Senin, 17 Agustus 2020

Keutamaan Berdzikir Ketika Terbangun di Malam Hari

حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ الْفَضْلِ أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ هُوَ ابْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي عُمَيْرُ بْنُ هَانِئٍ قَالَ حَدَّثَنِي جُنَادَةُ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ حَدَّثَنِي عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ تَعَارَّ مِنْ اللَّيْلِ فَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي أَوْ دَعَا اسْتُجِيبَ لَهُ فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلَاتُهُ

Telah menceritakan kepada kami Shadaqah bin Al Fadhal; Telah mengabarkan kepada kami Al Waliid, dia adalah anak dari Muslim; Telah menceritakan kepada kami Al Auzaa'iy berkata; Telah menceritakan kepada saya 'Umair bin Haanii' berkata; Telah menceritakan kepada saya Junaadah bin Abu Umayyah; Telah menceritakan kepada saya 'Ubaadah bin Ash-Shaamit dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : 

"Siapa yang bangun di malam hari lalu membaca,

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiir. Alhamdulillahi wa subhaanallah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar wa laa haula wa laa quwwata illa billah

Tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah satu-satunya, tidak ada sekutu bagiNya. Dialah yang memiliki kerajaan dan bagiNya segala pujian dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Segala puji bagi Allah dan Maha Suci Allah dan tidak ada ilah kecuali Allah dan Allah Maha Besar dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan Dia

Kemudian dilanjutkan dengan membaca Allahummaghfirlii (Ya Allah ampunilah aku) atau berdo'a, maka akan dikabulkan baginya. Jika dia berwudhu' lalu shalat maka shalatnya diterima".

(Shahih Bukhari no. 1154)

Mayoritas (ahli ilmu) berpendapat bahwa التَّعَارّ (at-ta’aarra) bermakna  الْيَقَظَة مَعَ صَوْت (bangun tidur sambil bicara).

(Fathul Bari li Ibnu Hajar, 4/146)

Imam Ibnu At-Tin rahimahullah berkata :

“Teks hadits menunjukkan bahwa makna تَعَارّ (ta’arra) adalah اِسْتَيْقَظَ (bangun tidur) karena beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barang siapa yang terbangun dari tidur kemudian mengucapkan….‘ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyandingkan ‘ucapan’ dengan kondisi ‘bangun tidur’.

Hadits tersebut mengandung makna bahwa huruf fa’ (ف ) berfungsi menafsirkan suara yang  dikeluarkan oleh orang yang bangun tidur, karena terkadang orang bangun tidur sambil bicara namun tak berdzikir. Oleh sebab itu, keutamaan yang disebutkan dalam hadits tersebut hanya diperuntukkan bagi orang yang (terbangun tengah malam dari tidurnya) kemudian dia bersuara dalam bentuk berdzikir kepada Allah Ta’ala. Inilah rahasia pemilihan lafal “ta’aarra” ( تَعَارَّ ), bukan “istaiqazha” (اِسْتَيْقَظَ ) atau “intabaha” (اِنْتَبَهَ ) terbangun. Keutamaan tersebut terkumpul pada diri seseorang yang terbiasa berdzikir dan dia memang suka berdzikir. Saking terbiasanya berdzikir, dzikir itu “menguasai” dirinya, sampai-sampai dengan sendirinya dzikir tersebut terngiang dalam tidurnya kemudian dia terbangun sejenak (lalu mengucapkan dzikir tersebut dengan lisannya). Sifat ini membuat si pemilik termuliakan dengan dikabulkan doanya dan diterima shalatnya."

Baarakallahu fiiykum



Tidak ada komentar:

Posting Komentar