Senin, 01 Juni 2020

BEBERAPA HAL KETIKA MENGANTAR JENAZAH KE KUBURAN

1. Disunnahkan Berdiri Ketika Melihat atau Mengiringi Jenazah

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا رَأَيْتُمْ الْجَنَازَةَ فَقُومُوا حَتَّى تُخَلِّفَكُمْ
قَالَ سُفْيَانُ قَالَ الزُّهْرِيُّ أَخْبَرَنِي سَالِمٌ عَنْ أَبِيهِ قَالَ أَخْبَرَنَا عَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَادَ الْحُمَيْدِيُّ حَتَّى تُخَلِّفَكُمْ أَوْ تُوضَعَ

Telah menceritakan kepada kami 'Aliy bin 'Abdullah; Telah menceritakan kepada kami Sufyaan; Telah menceritakan kepada kami Az Zuhriy, dari Saalim, dari Bapaknya, dari 'Aamir bin Rabii'ah, dari Nabi shallallahu'alaihi wasallam bersabda :

"Jika kalian melihat jenazah maka berdirilah hingga dia meninggalkan (berlalu dari) kalian."

Sufyaan berkata, Az Zuhriy telah mengabarkan kepada saya Saalim dari Bapaknya berkata; Telah mengabarkan kepada kami 'Aamir bin Rabii'ah dari Nabi shallallahu'alaihi wasallam. Al Humaidiy menambahkan:
"Hingga meninggalkan kalian atau diletakkan".
(HR. Bukhari no. 1307)

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
كُنَّا فِي جَنَازَةٍ فَأَخَذَ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِيَدِ مَرْوَانَ فَجَلَسَا قَبْلَ أَنْ تُوضَعَ فَجَاءَ أَبُو سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَأَخَذَ بِيَدِ مَرْوَانَ فَقَالَ قُمْ فَوَاللَّهِ لَقَدْ عَلِمَ هَذَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَانَا عَنْ ذَلِكَ
فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ صَدَقَ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yuunus; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza'bi, dari Sa'iid Al Maqbariy, dari Bapaknya berkata :

"Kami pernah berada dekat jenazah, ketika itu Abu Hurairah radhiallahu 'anhu memegang tangan Marwan lalu keduanya duduk sebelum diletakkan. Kemudian datang Abu Sa'iid radhiallahu 'anhu lalu memegang tangan Marwan seraya berkata: "Berdirilah!. Demi Allah, sungguh kamu telah tahu bahwa Nabi Shallallahu'alaihi wasallam melarang kita tentang hal ini". Maka Abu Hurairah radhiallahu 'anhu berkata,: "Dia benar".
(HR. Bukhari no. 1309)

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ وَالْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ الْحُلْوَانِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ حَدَّثَنَا هِشَامٌ الدَّسْتُوَائِيُّ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا رَأَيْتُمْ الْجَنَازَةَ فَقُومُوا لَهَا فَمَنْ تَبِعَهَا فَلَا يَقْعُدَنَّ حَتَّى تُوضَعَ
قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي سَعِيدٍ فِي هَذَا الْبَابِ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَهُوَ قَوْلُ أَحْمَدَ وَإِسْحَقَ قَالَا مَنْ تَبِعَ جَنَازَةً فَلَا يَقْعُدَنَّ حَتَّى تُوضَعَ عَنْ أَعْنَاقِ الرِّجَالِ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا يَتَقَدَّمُونَ الْجَنَازَةَ فَيَقْعُدُونَ قَبْلَ أَنْ تَنْتَهِيَ إِلَيْهِمْ الْجَنَازَةُ وَهُوَ قَوْلُ الشَّافِعِيِّ

Telah menceritakan kepada kami Nashr bin 'Aliy Al Jahdhami dan Al Hasan bin 'Aliy Al Khallaal Al Hulwaaniy berkata; Telah menceritakan kepada kami Wahb bin Jariir; Telah menceritakan kepada kami Hisyaam Ad Dastuwaa`iy, dari Yahya bin Abu Katsiir, dari Abu Salamah, dari Abu Sa'iid Al Khudriy bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Jika kalian melihat jenazah maka berdirilah, dan jangan duduk hingga jenazah itu diletakkan."

Abu 'Iisa berkata; "Hadits Abu Sa'iid pada bab ini merupakan hadits hasan shahih. Ini merupakan pendapat Ahmad dan Ishaq. Mereka berdua berkata; "Barangsiapa yang mengiringi jenazah maka janganlah duduk sampai diletakkan dari leher/pundak orang-orang (yang membawa). Diriwayatkan dari sebagian ulama dari kalangan sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan yang lainnya bahwa mereka mendahului jenazah, lalu mereka duduk sebelum jenazah tersebut sampai. Ini pendapat Syafi'i."
(HR. Tirmidzi no. 1043)

2. Tetap Berdiri Walau Jenazah Tersebut Kafir

حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ مِقْسَمٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
مَرَّ بِنَا جَنَازَةٌ فَقَامَ لَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقُمْنَا بِهِ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهَا جِنَازَةُ يَهُودِيٍّ قَالَ إِذَا رَأَيْتُمْ الْجِنَازَةَ فَقُومُوا

Telah menceritakan kepada kami Mu'aadz bin Fadhaalah; Telah menceritakan kepada kami Hisyaam, dari Yahya, dari 'Ubaidullah bin Muqsim, dari Jaabir bin 'Abdullah radhiallahu 'anhu berkata :

"Suatu hari jenazah pernah lewat di hadapan kami maka Nabi shallallahu'alaihi wasallam berdiri menghormatinya dan kami pun ikut berdiri. Lalu kami tanyakan: "Wahai Rasulullah, jenazah itu adalah seorang Yahudi". Maka Beliau berkata: "Jika kalian melihat jenazah maka berdirilah".
(HR. Bukhari no. 1311)

حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُرَّةَ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي لَيْلَى قَالَ كَانَ سَهْلُ بْنُ حُنَيْفٍ وَقَيْسُ بْنُ سَعْدٍ
قَاعِدَيْنِ بِالْقَادِسِيَّةِ فَمَرُّوا عَلَيْهِمَا بِجَنَازَةٍ فَقَامَا فَقِيلَ لَهُمَا إِنَّهَا مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ أَيْ مِنْ أَهْلِ الذِّمَّةِ فَقَالَا إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّتْ بِهِ جِنَازَةٌ فَقَامَ فَقِيلَ لَهُ إِنَّهَا جِنَازَةُ يَهُودِيٍّ فَقَالَ أَلَيْسَتْ نَفْسًا

Telah menceritakan kepada kami Adam; Telah menceritakan kepada kami Syu'bah; Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Murrah berkata; Aku mendengar 'Abdurrahman bin Abu Laila berkata :

"Suatu hari Sahl bin Hunaif dan Qais bin Sa'ad sedang duduk di Qadisiyah, lalu lewatlah jenazah di hadapan keduanya, maka keduanya berdiri. Kemudian dikatakan kepada keduanya bahwa jenazah itu adalah dari penduduk asli, atau dari Ahlu dzimmah. Maka keduanya berkata: "Nabi Shallallahu'alaihi wasallam pernah melihat jenazah lewat di hadapan Beliau lalu Beliau berdiri. Kemudian dikatakan kepada Beliau bahwa itu adalah jenazah orang Yahudi. Maka Beliau bersabda: "Bukankah ia juga memiliki nyawa?"
(HR. Bukhari no. 1312)

3. Larangan Mengantarkan Jenazah dengan Mengeraskan Suara Tahlil (Dzikir)

Atsar dari Qais bin ‘Abbaad rahimahullah, ia berkata :

كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم يكرهون رفع الصوت عند ثلاث : عند القتال، وعند الجنائز، وعند الذكر

“Adalah para shahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam membenci mengangkat/meninggikan suara dalam tiga keadaan : saat peperangan, saat berada di sekitar jenazah-jenazah, dan saat berdzikir”.
(Al-Ausath oleh Ibnul-Mundzir, 5/389)

Atsar dari Abu Qilabah rahimahullah, ia berkata :

كُنَّا فِي جِنَازَةٍ، فَرَفَعَ نَاسٌ مِنَ الْقُصَّاصِ أَصْوَاتَهُمْ فَقَالَ أَبُو قِلَابَةَ: «كَانُوا يُعَظِّمُونَ الْمَيِّتَ بِالسَّكِينَةِ»

“Kami pernah menghadiri prosesi jenazah. Tiba-tiba ada tukang cerita yang menyampaikan cerita dengan suara keras. Abu Qilabah mengatakan, ‘Para sahabat memuliakan jenazah dengan tenang (menghindarkan suara keras)’.”
(HR. Ibnu Abu Syaibah no. 11200)

Abu Qilabah adalah salah seorang ulama tabi’in. Dalam kasus di atas, beliau menceritakan kebiasaan di zaman sahabat yang pernah beliau jumpai untuk mengingatkan sikap buruk yang dilakukan oleh mereka yang tidak memahami kebiasaan baik para sahabat.

Atsar dari Hasan Al-Bashri rahimahullah, ia berkata :

أَدْرَكْتُ أَصْحَابَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يستحِبُّونَ خَفْضَ الصَّوْتِ عِنْدَ الْجَنَائِزِ، وَعِنْدَ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ، وَعِنْدَ الْقِتَالِ وَبِهِ نَأْخُذُ

"Aku menjumpai para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menyukai suara pelan ketika menghadiri jenazah, ketika ada bacaan Al Quran, dan ketika perang. Dan itulah prinsip yang saya pegangi."
(HR. Abdurrazzaaq dalam Mushannaf no. 6281)

Imam Muhyiddīn An-Nawawī Asy-Syāfi‘ī rahmatullāh ‘alaih menerangkan :
 
يستحب له أن يكون مشتغلا بذكر الله تعالى، والفكر فيما يلقاه الميت، وما يكون مصيره، وحاصل ما كان فيه، وأن هذا آخر الدنيا، ومصير أهلها؛ وليحذر كل الحذر من الحديث بما لا فائدة فيه، فإن هذا وقت فكر وذكر يقبح فيه الغفلة واللهو والاشتغال بالحديث الفارغ، فإن الكلام بما لا فائدة فيه منهي عنه في جميع الأحوال، فكيف في هذا الحال.
 
“Disunnahkan bagi orang yang mengiringi jenazah untuk menyibukkan diri dengan dzikir kepada Allah ta'ala, memikirkan apa yang akan ditemui oleh si jenazah, bagaimana keadaan tempat peristirahatannya yang terakhir, apa yang akan diperolehnya dan merenungkan bahwa inilah momen terakhir kehidupan di dunia, serta semua ahlinya akan kembali ke tempat seperti ini. Jauhilah dari bercakap² yang tidak berfaedah (penting) karena saat itu adalah saat dzikir dan merenungkan akan akhir dari kehidupan. Ketika itu sangat tidak baik bersikap lalai, main² dan berbincang dengan obrolan yang sia². Sebenarnya bercakap² dengan ucapan yang tidak berfaedah itu adalah terlarang di setiap waktu ketika itu.”
 
واعلم أن الصواب المختار ما كان عليه السلف رضي الله عنهم: السكوت في حال السير مع الجنازة، فلا يرفع صوت بقراءة، ولا ذكر، ولا غير ذلك، والحكمة فيه ظاهرة؛ وهي أنه أسكن لخاطره، وأجمع لفكره فيما يتعلق بالجنازة، وهو المطلوب في هذا الحال. فهذا هو الحق، ولا تغترن بكثرة من يخالفه،
 
“Ketahuilah, bahwa menurut cara yang benar yang dilakukan oleh para salaf shalih radhiyallāhu ‘anhum adalah diam (tidak bicara) ketika mengiringi jenazah, tidak menyaringkan suara dengan bacaan Al-Quran maupun dzikir, dan lain². Hikmahnya adalah agar dengan cara yang benar tersebut membuat hati lebih tenang dan pikiran lebih fokus pada hal ihwal yang menyangkut jenazah dan kematian. Oleh sebab itu, jangan sekali² tertipu dengan perbuatan mayoritas orang yang tidak sesuai dengan tuntunan yang benar ini,”
 
فقد قال أبو علي الفضيل بن عياض رضي الله عنه ما معناه: الزم طرق الهدى، ولا يضرك قلة السالكين، وإياك وطريق الضلالة، ولا تغتر بكثرة الهالكين.
 
“Sungguh Abū ‘Alī Al-Fudhail bin ‘Iyādh radiyallāhu ‘anhu pernah berkata: "Tempuhlah jalan² hidayah, janganlah karena sedikitnya para penempuh jalan hidayah tersebut membuatmu terhalang untuk menempuhnya, jauhilah jalan² kesesatan dan janganlah kau tertipu karena banyaknya orang yang binasa".”
(Al-Ażkār min Kalām Sayyidil-Abrār, juz 4, hal. 185)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :
"Tidak dianjurkan mengeraskan suara ketika mengiringi jenazah, saat membaca Al Quran, berdzikir, atau dalam hal lainnya. Ini adalah pendapat dari empat imam madzhab. Pendapat ini juga diriwayatkan dari sahabat dan tabi'in, dan tidak ada satu pun ulama yang menyalahinya."

Beliau kembali berkata :
"Para ulama telah sepakat bahwa hal ini tidak pernah dilakukan pada masa abad-abad generasi terbaik." Oleh karena itu, jelaslah bagi Anda bahwa mengeraskan suara tahlil ketika mengiringi jenazah adalah bid'ah. Hukum yang sama juga berlaku bagi kalimat yang serupa dengannya, seperti “Tauhidkan Allah!”, "Ingatlah Allah!", atau bacaan qasidah, seperti qasidah al-Burdah."
(http://www.alifta.net/Fatawa/fatawaChapters.aspx…)

4. Dalam Mengantar Jenazah, Hendaknya Pengendara Berada di Posisi Belakang Jenazah

حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ آدَمَ ابْنُ بِنْتِ أَزْهَرَ السَّمَّانِ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ زِيَادِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ حَيَّةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الرَّاكِبُ خَلْفَ الْجَنَازَةِ وَالْمَاشِي حَيْثُ شَاءَ مِنْهَا وَالطِّفْلُ يُصَلَّى عَلَيْهِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ رَوَاهُ إِسْرَائِيلُ وَغَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ وَالْعَمَلُ عَلَيْهِ عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرِهِمْ قَالُوا يُصَلَّى عَلَى الطِّفْلِ وَإِنْ لَمْ يَسْتَهِلَّ بَعْدَ أَنْ يُعْلَمَ أَنَّهُ خُلِقَ وَهُوَ قَوْلُ أَحْمَدَ وَإِسْحَقَ

Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Adam bin Binti Azhar As Sammaan Al Bashriy; Telah menceritakan kepada kami Isma'iil bin Sa'iid bin 'Ubaidullah; Telah menceritakan kepada kami Bapakku, dari Ziyaad bin Jubair bin Hayyah, dari Bapaknya, dari Al Mughiirah bin Syu'bah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Orang yang berkendaraan di belakang jenazah, sedangkan orang yang berjalan terserah (di belakang atau di depan), dan anak kecil dishalati (meninggal dunia)."

Abu 'Iisa berkata; "Ini merupakan hadits hasan shahih. Israa`iil dan yang lainnya meriwayatkan dari Sa'iid bin 'Ubaidullah. Sebagian ulama dari kalangan sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan yang lainnya mengamalkan hadits ini. Mereka berpendapat; anak kecil harus dishalati, walau dia tidak menangis ketika dia lahir setelah diketahui telah sempurna penciptaannya. Ini juga merupakan pendapat Ahmad dan Ishaq."
(HR. At Tirmidzi no. 1031)

5. Tidak Memakai Sandal Ketika Memasuki Pekuburan

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ قَالَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ الْأَسْوَدِ بْنِ شَيْبَانَ وَكَانَ ثِقَةً عَنْ خَالِدِ بْنِ سُمَيْرٍ عَنْ بَشِيرِ بْنِ نَهِيكٍ أَنَّ بَشِيرَ ابْنَ الْخَصَاصِيَةِ قَالَ
كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَرَّ عَلَى قُبُورِ الْمُسْلِمِينَ فَقَالَ لَقَدْ سَبَقَ هَؤُلَاءِ شَرًّا كَثِيرًا ثُمَّ مَرَّ عَلَى قُبُورِ الْمُشْرِكِينَ فَقَالَ لَقَدْ سَبَقَ هَؤُلَاءِ خَيْرًا كَثِيرًا فَحَانَتْ مِنْهُ الْتِفَاتَةٌ فَرَأَى رَجُلًا يَمْشِي بَيْنَ الْقُبُورِ فِي نَعْلَيْهِ فَقَالَ يَا صَاحِبَ السِّبْتِيَّتَيْنِ أَلْقِهِمَا

Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin 'Abdullah bin Al Mubaarak dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Wakii' dari Al Aswad bin Syaibaan -dan dia adalah seorang yang tsiqah-, dari Khaalid bin Sumair, dari Basyiir bin Nahiik bahwasanya Basyiir bin Al Khashaashiyah berkata :

"Aku pernah berjalan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melewati kuburan kaum Muslimin, lalu beliau bersabda: "Sungguh banyak kejahatan yang tak terkejar oleh mereka." Kemudian melewati kuburan kaum musyrikin, lalu beliau bersabda; "Sungguh banyak kebaikan yang tak terkejar mereka." Kemudian beliau menoleh sebentar, tiba-tiba beliau melihat seorang laki-laki berjalan di antara kuburan dengan memakai sandalnya, lalu beliau bersabda; "Wahai orang yang memakai sandal sibtiyyah, buang kedua sandalmu."
(HR. Nasa'i no. 2048)

حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ بَكَّارٍ حَدَّثَنَا الْأَسْوَدُ بْنُ شَيْبَانَ عَنْ خَالِدِ بْنِ سُمَيْرٍ السَّدُوسِيِّ عَنْ بَشِيرِ بْنِ نَهِيكٍ عَنْ بَشِيرٍ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ اسْمُهُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ زَحْمُ بْنُ مَعْبَدٍ
فَهَاجَرَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا اسْمُكَ قَالَ زَحْمٌ قَالَ بَلْ أَنْتَ بَشِيرٌ قَالَ بَيْنَمَا أَنَا أُمَاشِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِقُبُورِ الْمُشْرِكِينَ فَقَالَ لَقَدْ سَبَقَ هَؤُلَاءِ خَيْرًا كَثِيرًا ثَلَاثًا ثُمَّ مَرَّ بِقُبُورِ الْمُسْلِمِينَ فَقَالَ لَقَدْ أَدْرَكَ هَؤُلَاءِ خَيْرًا كَثِيرًا وَحَانَتْ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَظْرَةٌ فَإِذَا رَجُلٌ يَمْشِي فِي الْقُبُورِ عَلَيْهِ نَعْلَانِ فَقَالَ يَا صَاحِبَ السِّبْتِيَّتَيْنِ وَيْحَكَ أَلْقِ سِبْتِيَّتَيْكَ فَنَظَرَ الرَّجُلُ فَلَمَّا عَرَفَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَلَعَهُمَا فَرَمَى بِهِمَا

Telah menceritakan kepada kami Sahl bin Bakkaar; Telah menceritakan kepada kami Al Aswad bin Syaibaan, dari Khaalid bin Sumair As Saduusiy, dari Basyiir bin Nahiik, dari Basyiir mantan budak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang pada masa jahiliyah bernama Zahm bin Ma'bad, kemudian ia berhijrah kepada Allah, lalu beliau berkata: "Siapakah namamu?" Ia berkata; Zahm. Beliau berkata: "Bahkan, engkau adalah Basyir." Ia berkata :

"Ketika aku berjalan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau melewati kuburan orang-orang musyrik, lalu beliau berkata: "Sungguh mereka telah mendahului (hilang kesempatan mengerjakan) mendapatkan kebaikan yang banyak." Beliau mengatakannya tiga kali. Kemudian beliau melalui kuburan orang-orang muslim, kemudian beliau berkata: "Sungguh mereka telah mendapatkan kebaikan yang banyak."

Dan beliau melihat seseorang yang berjalan diantara kuburan mengenakan dua sandal. Kemudian beliau berkata: "Wahai pemilik dua sandal sibtiyyah, lepaskan dua sandalmu!" kemudian orang tersebut melihat dan ia kenal dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka ia melepasnya dan meletakkannya."
(HR. Abu Dawud no. 3230)

6. Doa Ketika Jenazah Diturunkan ke Lahad

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ ح و حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَبِي الصِّدِّيقِ عَنْ ابْنِ عُمَرَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا وَضَعَ الْمَيِّتَ فِي الْقَبْرِ قَالَ بِسْمِ اللَّهِ وَعَلَى سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذَا لَفْظُ مُسْلِمٍ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsiir, dan telah diriwayatkan dari jalur yang lain: Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibraahiim; Telah menceritakan kepada kami Hammaam, dari Qataadah, dari Abu Ash Shiddiiq, dari Ibnu 'Umar,

"Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila meletakkan mayit dalam kuburan beliau mengucapkan :

بِسْمِ اللَّهِ وَعَلَى سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ

"BISMILLAAH WA 'ALAA MILLATI RASUULILLAAH"
(dengan nama Allah dan berada di atas sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam."

Dan ini adalah lafazh Muslim.
(HR. Abu Daud no. 3213)

7. Bagi yang Hadir di Kuburan agar Masing2 Melemparkan Tiga Kali Genggaman Tanah

حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ الْوَلِيدِ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ كُلْثُومٍ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى عَلَى جِنَازَةٍ ثُمَّ أَتَى قَبْرَ الْمَيِّتِ فَحَثَى عَلَيْهِ مِنْ قِبَلِ رَأْسِهِ ثَلَاثًا

Telah menceritakan kepada kami Al 'Abbaas bin Al Waliid Ad Dimasyqiy berkata; Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Shaalih berkata; Telah menceritakan kepada kami Salamah bin Kultsuum berkata; Telah menceritakan kepada kami Al Auza'I, dari Yahya bin Abu Katsiir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah berkata :

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menshalatkan satu jenazah kemudian mendatangi kuburannya. Beliau menaburkan debu di atasnya tiga kali dari arah kepalanya."
(HR. Ibnu Majah no. 1565)

8. Kuburan Tidak Boleh Lebih Tinggi dari Satu Jengkal

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ
أَنَّ عَلِيًّا قَالَ لِأَبِي الْهَيَّاجِ الْأَسَدِيِّ أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِي بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ لَا تَدَعَ قَبْرًا مُشْرِفًا إِلَّا سَوَّيْتَهُ وَلَا تِمْثَالًا إِلَّا طَمَسْتَهُ
قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ جَابِرٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَلِيٍّ حَدِيثٌ حَسَنٌ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ يَكْرَهُونَ أَنْ يُرْفَعَ الْقَبْرُ فَوْقَ الْأَرْضِ قَالَ الشَّافِعِيُّ أَكْرَهُ أَنْ يُرْفَعَ الْقَبْرُ إِلَّا بِقَدْرِ مَا يُعْرَفُ أَنَّهُ قَبْرٌ لِكَيْلَا يُوطَأَ وَلَا يُجْلَسَ عَلَيْهِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyaar; Telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Mahdiy; Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Habiib bin Abu Tsaabit, dari Abu Wa`il,
 
"Bahwa 'Aliy berkata kepada Abu Al Hayyaaj Al Asadiy : "Saya mengutusmu sebagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah mengutusku, janganlah kamu meninggalkan kuburan yang menggunduk kecuali kamu ratakan dan (jika ada) patung-patung kecuali kamu hancurkan."

(Abu 'Iisa At Tirmidzi) berkata; "Hadits semakna juga diriwayatkan dari Jaabir." Abu 'Iisa berkata; "Hadits 'Ali merupakan hadits hasan. sebagian ulama mengamalkannya. Mereka membenci meninggikan kuburan. Syafi'i berkata; 'Saya membenci meninggikan kuburan kecuali sekadarnya saja sebagai tanda bahwa itu adalah kuburan, agar tidak dilewati dan diduduki di atasnya'."
(HR. Tirmidzi no. 1049)

Imam An-Nawawi rahimahullah ketika mengomentari riwayat ‘Ali radhiyallahu ‘anhu di atas berkata :

فيه أن السنة أن القبر لا يرفع على الأرض رفعاً كثيراً ولا يسنم بل يرفع نحو شبر ويسطح وهذا مذهب الشافعي ومن وافقه،

“Pada hadits tersebut terdapat keterangan bahwa yang disunnahkan kubur tidak terlalu ditinggikan di atas permukaan tanah dan tidak dibentuk seperti punuk unta, akan tetapi hanya ditinggikan seukuran sejengkal dan meratakannya. Ini adalah madzhab Asy-Syaafi’i dan orang-orang yang sepakat dengan beliau”
(Syarh Shahih Muslim, 3/36)

9. Mendoakan Jenazah Sesudah Kubur Ditimbun

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بَحِيرٍ عَنْ هَانِئٍ مَوْلَى عُثْمَانَ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا فَرَغَ مِنْ دَفْنِ الْمَيِّتِ وَقَفَ عَلَيْهِ فَقَالَ اسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ وَسَلُوا لَهُ بِالتَّثْبِيتِ فَإِنَّهُ الْآنَ يُسْأَلُ

Telah menceritakan kepada kami Ibraahiim bin Muusa Ar Raaziy; Telah menceritakan kepada kami Hisyaam, dari 'Abdullah bin Bahiir, dari Haani` mantan budak 'Utsmaan, dari 'Utsmaan bin 'Affaan, ia berkata :

"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila telah selesai dari menguburkan mayit beliau berkata: "Mintakanlah ampunan untuk saudara kalian, dan mohonkanlah keteguhan untuknya, karena sesungguhnya sekarang ia sedang ditanya."
(HR. Abu Dawud no. 3221)

Do'anya adalah:
"ALLAAHUMAGHFIRLAHU ALLAAHUMMA TSABBITHU
"Ya Allah Ampunilah dia. Ya Allah teguhkan dia (lidahnya untuk menjawab pertanyaan).

Semoga bermanfaat
Allahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar