyja’i dan Makhlad bin Yaziid dari Sufyan dari Muhammad bin Al-Munkadir dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Sedangkan Imam Ahmad dalam Az-Zuhud (no. 44) meriwayatkannya dari Wakii’ dari Sufyan dst.

Status Hadits : (lemah), sanad mursal ini shahih, namun mursal termasuk katagori hadits dhaif.

Berdasarkan pemaparan jalan-jalan di atas, riwayat yang marfu’ dari Jaabir radhiyallahu 'anhu, yang paling ringan kelemahannya adalah point 1C dan dengan sanad yang hasan adalah point 1E. Sehingga hadits dalam permasalahan ini bahwa “Tidur adalah saudaranya kematian”, minimal berstatus hasan. Kemudian yang memperkuat keshahihan makna hadits ini adalah doa yang sering dan diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika bangun tidur yaitu :

الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا، وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

"Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kita setelah mematikan kita dan kepada-Nya lah kita akan dikumpulkan."
(Muttafaqun ‘alaih)

Dalam hadits ini, Rasulullah sholallahu alaihi wa salam mengungkapkan tidur dengan kematian, sehingga tentunya yang dimaksud adalah seperti kematian, karena seorang yang tidur, tidak mati pada hakekatnya.

Hadits ini cukup masyhur di kalangan ulama, sebagian ulama berhujjah dengan hadits ini dalam kitab-kitabnya, terutama dalam masalah akidah, di antara mereka adalah :

1. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya Risalah Tadmuriyyah.
2. Al-Hafizh Dhiyaa’u Ad-Diin Al-Maqdisi dalam Sifatul Jannah.
3. Imam ibnul Waziir dalam Al-‘Awaashim wal Qawaashim.
4. Imam Shan’ani dalam Subulus Salam.

Kemudian di antara ulama yang tegas menshahihkan hadits ini adalah :

Imam Al-Haitsaimi dalam Majmuz Zawaid, beliau berkata :

رواه الطبراني في الأوسط والبزار ورجال البزار رجال الصحيح

"Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Al-Ausath dan Al-Bazaar, perawinya Al-Bazaar, adalah para perawi shahih."

Lalu saya merujuk kepada riwayatnya Al-Bazzar melalui kitab Tanbiih Jaahid karya Asy-Syaikh Abu Ishaq Al-Huwaini beliau berkata :

و أخرج البزار أيضاً ( 3517 ) قال : حدثنا الفضل بن يعقوب ، ثنا محمد بن يوسف الفريابى ، ثنا سفيان الثوري ، عن محمد بن المنكدر ، عن جابر قال : قيل : يا رسول الله هل ينام أهل الجنة ؟ قال : ” لا ، النوم أخو الموت “

"Al-Fadhl dan Muhammad bin Yusuf adalah perawi tsiqah, dipakai oleh Imam Bukhari, bahkan Muhammad bin Yusuf dipakai juga oleh Imam Muslim."

Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ahaadits Shahihah (no. 1087) berkata setelah menyebutkan jalan-jalan haditsnya :

و بالجملة ، فالحديث صحيح من بعض طرقه عن جابر ، و الله أعلم

"Kesimpulannya haditsnya shahih dari sebagian jalan Jaabir radhiyallahu 'anhu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar