Minggu, 16 Agustus 2020

HUKUM MEMBUNUH ULAR

Ular adalah binatang malata yang sering ditemukan di hutan, sawah dan kadang di rumah dengan bentuk yang beraneka ragam dan kekhususan tertentu. Ular termasuk hewan yang diperintahkan oleh Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk dibunuh, seperti dijelaskan dalam hadits-hadits berikut ini :

حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا سَالَمْنَاهُنَّ مُنْذُ حَارَبْنَاهُنَّ وَمَنْ تَرَكَ شَيْئًا مِنْهُنَّ خِيفَةً فَلَيْسَ مِنَّا

Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Isma'iil berkata; Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Ibnu 'Ajlaan, dari Bapaknya, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata; Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Tidaklah kami pernah berdamai dengannya (ular) sejak kami memusuhinya, maka barangsiapa yang membiarkannya lantaran rasa takut, maka ia tidak termasuk golongan kami.” 

[HR. Abu Dawud no. 5248]

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ بَيَانٍ السُّكَّرِيُّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ يُوسُفَ عَنْ شَرِيكٍ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْتُلُوا الْحَيَّاتِ كُلَّهُنَّ فَمَنْ خَافَ ثَأْرَهُنَّ فَلَيْسَ مِنِّي

Telah menceritakan kepada kami 'Abdul Hamiid bin Bayaan As Sukariy, dari Ishaq bin Yuusuf, dari Syariik, dari Abu Ishaq, dari Al Qaasim bin 'Abdurrahman, dari Bapaknya, dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu'anhu berkata; Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Bunuhlah semua ular, barangsiapa yang takut pada dendam mereka, maka ia bukan dari golonganku."

[HR. Abu Dawud no. 5249]

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ مُسْلِمٍ قَالَ سَمِعْتُ عِكْرِمَةَ

يَرْفَعُ الْحَدِيثَ فِيمَا أَرَى إِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَرَكَ الْحَيَّاتِ مَخَافَةَ طَلَبِهِنَّ فَلَيْسَ مِنَّا مَا سَالَمْنَاهُنَّ مُنْذُ حَارَبْنَاهُنَّ

Telah menceritakan kepada kami 'Utsmaan bin Abu Syaibah berkata; Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Numair berkata; Telah menceritakan kepada kami Muusa bin Muslim ia berkata; Aku mendengar 'Ikrimah memarfu'kan hadits ini kepada Ibnu 'Abbaas, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : 

"Barangsiapa takut membunuh ular karena balas dendamnya, maka ia bukan dari golongan kami. Sungguh, kami tidak pernah berdamai sejak kami memerangi mereka."

[HR. Abu Dawud no. 5250]

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ عَنْ مُوسَى الطَّحَّانِ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَابِطٍ عَنْ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ

أَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّا نُرِيدُ أَنْ نَكْنُسَ زَمْزَمَ وَإِنَّ فِيهَا مِنْ هَذِهِ الْجِنَّانِ يَعْنِي الْحَيَّاتِ الصِّغَارَ فَأَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِهِنَّ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Manii' berkata; Telah menceritakan kepada kami Marwaan bin Mu'aawiyah, dari Muusa bin Ath Thahhaan ia berkata; Telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Saabith, dari Al 'Abbaas bin Abdul Muththalib, 

"Bahwasanya ia pernah berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :

"Sesungguhnya kami ingin membersihkan air zamzam, tetapi di dalamnya banyak terdapat ular kecil." Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh ular-ular tersebut."

[HR. Abu Dawud no. 5251]

Tidak diragukan lagi ini semua adalah perintah untuk membunuh ular, namun para Ulama membagi ular dalam dua katagori secara tinjauan hukum :

A. Ular yang ada di luar rumah seperti padang pasir, kebun, sawah atau hutan.

B. Ular yang ada di dalam rumah.

BAGAIMANA TINJAUAN FIQIH DALAM MENYIKAPI DUA JENIS ULAR INI ?

A. Ular yang ada di luar rumah.

Para Ulama bersepakat membunuh ular yang hidup di luar rumah adalah disyariatkan secara mutlak. Kesepakatan bolehnya membunuh ular jenis ini disampaikan oleh banyak Ulama, diantaranya :

Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata :

“Para ulama berkonsensus (berijma’) tentang bolehnya membunuh ular padang pasir, baik yang kecil ataupun yang besar dalam semua jenis ular." 

[At-Tamhîd, 16/27]

Juga ada kesepakatan tentang bolehnya membunuh ular tanpa memberi peringatan terlebih dahulu kepada ular tersebut sebelum membunuhnya atau dengan memberi peringatan terlebih dahulu.

Imam Al-Qirâfi rahimahullah berkata : 

“Adapun ular-ular padang pasir atau wadi (lembah) maka dibunuh tanpa ada perselisihan Ulama dengan tanpa peringatan dahulu, karena tetap berada pada perintah membunuhnya."

[Adz-Dzakhirâh, 13/288]

Sedangkan Imam Ibnu Abi Zaid Al-Qairwani rahimahullah berkata :

“Tidak diperingatkan dulu di padang pasir dan dibunuh semua yang nampak."

[Risâlah, hlm. 168]

Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menyimpulkan masalah ini :

“Menurut semua pendapat, ular boleh dibunuh di daratan dan padang pasir tanpa diperingatkan dahulu."

[Fathul Bâri, 6/221]

Dasar dari kesepakatan ini adalah :

1. Hadits 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma.

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْتُلُوا الْحَيَّاتِ وَاقْتُلُوا ذَا الطُّفْيَتَيْنِ وَالْأَبْتَرَ فَإِنَّهُمَا يَلْتَمِسَانِ الْبَصَرَ وَيُسْقِطَانِ الْحُبْلَى

قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ وَعَائِشَةَ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَسَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِي لُبَابَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى بَعْدَ ذَلِكَ عَنْ قَتْلِ جِنَّانِ الْبُيُوتِ وَهِيَ الْعَوَامِرُ وَيُرْوَى عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ زَيْدِ بْنِ الْخَطَّابِ أَيْضًا و قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ إِنَّمَا يُكْرَهُ مِنْ قَتْلِ الْحَيَّاتِ قَتْلُ الْحَيَّةِ الَّتِي تَكُونُ دَقِيقَةً كَأَنَّهَا فِضَّةٌ وَلَا تَلْتَوِي فِي مِشْيَتِهَا

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata; Telah menceritakan kepada kami Al Laits, dari Ibnu Syihaab, dari Saalim bin 'Abdullah bin 'Umar, dari Bapaknya ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : 

"Bunuhlah semua ular; yang berbisa dan yang berekor pendek. Karena keduanya dapat membutakan mata dan menggugurkan kandungan." 

Dalam bab ini ada hadits serupa dari Ibnu Mas'ud, 'Aisyah, Abu Hurairah dan Sahl bin Sa'd. Abu 'Iisa berkata; Ini adalah hadits hasan shahih. 

Telah diriwayatkan pula oleh Ibnu 'Umar dari Abu Lubabah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam setelah itu, melarang dari membunuh ular rumah yang berada di dalam rumah." Hadits ini juga diriwayatkan dari Ibnu 'Umar, dari Zaid Ibnul Khaththaab." 'Abdullah Ibnul Mubaarak berkata; Dilarangnya membunuh ular itu adalah ular yang mempunyai garis tipis seperti perak dan tidak berkelok saat berjalan.

[HR. Tirmidzi no. 1483]

2. Hadits Abdullah bin Mas’ûd radhiyallahu 'anhu.

حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ

بَيْنَمَا نَحْنُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَارٍ إِذْ نَزَلَتْ عَلَيْهِ وَالْمُرْسَلَاتِ فَإِنَّهُ لَيَتْلُوهَا وَإِنِّي لَأَتَلَقَّاهَا مِنْ فِيهِ وَإِنَّ فَاهُ لَرَطْبٌ بِهَا إِذْ وَثَبَتْ عَلَيْنَا حَيَّةٌ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْتُلُوهَا فَابْتَدَرْنَاهَا فَذَهَبَتْ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وُقِيَتْ شَرَّكُمْ كَمَا وُقِيتُمْ شَرَّهَا

قَالَ عُمَرُ حَفِظْتُهُ مِنْ أَبِي فِي غَارٍ بِمِنًى

Telah menceritakan kepada kami 'Umar bin Hafsh bin Ghiyaats; Telah menceritakan kepada kami Bapakku; Telah menceritakan kepada kami Al A'masy; Telah menceritakan kepadaku Ibraahiim, dari Al Aswad, dari 'Abdullah ia berkata :

"Ketika kami berada di dalam gua bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, turunlah wahyu pada beliau yakni surat Al Mursalaat. Beliau benar-benar membacanya dan kami pun menerimanya langsung dari lisan beliau yang saat itu basah lembab. Dan tiba-tiba seekor ular keluar ke tempat kami, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bunuhlah ular itu!" Maka kami pun segera mengejarnya, namun ular telah lebih dahulu kabur, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ia telah terbebas dari keburukan kalian, sementara kalian pun telah diselamatkan dari keburukannya." 

'Umar berkata; Aku menghafalnya dari Bapakku di dalam gua yang berlokasi di Mina.

[HR. Bukhari no. 4934]

و حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا حَفْصٌ يَعْنِي ابْنَ غِيَاثٍ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ مُحْرِمًا بِقَتْلِ حَيَّةٍ بِمِنًى

Dan telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib; Telah menceritakan kepada kami Hafsh yaitu Ibnu Ghiyaats; Telah menceritakan kepada kami Al A'masy, dari Ibraahiim dari Al Aswad dari 'Abdillah,

"Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah menyuruh orang yang sedang ihram membunuh seekor ular ketika di Mina." 

[HR. Muslim no. 2235]

Ini menunjukkan pembunuhan ular disyariatkan bagi orang yang sedang berihram sekalipun. Jika demikian keadaannya, maka orang yang sedang tidak berihram lebih disyari’atkan lagi.

B. Ular yang ada di rumah

Para Ulama berselisih pendapat tentang hukum membunuh ular yang ada di dalam rumah dan ditemukan di dalam rumah. Dalam masalah ini, para Ulama terbagi dalam empat pendapat :

1. Pendapat pertama menyatakan ular dibunuh secara mutlak tanpa diberi peringatan atau tanpa diusir dahulu baik di kota Madinah atau di luarnya. Inilah pendapat sebagian Ulama madzhab Hanafiyah.

Imam Ath-Thahawi rahimahullah menyatakan bahwa diperbolehkan membunuh semua ular, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah membuat perjanjian dengan jin untuk tidak masuk rumah umatnya. Apabila masuk tidak boleh menampakkan dirinya. Apabila mereka masuk maka telah melanggar perjanjian sehingga tidak ada lagi masalah. 

[Al-Bahru Ar-Râ’iq karya Ibnu Nujaim, 2/174]

Mereka berargumentasi dengan keumuman hadits membunuh ular yang telah disebutkan di atas, seperti hadits Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma dan Ibnu Mas’ûd radhiyallahu 'anhu. Mereka menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan membunuh ular tanpa memerinci ular yang ada di rumah atau di luar rumah.

2. Pendapat kedua menyatakan tidak boleh membunuh ular yang ada di dalam rumah sampai diberi peringatan, baik di rumah-rumah di wilayah kota Madinah atau di luar kota Madinah. Inilah pendapat madzhab Mâlikiyah dan dirajihkan Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah.

Imam Mâlik rahimahullah berkata :

“Lebih aku sukai untuk diperingatkan terlebih dahulu pada ular-ular yang ada di rumah-rumah baik di kota Madinah atau di luar kota Madinah selama tiga hari." 

[At-Tamhîd, 16/263]

Demikian juga Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata :

“Yang benar diperingatkan ular-ular yang ada di rumah semuanya."

[At-Tamhîd, 16/263]

3. Pendapat ketiga menyatakan bahwa tidak boleh dibunuh ular dalam rumah yang ada di kota Madinah kecuali setelah diberi peringatan selama tiga hari. Namun ular rumah yang ada di luar kota Madinah boleh dibunuh tanpa peringatan dahulu. Inilah pendapat Imam Nâfi’. Pendapat ini berdalil dengan hadits Abu As-Sâ`ib.

و حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ سَرْحٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ عَنْ صَيْفِيٍّ وَهُوَ عِنْدَنَا مَوْلَى ابْنِ أَفْلَحَ أَخْبَرَنِي أَبُو السَّائِبِ مَوْلَى هِشَامِ بْنِ زُهْرَةَ

أَنَّهُ دَخَلَ عَلَى أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ فِي بَيْتِهِ قَالَ فَوَجَدْتُهُ يُصَلِّي فَجَلَسْتُ أَنْتَظِرُهُ حَتَّى يَقْضِيَ صَلَاتَهُ فَسَمِعْتُ تَحْرِيكًا فِي عَرَاجِينَ فِي نَاحِيَةِ الْبَيْتِ فَالْتَفَتُّ فَإِذَا حَيَّةٌ فَوَثَبْتُ لِأَقْتُلَهَا فَأَشَارَ إِلَيَّ أَنْ اجْلِسْ فَجَلَسْتُ فَلَمَّا انْصَرَفَ أَشَارَ إِلَى بَيْتٍ فِي الدَّارِ فَقَالَ أَتَرَى هَذَا الْبَيْتَ فَقُلْتُ نَعَمْ قَالَ كَانَ فِيهِ فَتًى مِنَّا حَدِيثُ عَهْدٍ بِعُرْسٍ قَالَ فَخَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْخَنْدَقِ فَكَانَ ذَلِكَ الْفَتَى يَسْتَأْذِنُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَنْصَافِ النَّهَارِ فَيَرْجِعُ إِلَى أَهْلِهِ فَاسْتَأْذَنَهُ يَوْمًا فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُذْ عَلَيْكَ سِلَاحَكَ فَإِنِّي أَخْشَى عَلَيْكَ قُرَيْظَةَ فَأَخَذَ الرَّجُلُ سِلَاحَهُ ثُمَّ رَجَعَ فَإِذَا امْرَأَتُهُ بَيْنَ الْبَابَيْنِ قَائِمَةً فَأَهْوَى إِلَيْهَا الرُّمْحَ لِيَطْعُنَهَا بِهِ وَأَصَابَتْهُ غَيْرَةٌ فَقَالَتْ لَهُ اكْفُفْ عَلَيْكَ رُمْحَكَ وَادْخُلْ الْبَيْتَ حَتَّى تَنْظُرَ مَا الَّذِي أَخْرَجَنِي فَدَخَلَ فَإِذَا بِحَيَّةٍ عَظِيمَةٍ مُنْطَوِيَةٍ عَلَى الْفِرَاشِ فَأَهْوَى إِلَيْهَا بِالرُّمْحِ فَانْتَظَمَهَا بِهِ ثُمَّ خَرَجَ فَرَكَزَهُ فِي الدَّارِ فَاضْطَرَبَتْ عَلَيْهِ فَمَا يُدْرَى أَيُّهُمَا كَانَ أَسْرَعَ مَوْتًا الْحَيَّةُ أَمْ الْفَتَى قَالَ فَجِئْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْنَا ذَلِكَ لَهُ وَقُلْنَا ادْعُ اللَّهَ يُحْيِيهِ لَنَا فَقَالَ اسْتَغْفِرُوا لِصَاحِبِكُمْ ثُمَّ قَالَ إِنَّ بِالْمَدِينَةِ جِنًّا قَدْ أَسْلَمُوا فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهُمْ شَيْئًا فَآذِنُوهُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَإِنْ بَدَا لَكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فَاقْتُلُوهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ

Dan telah menceritakan kepadaku Abu Ath Thaahir Ahmad bin 'Amru bin Sarh; Telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah bin Wahb; Telah mengabarkan kepadaku Maalik bin Anas, dari Shaifiy yaitu budak dari Ibnu Aflah; Telah mengabarkan kepadaku Abu As Saa`ib -budak- Hisyaam bin Zuhrah,

"Bahwa suatu ketika dia menemui Abu Sa'iid Al Khudriy di rumahnya. Abu As Saa`ib berkata; "Ketika itu saya mendapatkan Abu Sa'iid sedang shalat. Lalu saya menunggunya hingga ia selesai shalat. Tiba-tiba saya mendengar sesuatu yang bergerak di pelepah kurma di sudut rumah, lalu saya pun menoleh kepadanya. Ternyata di sana ada seekor ular, maka saya meloncat dari tempat duduk saya untuk membunuhnya. Namun, tak diduga sebelumnya, Abu Sa'iid Al Khudriy malah memberi isyarat kepada saya agar tetap duduk. Akhirnya saya pun kembali ke tempat duduk saya. 

Selesai shalat, Abu Sa'iid menunjuk sebuah rumah di perkampungan itu seraya berkata; 'Kamu melihat rumah itu hai sahabatku? ' Saya menjawab; 'Ya, saya melihatnya.' Abu Sa'iid melanjutkan ucapannya; 'Di rumah itu dulu ada seorang pemuda yang termasuk keluarga kami dan baru saja melangsungkan pernikahannya (pengantin baru). Dulu kami berangkat menuju medan perang Khandak bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika itu pemuda tersebut meminta izin kepada Rasulullah, pada tengah hari, untuk segera pulang menemui isterinya. Akhirnya Rasulullah memberinya izin seraya berkata kepadanya: 'Bawalah senjatamu, karena aku khawatir orang-orang Bani Quraizhah akan menyerangmu! ' Tak lama kemudian, lelaki itu mengambil senjatanya dan pulang ke rumahnya. Setibanya di rumah, ia mendapati istrinya sedang berdiri di tengah pintu. Tak ayal lagi, ia pun langsung mengarahkan tombaknya ke arah istrinya (karena rasa cemburu). Namun istrinya malah berkata kepadanya; 'Tahanlah tombakmu dan masuklah ke dalam rumah agar kamu tahu mengapa aku berada di luar! ' Laki-laki itu masuk ke dalam rumah dan ternyata di dalamnya ada seekor ular besar yang sedang melingkar di atas tempat tidur. Tanpa berkata-kata lagi, langsung ia tikam ular tersebut dengan tombak yang dipegangnya. Setelah itu ia keluar seraya menancapkan tombaknya di depan rumah. Tiba-tiba ular tersebut menghantamnya. Tidak dapat diketahui dengan pasti, siapakah yang mati terlebih dahulu, ular atau pemuda itu? ' 

Abu Sa'iid Al Khudriy berkata; 'Akhirnya kami mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk melaporkan peristiwa tersebut kepada beliau. Lalu kami berkata; "Ya Rasulullah, mohonkanlah kepada Allah agar dia dapat hidup! ' Rasulullah pun menjawab: 'Sesungguhnya di kota Madinah ini ada sekelompok jin yang telah masuk Islam. Apabila kamu melihat sesuatu yang aneh dari mereka, maka berilah izin kepada mereka untuk menetap di rumah selama tiga hari. Tetapi, jika setelah tiga hari tidak mau pergi juga, maka bunuhlah ia! Karena ia itu adalah setan! ' 

[HR. Muslim no. 2236]

Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan sebab memberi peringatan dahulu dengan sabda beliau: ‘Sesungguhnya sebagian dari golongan jin telah masuk Islam di Madinah’ sehingga ada pengkhususan kota Madinah dalam pensyariatan memberi peringatan sebelum membunuh ular yang ada dirumah.

Alasan ini lemah karena yang menjadi sebab adalah adanya keislaman segolongan jin, bukan karena kota Madinahnya. Pengertian ini dikuatkan dengan hadits Abu Lubabah radhiyallahu 'anhu.

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اقْتُلُوا الْحَيَّاتِ وَاقْتُلُوا ذَا الطُّفْيَتَيْنِ وَالْأَبْتَرَ فَإِنَّهُمَا يُسْقِطَانِ الْحَبَلَ وَيَطْمِسَانِ الْبَصَرَ قَالَ ابْنُ عُمَرَ فَرَآنِي أَبُو لُبَابَةَ أَوْ زَيْدُ بْنُ الْخَطَّابِ وَأَنَا أُطَارِدُ حَيَّةً لِأَقْتُلَهَا فَنَهَانِي فَقُلْتُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَمَرَ بِقَتْلِهِنَّ فَقَالَ إِنَّهُ قَدْ نَهَى بَعْدَ ذَلِكَ عَنْ قَتْلِ ذَوَاتِ الْبُيُوتِ

قَالَ الزُّهْرِيُّ وَهِيَ الْعَوَامِرُ

Telah menceritakan kepada kami 'Abdurrazzaaq; Telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az Zuhriy, dari Saalim, dari Ibnu 'Umar berkata; Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda : 

"Bunuhlah ular-ular dan bunuhlah Dziththuf-yatain (ular yang pada punggungnya ada dua garis putih) dan Al Abtar (ular yang ekornya pendek), karena keduanya akan menggugurkan kandungan dan mengaburkan penglihatan." 

Ibnu 'Umar berkata; Abu Lubaabah atau Zaid bin Al Khaththab melihatku ketika saya sedang mengejar ular untuk saya bunuh, lalu dia melarangku. Lalu saya berkata; Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam telah menyuruh untuk membunuhnya.' (Abu Lubaabah bin 'Abdul Mundzir radhiyallahu'anhu) berkata; 'Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam sungguh telah melarang membunuhnya.' Maka dia menjawab 'Setelah itu beliau melarang membunuh ular yang berada di rumah.' Az Zuhriy berkata; itu adalah ular yang hanya tinggal di rumah dan biasanya dari jin.

[HR. Ahmad no. 15188]

4. Pendapat keempat menyatakan tidak boleh membunuh seekorpun ular di dalam rumah baik di kota Madinah ataupun di luar kota Madinah kecuali ular yang berbisa ada dua garis hitam atau garis putih di punggungnya dan yang pendek ekornya, maka dibunuh kedua-duanya secara bebas. Inilah pendapat 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhu. Dasar pendapat ini adalah hadits Abu Lubabah.

حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ عَنْ مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ أَبِي لُبَابَةَ

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ قَتْلِ الْجِنَّانِ الَّتِي تَكُونُ فِي الْبُيُوتِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ ذَا الطُّفْيَتَيْنِ وَالْأَبْتَرَ فَإِنَّهُمَا يَخْطِفَانِ الْبَصَرَ وَيَطْرَحَانِ مَا فِي بُطُونِ النِّسَاءِ

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ نَافِعٍ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ وَجَدَ بَعْدَ ذَلِكَ يَعْنِي بَعْد مَا حَدَّثَهُ أَبُو لُبَابَةَ حَيَّةً فِي دَارِهِ فَأَمَرَ بِهَا فَأُخْرِجَتْ يَعْنِي إِلَى الْبَقِيعِ حَدَّثَنَا ابْنُ السَّرْحِ وَأَحْمَدُ بْنُ سَعِيدٍ الْهَمْدَانِيُّ قَالَا أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَسُامَةُ عَنْ نَافِعٍ فِي هَذَا الْحَدِيثِ قَالَ نَافِعٌ ثُمَّ رَأَيْتُهَا بَعْدُ فِي بَيْتِهِ

Telah menceritakan kepada kami Al Qa'nabiy, dari Maalik, dari Naafi', dari Abu Lubaabah berkata :

"Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang membunuh ular kecil yang ada dalam rumah, kecuali ular yang berbisa dan ular berekor pendek. Karena keduanya dapat menghilangkan penglihatan dan menggugurkan apa yang ada dalam perut wanita." 

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Ubaid berkata; Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Zaid, dari Ayyuub, dari Naafi' berkata :

"Ibnu 'Umar pernah mendapati ular di dalam rumahnya setelah ia mendengar hadits dari Abu Lubaabah. Lalu ia memerintahkan ular tersebut untuk diusir keluar, maka ular itu pun dibuang ke Baqi'." 

Telah menceritakan kepada kami Ibnu As Sarh dan Ahmad bin Sa'iid Al Hamdani keduanya berkata; Telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb ia berkata; Telah mengabarkan kepadaku Usaamah, dari Naafi' tentang hadits ini. Naafi' berkata; "Setelah itu aku melihat (ular) di dalam rumah miliknya."

[HR. Abu Dawud no. 5253-5255]

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا

أَنَّه سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ عَلَى الْمِنْبَرِ يَقُولُ اقْتُلُوا الْحَيَّاتِ وَاقْتُلُوا ذَا الطُّفْيَتَيْنِ وَالْأَبْتَرَ فَإِنَّهُمَا يَطْمِسَانِ الْبَصَرَ وَيَسْتَسْقِطَانِ الْحَبَلَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ فَبَيْنَا أَنَا أُطَارِدُ حَيَّةً لِأَقْتُلَهَا فَنَادَانِي أَبُو لُبَابَةَ لَا تَقْتُلْهَا فَقُلْتُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَمَرَ بِقَتْلِ الْحَيَّاتِ قَالَ إِنَّهُ نَهَى بَعْدَ ذَلِكَ عَنْ ذَوَاتِ الْبُيُوتِ وَهِيَ الْعَوَامِرُ

Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Muhammad; Telah bercerita kepada kami Hisyaam bin Yuusuf; Telah bercerita kepada kami Ma'mar, dari Az Zuhriy, dari Saalim, dari Ibnu 'Umar radhiallahu 'anhuma bahwa dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang sedang menyampaikan khuthbah di atas mimbar bersabda : 

"Bunuhlah ular-ular dan (terutama) bunuhlah ular belang (bergaris putih pada punggungnya) dan ular yang ekornya pendek (putus) karena kedua jenis ular ini dapat merabunkan pandangan dan menyebabkan keguguran (janin) ". 

'Abdullah bin Umar berkata; "Ketika aku mencari ular untuk membunuhnya, Abu Lubaabah memanggilku; dan berkata; "Jangan kamu bunuh". Aku (Ibnu 'Umar) katakan; "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memerintahkan untuk membunuh ular-ular". Dia (Abu Lubaabah) berkata; " Beliau setelah itu melarang membunuh ular-ular yang tinggal di rumah, yaitu yang disebut al-'awamir (ular yang lama berdiam di rumah manusia)."

[HR. Bukhari no. 3297-3299]

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ أَخْبَرَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ مُغِيرَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّهُ قَالَ اقْتُلُوا الْحَيَّاتِ كُلَّهَا إِلَّا الْجَانَّ الْأَبْيَضَ الَّذِي كَأَنَّهُ قَضِيبُ فِضَّةٍ قَالَ أَبُو دَاوُد فَقَالَ لِي إِنْسَانٌ الْجَانُّ لَا يَنْعَرِجُ فِي مِشْيَتِهِ فَإِذَا كَانَ هَذَا صَحِيحًا كَانَتْ عَلَامَةً فِيهِ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin 'Aun berkata; Telah mengabarkan kepada kami Abu 'Awaanah, dari Mughiirah, dari Ibraahiim, dari Ibnu Mas'ud ia berkata :

"Bunuhlah semua ular, kecuali ular yang bergaris putih seakan pedang dari perak." 

Abu Daawud berkata; lalu ada seorang berkata kepadaku "Ular itu tidak bisa mendaki saat merayap, jika itu benar maka in syaa Allah itu adalah salah satu dari tandanya."

[HR. Abu Dawud no. 5261]

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ وَابْنُ نُمَيْرٍ عَنْ هِشَامٍ ح و حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِ ذِي الطُّفْيَتَيْنِ فَإِنَّهُ يَلْتَمِسُ الْبَصَرَ وَيُصِيبُ الْحَبَلَ 

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah; Telah menceritakan kepada kami 'Abdah bin Sulaimaan dan Ibnu Numair, dari Hisyaam; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami; Abu Kuraib; Telah menceritakan kepada kami 'Abdah; Telah menceritakan kepada kami Hisyaam, dari Bapaknya, dari 'Aisyah dia berkata : 

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan supaya membunuh ular bergaris dua putih di punggungnya, karena ular itu dapat membutakan mata dan mencelakakan kandungan perempuan yang hamil." 

[HR. Muslim no. 2232]

Dalam hadits-hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang membunuh ular yang ada di rumah seluruhnya tanpa dibatasi dengan harus diperingati, kemudian mengecualikan ular yang pendek ekornya dan yang berbisa yang ada dua garis dipunggungnya.

PENDAPAT YANG RAJIH (KUAT)

Dari pendapat dan dasar argumentasi para Ulama di atas, tampak pendapat yang rajih adalah keharusan mengusir dan memperingatkan ular yang ada di rumah sebelum membunuhnya, kecuali dua jenis ular yaitu ular yang pendek ekornya dan yang berbisa yang ada dua garis di punggungnya. Hal itu karena tegas dan jelasnya hadits di atas dalam pengecualian kedua jenis ular ini.

Imam As-Suyuthi rahimahullah berkata :

“Dikecualikan kedua ular ini karena jin yang Mukmin tidak akan beralih rupa kebentuk keduanya, karena efek buruk langsung dari melihat keduanya. Jin yang Mukmin hanya beralih rupa dengan bentuk yang tidak berbahaya melihatnya." 

[Tanwâr Al-Hawâlik, 2/247]

Sedangkan nash-nash umum yang memerintahkan membunuh ular maka dipahami dengan nash-nash khusus melarang membunuh ular dalam rumah, nash-nash umum tersebut dibawa kepada pengertian untuk ular-ular di luar rumah. Pengkhususan ular-ular yang di rumah karena adanya nash-nash yang memerintahkan kita untuk memberi peringatan dan mengusirnya 3 kali sebelum dibunuh. 

Wallahu a’lam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar