Rabu, 22 Juli 2020

Larangan Puasa Khusus (Mutlak) di Hari Jumat

حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ شَيْبَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبَّادٍ قَالَ سَأَلْتُ جَابِرًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الْجُمُعَةِ قَالَ نَعَمْ
زَادَ غَيْرُ أَبِي عَاصِمٍ يَعْنِي أَنْ يَنْفَرِدَ بِصَوْمٍ

Telah menceritakan kepada kami Abu 'Aashim, dari Ibnu Juraij, dari 'Abdul Hamiid bin Jubair bin Syaibah, dari Muhammad bin 'Abbaad berkata :

"Aku bertanya kepada Jaabir radhiallahu 'anhu apakah benar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang puasa pada hari Jum'at? Dia menjawab: "Benar". 

Selain 'Abu 'Aashim, para perawi menambahkan: "Yakni apabila mengkhususkan hari Jum'at untuk berpuasa". 
(HR. Bukhari no. 1984)

حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَصُومَنَّ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِلَّا يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ

Telah menceritakan kepada kami 'Umar bin Hafsh bin Ghiyaats; Telah menceritakan kepada kami Bapakku; Telah menceritakan kepada kami Al A'masy; Telah menceritakan kepada kami Abu Shaalih, dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : 

"Janganlah seorang dari kalian berpuasa pada hari Jum'at kecuali dibarengi dengan satu hari sebelum atau sesudahnya". 
(HR. Bukhari no. 1985)

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدٌ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ عَنْ جُوَيْرِيَةَ بِنْتِ الْحَارِثِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَهِيَ صَائِمَةٌ فَقَالَ أَصُمْتِ أَمْسِ قَالَتْ لَا قَالَ تُرِيدِينَ أَنْ تَصُومِي غَدًا قَالَتْ لَا قَالَ فَأَفْطِرِي

Telah menceritakan kepada kami Musaddad; Telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Syu'bah. Dan diriwayatkan pula, telah menceritakan kepada saya Muhammad; Telah menceritakan kepada kami Ghundar; Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Qataadah, dari Abu Ayyuub, dari Juwairiyah binti Al Haarits radhiallahu 'anha,

"Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menemuinya pada hari Jum'at ketika dia sedang berpuasa. Beliau bertanya: "Apakah kemarin kamu juga berpuasa?" Dia menjawab: "Tidak". Beliau bertanya lagi: "Apakah besok kamu berniat berpuasa?" Dia menjawab: "Tidak". Maka Beliau berkata: "Berbukalah (batalkanlah)."
(HR. Bukhari no. 1986)

و حَدَّثَنِي أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ يَعْنِي الْجُعْفِيَّ عَنْ زَائِدَةَ عَنْ هِشَامٍ عَنْ ابْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَخْتَصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِي وَلَا تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الْأَيَّامِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ فِي صَوْمٍ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ

Dan telah menceritakan kepadaku Abu Kuraib; Telah menceritakan kepada kami Husain yakni Al Ju'faniy, dari Zaa`idah, dari Hisyaam, dari Ibnu Siiriin, dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda : 

"Janganlah kalian mengkhususkan malam Jum'at dengan shalat malam di antara malam-malam yang lain, dan jangan pula dengan puasa, kecuali memang bertepatan dengan hari puasanya."
(HR. Muslim no. 1144)

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan :
“Larangan mengkhususkan puasa pada hari Jum’at dimaksudkan karena sebagian orang menyangka ada keutamaan disunnahkannya puasa pada hari tersebut. Dijelaskan di sini bahwa puasa pada hari Jum’at itu dilarang. Sebagaimana berpuasa pada hari ‘ied juga terlarang dan hari Jum’at juga adalah hari ‘ied pekanan.

Adapun perintah agar tidak puasa ketika itu adalah supaya kita kuat menjalani ibadah saat itu dan ada berbagai hikmah lainnya. Sebab larangan (‘illah) ini jadi hilang jika hari Jum’at tidak dikhususkan untuk puasa seperti dengan menambah puasa pada hari sebelum atau sesudahnya. Atau dibolehkan juga jika berpapasan dengan kebiasaan puasa seperti bagi orang yang sehari berpuasa dan sehari tidak berpuasa (puasa Dawud) atau bertepatan dengan puasa Ayamul Bidh (13, 14, 15 Hijriyah) dan semacamnya.” 
(Syarh ‘Umdatil Ahkam, hal. 366, terbitan Darut Tauhid, cetakan pertama, tahun 1431 H)

Allahu a'lam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar