Sabtu, 30 Mei 2020

Keutamaan Meninggalkan Debat Kusir dan Candaan yang Dusta




حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ الدِّمَشْقِيُّ أَبُو الْجَمَاهِرِ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو كَعْبٍ أَيُّوبُ بْنُ مُحَمَّدٍ السَّعْدِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ حَبِيبٍ الْمُحَارِبِيُّ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Utsmaan Ad Dimasyqi Abu Al Jamaahir ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Abu Ka'b Ayyuub bin Muhammad As Sa'diy ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Sulaimaan bin Habiib Al Muhaaribiy, dari Abu Umaamah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : 

"Aku akan menjamin rumah di dasar surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun bersifat gurau, Dan aku juga menjamin rumah di surga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik."

[Sunan Abu Dawud no. 4800. Dishahîhkan Imam An-Nawawi dalam Riyâdhus Shâlihîn no. 630 dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albâni di dalam Ash-Shahîhah no. 273]

Perbedaan Antara Jidal (Perdebatan), Munaqasyah (Diskusi) dan Al-Mira’ (Debat Kusir)

Fatwa Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah

Pertanyaan :

كيف نفرق بين الجدال والمناقشة، ومتى تخرج المناقشة من كونها مناقشة إلى كونها جدالاً؟

Bagaimana kita membedakan antara jidal (debat) dan munaqasyah (diskusi)? Dan kapan suatu diskusi bisa keluar dari batas diskusi dan berubah menjadi suatu perdebatan?

Jawaban :

الجدال هو المناقشة أو أن المناقشة أعم، والجدال هو: أن الإنسان يجادل من أجل أن يغلب خصمه، والمناقشة: يستفهم ويستطلع المعنى والعلم وما أشبه ذلك،
لكن الجدال إذا كان مراءً هذا هو المحرم، إذا كان المقصود بالجدال أن ينتصر لنفسه بحق أو بباطل فهذا لا يجوز،
أما إذا كان الجدال يصل إلى الحق ويبطل الباطل فهذا حق مأمور به.
فعندنا الآن مراء وجدال ومناقشة.
المراء: أن يجادل لينتصر قوله.
الجدال: أن يجادل لانتصار الحق.
المناقشة: قد يكون يناقش مع أستاذه لأجل أن يتبين له العلم، ويتبين له وجه الحكم، هذا أيضاً لا بأس به.

"Perdebatan adalah diskusi atau bahwa diskusi lebih umum. Jidal adalah seseorang berdebat dengan tujuan mengalahkan lawannya. Sedangkan diskusi adalah untuk memahami dan untuk mengungkap sebuah makna, ilmu dan yang semisalnya.

Tetapi, jika perdebatan berubah menjadi mira’ (debat kusir), maka ini yang dilarang, yaitu jika perdebatan itu tujuannya adalah untuk membela dirinya, baik dengan cara yang benar ataupun dengan cara yang salah, maka ini tidak boleh.

Adapun jika perdebatan tersebut mengantarkan untuk sampai kepada kebenaran dan membeberkan suatu kebatilan, maka ini adalah suatu yang benar, yang diperintahkan.

Jadi sekarang di sisi kita ada mira’ (debat kusir),  jidal (perdebatan) dan munaqasyah (diskusi).

▪️ Mira’ : berdebat untuk membela pendapatnya.
▪️ Jidal : berdebat untuk membela kebenaran.
▪️ Munaqasyah : kadang dia diskusi dengan gurunya agar menjadi jelas baginya sebuah ilmu, dan menjadi jelas sudut pandang sebuah hukum. Ini juga tidak mengapa."

[Liqa Bab Al Maftuh, 223/35]

Baarakallahu fiiykum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar