Sabtu, 13 Juni 2020

Mengenal Dzulqarnain


Dzulqarnain (Arab: ذو القرنين) adalah julukan seorang raja yang disebutkan di dalam Al Qur'an, ia digambarkan sebagai seorang pemimpin yang adil dan bijaksana. Dikisahkan bahwa ia telah membangun tembok besi yang tinggi untuk melindungi kaum lemah dari serangan Ya’juj dan Ma’juj. Menurut Ibnu 'Abbas, Dzulqarnain adalah seorang raja yang shalih dan suka mengembara.

Berkata Ishaq bin Basyar dari Utsman bin Asy-Syaj dari Khusaif dari 'Ikrimah dari Ibnu 'Abbas berkata :
“Dzulqarnain adalah seorang raja yang shalih, Allah meridhai amalnya dan memuji dalam kitabnya. Dia adalah orang yang ditolong, Khidir adalah menterinya, dan disebutkan bahwa Khidir adalah pemimpin tentaranya, dia orang yang diajak bermusyawarah oleh sang raja sebagai menterinya dalam rangka memperbaiki masyarakat saat itu."

Berkata sebagian ahli kitab, karena dia raja Persia dan Romawi, dan dikatakan: Karena dia sampai pada dua ujung matahari barat dan timur dan menguasai keduanya, dan ini menyerupai kesalahannya yaitu perkataan Az-Zuhri. Berkata Hasan Al-Bashri: Dia memiliki dua jalinan rambut yang melingkar maka dinamakan Dzulqarnain.

Berkata Ishaq bin 'Abdillah bin Basyar dari 'Abdillah bin Ziyad bin Sam’an dari 'Umar bin Syuaib dari bapaknya dari kakeknya, dia berkata :
"Dia memanggil raja yang zhalim kepada Allah kemudian memukul tanduknya, mematahkanya dan meremukkannya, maka dinamakan Dzulqarnain."

Etimologi

Secara harfiah Dzulqarnain memiliki arti "pemilik dua tanduk" atau "ia yang memiliki dua tanduk." Dzu (Arab: ذو) berarti "pemilik." [1]

Sedangkan kata qarn (قرن) memiliki beberapa arti, di antaranya adalah kekuasaan (wilayah kekuasaannya meliputi wilayah Barat hingga Timur), kuat dan berani.

“Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu.” (QS. Al Kahfi : 84)

Menurut Ibnu Katsir, ia digelari Dzulqarnain karena ia pernah meninggal dan hidup kembali setelah mendapat pukulan tepat di kepala bagian kanan dan kiri.[2]

Genealogi

Menurut kisah dari Ubaid bin Umair (tokoh dari kalangan tabi'in) bahwa Dzulqarnain adalah sepupu Khidir dari pihak ibu, bertepatan dengan masa Ibrahim dan Luth, dikatakan pula bahwa Khidir menjadi penasehat spiritualnya.

Sedangkan menurut sejarawan Muslim yang lain, Dzulqarnain memiliki nama asli Abu Bakr Al-Himyari atau Abu Bakar bin Ifraiqisy dari daulah Al-Jumairiyah (115 SM – 552 M) dan kerajaannya disebut At-Tababi’ah.[3]

Dalam buku yang berjudul Jejak Ya'juj dan Ma'juj karya Wisnu Sasongko di Books.google.com, Dzulqarnain seorang raja Arab memiliki nama asli 'Abdullah bin Adh Dhahhak, catatan lain mengisahkan namanya Mush'ab bin 'Abdullah keturunan Kahlal bin Saba'.[4]

Kisah Dzulqarnain

Pertemuan dengan Nabi Ibrahim

Al-Azraqi menyebutkan bahwa Dzulqarnain beragama Islam atas ajakan Khalilullah Ibrahim dan melakukan thawaf di Ka’bah Al-Mukarramah bersama Ismail, diriwayatkan dari Ubaid bin Umair dan anaknya 'Abdullah dan lainnya bahwa Dzulqarnain melakukan ibadah Haji dengan jalan kaki, tatkala Ibrahim mengetahui kehadirannya, ia menemuinya, mendoakan dan meridhainya. Kemudian Allah menundukkan untuknya awan yang bisa membawanya kemana ia mau.

Menurut Ibnu Katsir Dzulqarnain hidup di masa Nabi Ibrahim, 2.000 tahun sebelum masa Alexander Agung orang Macedonia, Yunani. Ibnu Katsir juga menuliskan dalam Kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah, bahwa Nabi Khidir adalah menterinya dan pergi haji dengan berjalan kaki. Ketika Ibrahim mengetahui bahwa kedatangannya, maka ia keluar dari Mekkah untuk menyambutnya. Ibrahim juga mendoakan dan memberikan nasihat-nasihat yang baik kepadanya.[5]

Dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir, menuliskan kisah dari Adhraqi bahwa Dzulqarnain melakukan thawaf dengan Ibrahim kemudian melaksanakan kurban.

Petualangan Dzulqarnain

Kisah perjalanan-perjalanan Dzulqarnain berikut ini terdapat pada Al-Qur'an surah Al-Kahfi ayat 83-98. Berikut adalah kisah-kisah yang ditanyakan oleh Rabi Yahudi kepada Nabi Muhammad yang diwahyukan melalui Jibril kepadanya.

Menemukan Umat Tak Beragama

Ketika Dzulqarnain sedang melakukan perjalanan kearah barat ia melihat matahari terbenam di dalam laut yang memiliki lumpur berwarna hitam, ia melihat sekelompok umat yang tidak memiliki agama, sehingga ia diperintahkan oleh Allah boleh untuk menyiksa atau mengajarkan agama kepada umat ini.

“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya." Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka bumi), maka diapun menempuh suatu jalan. Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: "Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka. Berkata Dzulqarnain: "Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya." Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami."
(QS. Al-Kahfi : 83-88)

Menemukan Umat Teramat Miskin

Pada perjalanan berikutnya kearah timur, Dzulqarnain menemukan umat lain yang sangat teramat miskin. Saking miskinnya mereka tidak bisa melindungi diri mereka sendiri dengan tempat untuk berteduh dari sinar matahari.

“Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, demikianlah dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya".
(QS. Al-Kahfi : 89-91)

Membina Tembok Besi Setinggi Gunung

Kemudian Dzulqarnain melakukan perjalanan kembali hingga ia sampai di daerah pegunungan. Di antara dua gunung ia menemukan suatu kaum yang tidak ia mengerti bahasanya. Umat tersebut meminta tolong kepada Dzulqarnain untuk membuat pembatas untuk menghalau dua kelompok umat perusak, yaitu Ya'juj dan Ma'juj, mereka juga menjanjikan akan memberikan bayaran kepada Dzulqarnain, jika telah selesai pembuatan dinding pembatas tersebut. Akan tetapi Dzulqarnain menolak diberikan bayaran oleh mereka, pada akhirnya Dzulqarnain memberikan syarat kepada mereka untuk membantu Dzulqarnain dan pasukannya dalam membangun dinding pembatas tersebut.

Dikisahkan Dzulqarnain berhasil membangun dinding berupa potongan-potongan besi yang ditumpuk sama rata dengan kedua gunung, kemudian dituangkan tembaga panas ditumpukkan besi tersebut. Kemudian ia pun mengatakan kepada umat itu, bahwa kaum perusak itu tidak akan bisa mendaki atau melubanginya, sampai waktu yang dijanjikan oleh Allah akan berlubang dan runtuh, kemudian Ya'juj dan Ma'juj akan keluar dari celah tersebut seperti air bah.

“Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: "Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?"

Dzulqarnain berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi."

Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: "Tiuplah (api itu)." Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu. Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya."

Dzulqarnain berkata: "Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar."
(QS. Al-Kahfi : 92-98)

Namun tidak diketahui secara persis di daerah mana keberadaan dinding tersebut. Hanya ada beberapa riwayat yang menyebutkan tentang masalah ini, namun riwayat tersebut terdapat kelemahan dalam sanadnya. Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu juga menyebutkan sebuah kisah tentang Khalifah Al-Watsiq yang mengirim sebagian utusannya untuk meneliti dinding tersebut, namun ia menyebutkan riwayat ini tanpa sanad.[6]

Sekian, Allahu a'lam.

Keterangan foto : Dzulqarnain dilukiskan sedang dalam perundingan pembangunan dinding besi Ya’juj dan Ma’juj, (lukisan miniatur abad ke-16 dari Persia.

Referensi :

[1] Zulqarnain di Alhassanain.com

[2] Al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir lebih jauh menjelaskan, Dzulqarnain adalah nama gelar atau julukan seorang panglima penakluk sekaligus raja shalih. Karena keshalihannya ia selalu mengajak manusia untuk menyembah Allah. Namun mereka ingkar, malah memukul tanduknya (Qarnun, yaitu rambut kepala yang diikat) sebelah kanan, hingga ia mati. Lalu Allah menghidupkannya kembali, dan ia pun kembali berdakwah. Tetapi sekali lagi tanduknya yang kiri dipukul, sehingga ia mati lagi. Kemudian Allah menghidupkannya kembali dan menjulukinya Dzulqarnain, pemilik dua tanduk, serta memberinya kekuasaan.

[3] Ya’juj Ma’juj & Dzulqarnain oleh Budi Yahya di Oaseimani.com.

[4] Jejak Ya'juj Dan Ma'juj oleh Wisnu Sasongko hal. 85 di Google Books.

[5] Al-Bidayah wa An-Nihayah, hal. 108, jilid 3.

[6] Kitab Tafsir Ibnu Katsir, 3/105.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar