Sabtu, 01 Agustus 2020

SHALAT ADALAH CAHAYA

Oleh : Ustadz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)

Rasulullah ﷺ mengajarkan shalat itu cahaya. Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan :

وَالصَّلَاةُ نُورٌ (صحيح مسلم (1/ 203)

“Shalat adalah cahaya”

Cahaya ini sifatnya umum, baik cahaya di dunia, di kuburan, maupun di akhirat nanti saat hendak melewati ṣiraṭ (jembatan) yang terbentang di antara surga dan neraka.

Oleh karena itu, orang yang paling banyak shalatnya (dengan menjaga hak-hak shalat sebaik-baiknya) adalah orang yang paling banyak cahayanya. Di dunia cahanyanya kelihatan dan di akhirat juga akan menonjol.

Orang yang memperbanyak shalat (terutama shalat malam) akan kelihatan pada wajahnya yang demikian sejuk, teduh, menyenangkan jika dipandang dan bercahaya (meskipun kulitnya hitam legam). Anda akan terasa seakan-akan terhubung dengan “nur ilahiyyah” dan segera teringat akhirat jika memandang wajah seperti itu.

Sebaliknya, orang yang menyia-nyiakan shalat, wajahnya terlihat kusam, “padam”, dan tidak memberikan kesejukan saat dipandang (meskipun kulitnya putih mengkilat). Anda bisa jadi kagum dengan wajah tampan atau cantik jenis ini. Akan tetapi yang bangkit hanyalah syahwat duniawi yang akan membuat hati semakin gelap. Sama sekali tidak terhubung dengan “nur ilahiyyah”.

Anda juga akan melihat bagaimana orang yang memperbanyak shalat itu menjadi orang yang paling tajam mata batinnya, kuat firasatnya dan jitu mimpinya. Jangan heran, jika Anda dimimpikan dengan tepat oleh orang yang bagus nan banyak shalatnya. Jangan pula heran jika Anda ditebak dengan jitu oleh firasat orang yang bagus shalatnya. Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata :

فهي للمؤمنين في الدُّنيا نورٌ في قلوبهم وبصائرهم، تُشرِق بها قلوبُهم، وتستنير بصائرُهم (جامع العلوم والحكم ت ماهر الفحل (2/ 645)

“Shalat bagi orang-orang mukmin di dunia adalah cahaya untuk hati mereka dan mata batin mereka. Dengan shalat hati mereka akan bersinar dan teranglah mata batin mereka.” 
(Jami’ Al-‘Ulūm wa Al-Ḥikam, juz 2, hlm. 645)

Anda juga akan melihat bagaimana orang yang bagus shalatnya itu punya mata hati yang tajam untuk membedakan mana yang haqq dan mana yang batil, mana maksiat mana ketaatan. Kekuatannya dalam menjauhi maksiat, kekejian dan kemungkaran lebih kuat daripada orang yang shalatnya biasa-biasa saja. Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :

وَالصَّلَاةُ نُورٌ فَمَعْنَاهُ أَنَّهَا تَمْنَعُ مِنَ الْمَعَاصِي وَتَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَتَهْدِي إِلَى الصَّوَابِ كَمَا أَنَّ النُّورَ يُسْتَضَاءُ بِهِ (شرح النووي على مسلم (3/ 101)

“Shalat adalah cahaya. Maknanya, shalat bisa mencegah kemaksiatan, mencegah kekejian, mencegah kemungkaran dan memberi petunjuk pada kebenaran sebagaimana cahaya digunakan untuk menerangi.” 
(Syarhu An-Nawawi ‘ala Muslim, juz 3, hlm. 101)

Bukan hanya ini saja keutamaan orang yang shalatnya bagus. Nanti setelah mati, orang yang bagus shalatnya akan menjadi di antara orang yang paling berbahagia. Kuburnya akan diterangi. Terutama bagi mereka yang istiqamah melakukan shalat malam. Abū Żarr radhiyallahu'anhu berkata :

وَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ فِي سَوَادِ اللَّيْلِ لِظُلْمَةِ الْقُبُورِ (أخبار مكة للفاكهي (3/ 112)

“Shalatlah dua rakaat di kegelapan malam untuk kegelapan kuburan.” 
(Akhbāru Makkah, juz 3, hlm. 112)

Imam Ibnu Rajab rahimahullah juga berkata :

وهي نورٌ للمؤمنين في قبورهم، ولاسيَّما صلاة الليل (جامع العلوم والحكم ت ماهر الفحل (2/ 646)

“Shalat adalah cahaya bagi orang-orang mukmin di kuburan mereka, terutama shalat malam.” 
(Jami’ Al-‘Ulūm wa Al-Ḥikam, juz 2, hlm. 646)

Di akhirat nanti, saat tiba waktunya melewati jembatan (ṣiraṭ), orang yang bagus shalatnya akan menjadi di antara hamba Allah yang paling beruntung. Dia bisa melintasi jembatan itu secepat kilat dengan cahaya yang menerangi di sisinya. Secepat apa dia melintas tergantung amalnya. Bisa jadi secepat kilat, bisa jadi seperti angin, bisa jadi seperti kuda pilihan, bisa jadi seperti orang berlari, bisa jadi seperti orang berjalan, dan bisa jadi seperti orang yang merangkak. Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata :

وهي في الآخرة نورٌ للمؤمنين في ظلمات القيامة، وعلى الصراط، فإنَّ الأنوارَ تُقسم لهم على حسب أعمالهم (جامع العلوم والحكم ت ماهر الفحل (2/ 646)

“Shalat di akhirat adalah cahaya bagi orang-orang mukmin dalam kegelapan hari kiamat dan di atas jembatan. Sebab cahaya itu dibagi-bagi di antara mereka sesuai dengan amal mereka.” 
(Jami’ Al-‘Ulūm wa Al-Ḥikam, juz 2, hlm. 646)

Jadi, shalat adalah cahaya. Ia adalah cahaya bagi seorang mukmin. Ia akan menerangi mukmin saat di dunia, nanti di alam kubur, dan juga di akhirat dalam perjalanan menuju surga.

Seperti inilah keutamaan luarbiasa shalat.

Bahkan, bukan hanya shalat. Ibadah pengantar shalatpun yakni wudhu juga bisa menjadi cahaya. Itulah sebabnya Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk menyempurnakan wudhu dan memperluas area basuhan anggota tubuh, karena orang-orang mukmin nanti dikenal di akhirat dengan wajah, tangan dan kaki yang bercahaya karena bekas berwudhu. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ أُمَّتِي يُدْعَوْنَ يَوْمَ القِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ آثَارِ الوُضُوءِ، فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ» صحيح البخاري (1/ 39)

‘Sesungguhnya umatku pada hari kiamat akan dipanggil dalam keadaan putih wajah dan kakinya karena bekas wudhu. Barangsiapa mampu memanjangkan cahayanya maka lakukanlah.” 
(HR. Al-Bukhārī)

اللهم اجعلنا من مقيمي الصلاة ومن ذرياتنا

Tidak ada komentar:

Posting Komentar