Sabtu, 13 Juni 2020

JANGAN SUKA MELAKNAT

حَدَّثَنِي سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنِي حَفْصُ بْنُ مَيْسَرَةَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ أَنَّ عَبْدَ الْمَلِكِ بْنَ مَرْوَانَ بَعَثَ إِلَى أُمِّ الدَّرْدَاءِ بِأَنْجَادٍ مِنْ عِنْدِهِ فَلَمَّا أَنْ كَانَ ذَاتَ لَيْلَةٍ قَامَ عَبْدُ الْمَلِكِ مِنْ اللَّيْلِ فَدَعَا خَادِمَهُ فَكَأَنَّهُ أَبْطَأَ عَلَيْهِ فَلَعَنَهُ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَتْ لَهُ أُمُّ الدَّرْدَاءِ سَمِعْتُكَ اللَّيْلَةَ لَعَنْتَ خَادِمَكَ حِينَ دَعَوْتَهُ فَقَالَتْ سَمِعْتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ يَقُولُا
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَكُونُ اللَّعَّانُونَ شُفَعَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Telah menceritakan kepadaku Suwaid bin Sa'iid; Telah menceritakan kepadaku Hafsh bin Maisarah, dari Zaid bin Aslam,

"Bahwa suatu ketika 'Abdul Malik bin Marwaan mengirim perabot rumah miliknya kepada Ummu Ad Dardaa. Pada suatu malam, 'Abdul Malik bangun dan memanggil pembantunya. Namun seakan-akan pembantu itu lambat dalam memenuhi panggilannya. Hingga 'Abdul Malik melaknatnya. Pada pagi harinya, Ummu Darda berkata kepadanya; 'Tadi malam aku mendengar kamu melaknat pembantumu ketika kamu memanggilnya.' Aku mendengar Abu Darda` berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Sesungguhnya para pelaknat itu tidak akan dapat menjadi syuhada' (orang-orang yang menjadi saksi) dan tidak pula dapat memberi syafa'at pada hari kiamat kelak.'"
(HR. Muslim no. 2598)

حَدَّثَنَا مُعَلَّى بْنُ أَسَدٍ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ ثَابِتِ بْنِ الضَّحَّاكِ قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ مِلَّةِ الْإِسْلَامِ فَهُوَ كَمَا قَالَ قَالَ وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ عُذِّبَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ وَلَعْنُ الْمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ وَمَنْ رَمَى مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ

Telah menceritakan kepada kami Mu'alla bin Asad; Telah menceritakan kepada kami Wuhaib dari Ayyub, dari Abu Qilaabah, dari Tsaabit bin Adh Dhahhaak menuturkan; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Barangsiapa bersumpah dengan agama selain Islam, maka dia seperti yang dikatakannya, dan barangsiapa membunuh dirinya dengan sesuatu, ia disiksa di neraka jahannam dengan sesuatu yang digunakannya untuk bunuh diri, dan melaknat seorang mukmin bagaikan membunuhnya, dan barangsiapa menuduh seorang mukmin dengan kekafiran, maka dia seperti membunuhnya."
(HR. Bukhari no. 6652)

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَسَّانَ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ رَبَاحٍ قَالَ سَمِعْتُ نِمْرَانَ يَذْكُرُ عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ قَالَتْ سَمِعْتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ يَقُولُ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا لَعَنَ شَيْئًا صَعِدَتْ اللَّعْنَةُ إِلَى السَّمَاءِ فَتُغْلَقُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ دُونَهَا ثُمَّ تَهْبِطُ إِلَى الْأَرْضِ فَتُغْلَقُ أَبْوَابُهَا دُونَهَا ثُمَّ تَأْخُذُ يَمِينًا وَشِمَالًا فَإِذَا لَمْ تَجِدْ مَسَاغًا رَجَعَتْ إِلَى الَّذِي لُعِنَ فَإِنْ كَانَ لِذَلِكَ أَهْلًا وَإِلَّا رَجَعَتْ إِلَى قَائِلِهَا
قَالَ أَبُو دَاوُد قَالَ مَرْوَانُ بْنُ مُحَمَّدٍ هُوَ رَبَاحُ بْنُ الْوَلِيدِ سَمِعَ مِنْهُ وَذَكَرَ أَنَّ يَحْيَى بْنَ حَسَّانَ وَهِمَ فِيهِ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Shaalih berkata; Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hassaan berkata; Telah menceritakan kepada kami Al Waliid bin Rabaah ia berkata; Aku mendengar Nimraan menyebutkan dari Ummu Dardaa' ia berkata; Aku mendengar Abu Dardaa' berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Jika seorang hamba melaknat sesuatu, maka laknat itu akan naik ke langit, dan tertutuplah pintu-pintu langit. Kemudian laknat itu akan turun lagi ke bumi, namun pintu-pintu bumi telah tertutup. Laknat itu kemudian bergerak ke kanan dan ke kiri, jika tidak mendapatkan tempat berlabuh, ia akan menghampiri orang yang dilaknat, jika layak dilaknat. Namun jika tidak, maka laknat itu akan kembali kepada orang yang melaknat."

Abu Dawud berkata, "Marwan bin Muhammad mengatakan; (Al Walid bin Rabah, sebenarnya adalah) -Rabah Ibnu Walid- ia mendengar dari Nimran. Marwan menyebutkan bahwa Yahya masih merasa ragu."
(HR. Abu Dawud no. 4905)

BATASAN MELAKNAT

Hukum melaknat personal tertentu

اتفق العلماء على تحريم اللعن فإنه في اللغة الإبعاد والطرد وفي الشرع الإبعاد من رحمة الله تعالى فلا يجوز أن يبعد من رحمة الله تعالى من لا يعرف حاله وخاتمة أمره معرفة قطعية

"Ulama bersepakat akan keharaman melaknat, karena pengertian laknat dalam perspektif linguistik adalah penjauhan dan penyingkiran, sementara dalam perspektif syara' berarti penjauhan dari Rahmat Allah Ta'ala. Karena itu, tidak diperbolehkan menjauhkan dari Rahmat Allah Ta'ala orang yang tidak diketahui keadaannya dan akhir hayatnya dengan pengetahuan yang pasti."

قالوا لا يجوز لعن أحد بعينه مسلما كان أوكافرا أو دابة إلا من علمنا بنص شرعي أنه مات على الكفر أو يموت عليه كأبي جهل وإبليس

"Ulama berpendapat: tidak diperbolehkan melaknat personal tertentu baik itu muslim, kafir, atau hewan kecuali orang yang telah kita ketahui secara jelas dengan nash syar'i bahwa ia mati dalam keadaan kafir atau akan mati dalam keadaan kafir seperti Abu Jahl (yang telah mati) dan Iblis (yang kelak akan mati)."

وأما اللعن بالوصف فليس بحرام كلعن الواصلة والمستوصلة والواشمة والمستوشمة وآكل الربا وموكله والمصورين والظالمين والفاسقين والكافرين ولعن من غير منار الأرض ومن تولى غير مواليه ومن انتسب إلى غير أبيه ومن أحدث في الإسلام حدثا أو آوى محدثا وغير ذلك مما جاءت به النصوص الشرعية باطلاقه على الأوصاف لاعلى الأعيان والله أعلم

"Adapun melaknat dengan sifat, maka tidaklah haram. Hal ini seperti melaknat perempuan yang menyambung rambut, perempuan yang meminta disambungkan rambutnya, perempuan yang mentato, perempuan yang meminta ditato, pemakan riba dan client-nya, para pembuat patung, para pelaku kezhaliman, para pelaku kefasikan, dan orang-orang kafir. Begitu pula tidak haram melaknat orang yang mengubah batas-batas tanah, orang yang menjadi wali palsu, orang yang bernasab pada orang yang bukan ayahnya, orang yang berbuat bid'ah atau melindungi pelaku bid'ah, dan lain sebagainya sifat-sifat yang terdapat nash-nash syariat dengan memutlakannya terhadap sifat-sifat itu, bukan terhadap personal tertentu."
(Al-Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim)

Wallahu a'lam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar