حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
طَعَامًا قَطُّ إِنْ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsiir; Telah mengabarkan kepada kami Sufyaan dari Al A'masy dari Abu Haazim dari Abu Hurairah ia berkata :
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah mencela makanan sekali pun. Bila beliau berselera, maka beliau memakannya dan bila tak suka, maka beliau meninggalkannya."
(Shahih Bukhari no. 5409)
Imam Ibnu Baththal rahimahullah mengatakan :
“Inilah adab yang baik kepada Allah Ta’ala. Karena
jika seseorang menjelek-jelekkan makanan yang tidak disukai, maka seolah-olah
dengan ucapan jeleknya itu, ia telah menolak rezekiAllah.”
(Syarh Al Bukhari, 18/93)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah
menjelaskan :
“Makanan dan minuman yang dinikmati ketika disodori
pada kita, hendaklah kita tahu bahwa itu adalah nikmat yang Allah beri. Nikmat
tersebut bisa datang karena kemudahan dari Allah. Kita mesti mensyukurinya dan
tidak boleh menjelek-jelekkannya. Jika memang kita suka, makanlah. Jika tidak,
maka tidak perlu makan dan jangan berkata yang bernada menjelek-jelekkan
makanan tersebut.”
(Syarh Riyadhus Shalihin, 4/199)
Namun tidak mengapa jika memberi kritikan pada yang masak, misalnya dengan berkata, “Hari ini masakanmu terlalu banyak garam, terlalu pedas atau semacam itu.” Yang disebutkan ini bukan maksud menjelekkan makanan, namun hanyalah masukan biar dapat diperbaiki.
(Idem, 4/200)
Baarakallahu fiiykum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar