Oleh : Ustadz dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D
Zamzam adalah sumur yang diberkahi dan masyhur, terletak di Masjidil Haram, sebelah timur ka’bah. Kaum muslimin telah menaruh perhatian terhadap zamzam sejak zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai sekarang ini. Para khalifah dan pemimpin kaum muslimin pun membangun dan merenovasi sumur ini untuk memudahkan jamaah haji dan siapa pun yang ingin meminum airnya dengan penuh kemudahan.
Allah Ta’ala telah memberikan keutamaan dan keistimewaan yang banyak untuk air zamzam [1]. Di antaranya :
1. Air zamzam adalah air yang paling utama di bumi, baik dari sisi syariat atau kesehatan.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ مَاءٍ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ مَاءُ زَمْزَمَ
“Air terbaik di seluruh muka bumi adalah air zamzam.”
(HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 11/98) [2]
Dalam kisah isra’ mi’raj, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
… فَنَزَلَ جِبْرِيلُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَفَرَجَ صَدْرِي، ثُمَّ غَسَلَهُ بِمَاءِ زَمْزَمَ …
“ … Jibril ‘alaihissalaam turun membelah dadaku, kemudian mencucinya dengan air zamzam …”
(HR. Bukhari no. 349)
Imam Al-‘Aini rahimahullah berkata, “Hal ini menunjukkan secara pasti tentang keutamaan air zamzam. Karena air ini digunakan secara khusus untuk mencuci dada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan air yang lainnya.” [3]
Al-Hafizh Al-‘Iraqi rahimahullah menyebutkan bahwa hikmah dicucinya dada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan air zamzam adalah untuk menguatkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat para malaikat langit dan bumi, juga surga dan neraka. Karena di antara keistimewaan air zamzam adalah dapat menguatkan hati dan menentramkan jiwa. [4]
2. Mengenyangkan Peminumnya Sebagaimana Makanan.
Dalam Shahih Muslim, terdapat hadits yang menceritakan kisah Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu yang datang ke kota Mekah untuk masuk Islam. Beliau tinggal selama 30 hari, antara siang dan malam beliau berada di Masjidil Haram. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya,
فَمَنْ كَانَ يُطْعِمُكَ؟
“Siapakah yang telah memberimu makan?”
Abu Dzar berkata,
مَا كَانَ لِي طَعَامٌ إِلَّا مَاءُ زَمْزَمَ فَسَمِنْتُ حَتَّى تَكَسَّرَتْ عُكَنُ بَطْنِي، وَمَا أَجِدُ عَلَى كَبِدِي سُخْفَةَ جُوعٍ
“Aku tidak memiliki makanan kecuali air zamzam. Aku menjadi gemuk hingga berlemak, perutku berlipat-lipat. Aku tidak mendapatkan tanda-tanda kelaparan pada perutku.”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ، إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ
“Sesungguhnya air zamzam adalah air yang diberkahi, makanan (yang membangkitkan) selera.”
(HR. Muslim no. 2473)
Imam Ibnul Atsir rahimahullah berkata,
“(Air zamzam) mengenyangkan manusia ketika diminum, sebagaimana mereka kenyang karena makanan.” [5]
3. Sebagai obat berbagai penyakit.
Berdasarkan riwayat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang statusnya marfu’ (perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam),
خَيْرُ مَاءٍ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ مَاءُ زَمْزَمَ فِيهِ طَعَامٌ مِنَ الطُّعْمِ وَشِفَاءٌ مِنَ السُّقْمِ
“Air terbaik di seluruh permukaan bumi adalah air zamzam, di dalamnya terdapat makanan (yang membangkitkan) selera, obat dari berbagai penyakit.”
(HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 11/98) [6]
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
زَمْزَمُ طَعَامُ طُعْمٍ، وَشِفَاءُ سُقْمٍ
“Zamzam adalah makanan (yang membangkitkan) selera, obat dari berbagai penyakit.”
(HR. Ath-Thayalisi dalam Musnad-nya no. 459) [7]
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْحُمَّى مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ، فَأَبْرِدُوهَا بِمَاءِ زَمْزَمَ
“Sesungguhnya demam berasal dari panas neraka, maka dinginkanlah dengan air zamzam.”
(HR. Ahmad no. 2649) [8]
4. Peminum air zamzam akan memperoleh sesuai dengan yang mereka niatkan.
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَاءُ زَمْزَمَ، لِمَا شُرِبَ لَهُ
“Air zamzam itu sesuai dengan niat peminumnya.”
(HR. Ibnu Majah no. 3062) [9]
Syaikh Dr. Nashir bin Abdurrahman bin Muhammad Al-Juda’i berkata,
“Sejumlah ulama besar dan lainnya telah meminum air zamzam untuk tujuan (maksud) yang berbeda-beda. Seperti ilmu yang bermanfaat, menghapal hadits, bagusnya tulisan, sembuh dari sebagian penyakit, mengetahui suatu kegemaran semisal memanah, penangkal dahaga pada hari kiamat, atau manfaat-manfaat agama dan duniawi lainnya. Maka tercapailah apa yang mereka niatkan dan yang mereka maksudkan, sebagaimana yang dinukil dari sebagian mereka. Dan kita berharap tercapainya tujuan di akhirat, seperti orang yang meminumnya sebagai penangkal dahaga pada hari kiamat.” [10]
Imam Ibnul ‘Arabi rahimahullah berkata tentang manfaat air zamzam,
وهذا موجود فيه إلى يوم القيامة لمن صحت نيته، وسلمت طويته، ولم يكن به مكذبا، ولا يشربه مجربا، فإن الله مع المتوكلين، وهو يفضح المجربين
“Manfaat ini didapatkan sampai hari kiamat bagi mereka yang benar niatnya, hati nuraninya lurus, tidak berdusta dengannya, dan tidak meminumnya karena coba-coba. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertawakkal dan membuka aib orang yang hanya coba-coba.” [11]
5. Air zamzam dibuat menjadi asin.
Termasuk keistimewaan air zamzam lainnya adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Az-Zarkasyi rahimahullah bahwa Allah Ta’ala mengistimewakannya dengan membuatnya menjadi asin. Sehingga motivator utama untuk meminumnya adalah keimanan. Kalau rasa airnya tawar, maka faktor pendorong meminumnya adalah tabiat (kebutuhan) sebagaimana manusia pada umumnya, bukan karena faktor keimanan. [12]
Maksud perkataan beliau adalah sebagaimana perkataan para ulama,
إنما لم يكن عذابا ليكون شربه تعبدا لا تلذذا
“Air zamzam tidak dibuat tawar agar motivasi meminumnya adalah dalam rangka ibadah, bukan karena mencari kelezatan.” [13]
Demikianlah keberkahan dan keistimewaan yang Allah Ta’ala berikan kepada air zamzam. Kita jumpai sebagai ilmuwan yang berusaha meneliti kandungan (komposisi) air zamzam untuk dapat lebih menyibak rahasia di balik keistimewaan-keistimewaan tersebut, terutama yang berkaitan dengan kesehatan. Hal ini tentu sangat layak didukung, apalagi ketika penelitian tersebut dilakukan dengan valid sehingga hasilnya pun dapat dipertanggungjawabkan. [14]
Catatan kaki :
[1] Pembahasan tentang zamzam dan keutamaannya di bab ini kami sarikan dari kitab At-Tabarruk Anwaa’uhu wa Ahkaamuhu karya Dr. Nashir bin Abdurrahman bin Muhammad Al-Juda’i, hal. 279-294.
[2] Syaikh Al-Albani berkata, ”Sanadnya paling minimal adalah hasan.” (Silsilah Ash-Shahihah, 3/45)
[3] ‘Umdatul Qaari, 9/277.
[4] Syifaa-ul Gharaam, 1/252.
[5] An-Nihayah li Ibnil Atsir, 3/125.
[6] Syaikh Al-Albani berkata, ”Sanadnya paling minimal adalah hasan.” (Silsilah Ash-Shahihah, 3/45)
[7] Diriwayatkan pula oleh Al-Bazaaar (Lihat Kasyful Astaar ‘an Zawaaidil Bazzaar, 2/47). Al-Hafizh Al-Mundziri berkata, “Diriwayatkan oleh Al-Bazzaar dengan sanad yang shahih.” (At-Targhiib wat Tarhiib, 2/209) Al-Haitsami berkata, “Diriwayatkan oleh Al-Bazzaar dan Ath-Thabrani dalam Ash-Shaghiir. Perawi Al-Bazzaar adalah perawi yang shahih.” (Majma’ Zawaaid, 3/286) As-Suyuthi menyatakan bahwa hadits ini shahih (Al-Jami’ Ash-Shaghir, 2/28).
[8] Syaikh Syu’aib Al-Arnauth berkata mengomentari hadits ini, “Sanad hadits ini shahih sesuai persaratan Bukhari dan Muslim.”
[9] Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.
[10] At-Tabarruk Anwaa’uhu wa Ahkaamuhu, hal. 285.
[11] Jaami’ li Ahkaamil Qur’an, 9/270.
[12] I’laamus Saajid bi Ahkaamil Masaajid, hal. 206.
[13] Diriwayatkan dari Syaikh ‘Abdullah bin Hamid rahimahullah dalam kitab Hidaayatun Naasik ila Ahkaamil Manaasik, hal. 51.
[14] Pembahasan tentang zamzam dan keutamaannya di bab ini kami sarikan dari kitab At-Tabarruk Anwaa’uhu wa Ahkaamuhu karya Dr. Nashir bin Abdurrahman bin Muhammad Al-Juda’i, hal. 279-294.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar