Senin, 17 Agustus 2020

Menyentuh Kotoran (Najis) Tidak Membatalkan Wudhu

حَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ أَبِي مُعَاوِيَةَ عَنْ أَبِي مُعَاوِيَةَ ح و حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنِي شَرِيكٌ وَجَرِيرٌ وَابْنُ إِدْرِيسَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ شَقِيقٍ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ

كُنَّا لَا نَتَوَضَّأُ مِنْ مَوْطِئٍ وَلَا نَكُفُّ شَعْرًا وَلَا ثَوْبًا

Telah menceritakan kepada kami Hannaad bin As-Sariy dan Ibraahiim bin Abu Mu'aawiyah, dari Abu Mu'aawiyah. Dan telah menceritakan kepada kami 'Utsmaan bin Abu Syaibah; Telah menceritakan kepada saya Syariik dan Jariir dan Ibnu Idriis, dari Al A'masy, dari Syaqiiq dia berkata; 'Abdullah bin Mas'ud berkata :

"Kami tidak berwudhu kembali ketika kaki menginjak (kotoran) dan kami juga tidak menyela rambut atau baju kami (dibiarkan ketika sujud)."

(HR. Abu Dawud no. 204)

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ

أُمِرْنَا أَلَّا نَكُفَّ شَعَرًا وَلَا ثَوْبًا وَلَا نَتَوَضَّأَ مِنْ مَوْطَإٍ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Abdullah bin Numair berkata; Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Idriis, dari Al A'masy, dari Abu Waa`il, dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata :

"Kami diperintah untuk tidak menahan rambut dan kain saat sujud. Dan kami tidak diperintahkan untuk mengulang wudhu apabila menginjak kotoran."

(HR. Ibnu Majah no. 1041)

Menyentuh najis bukan termasuk pembatal wudhu. Karena yang menjadi pembatal wudhu adalah hadats, bukan menyentuh najis.

Dalam fatwa Lajnah Daimah dinyatakan :

لا ينتقض الوضوء بغسل النجاسة على بدن المتوضئ أو غيره

“Wudhu tidak batal disebabkan mencuci najis, baik yang berada di badan orang yang wudhu maupun orang lain.” 

(Majalah Buhuts Islamiyah, volume 22, hal. 62)

Syaikh Ibnu Baz rahimahullah juga menjelaskan yang sama :

“أما مس الدم أو البول أو غيرهما من النجاسات فلا ينقض الوضوء ، ولكن يغسل ما أصابه

"Menyentuh darah, atau air kencing atau benda najis lainnya, tidak membatalkan wudhu. Hanya saja, dia harus mencuci bagian yang terkena najis."

(Fatawa Ibnu Baz, 10/141)

Allahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar