Rabu, 22 Juli 2020

Larangan Menerima Pembayaran Utang yang Telah Diikhlaskan

Contoh : Ketika si X telah MENGIKHLASKAN utang si A tanpa sepengetahuannya, kemudian suatu saat si A datang untuk melunasi utang itu, maka si X tidak boleh menerimanya. Karena dia telah menyedekahkan utang itu.

Bahwa utang yang telah diikhlaskan statusnya sedekah. Dan semacam ini sifatnya akad sepihak. Artinya, untuk memutihkan utang, hanya kembali kepada kerelaan orang yang memberi utang. Sehingga bisa jadi yang berutang tidak tahu sama sekali bahwa utangnya telah diikhlaskan.

Dan salah satu diantara aturan yang berlaku, orang yang telah menyedekahkan hartanya kepada orang lain, pantangan baginya untuk menarik kembali, sekalipun itu dikembalikan oleh orang yang diberi.

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَيُّوبَ السَّخْتِيَانِيِّ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَائِدُ فِي هِبَتِهِ كَالْكَلْبِ يَعُودُ فِي قَيْئِهِ لَيْسَ لَنَا مَثَلُ السَّوْءِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim; Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Ayyuub As Sakhtiyaaniy, dari 'Ikrimah, dari Ibnu 'Abbaas radhiallahu 'anhuma mengatakan; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : 

"Orang yang menarik kembali pemberian, bagaikan anjing yang menyantap lagi muntahannya, yang kita tak mempunyai perumpamaan lebih buruk daripadanya."
(HR. Bukhari no. 6975)

حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا أَبَانُ وَهَمَّامٌ وَشُعْبَةُ قَالُوا حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعَائِدُ فِي هِبَتِهِ كَالْعَائِدِ فِي قَيْئِهِ
قَالَ هَمَّامٌ وَقَالَ قَتَادَةُ وَلَا نَعْلَمُ الْقَيْءَ إِلَّا حَرَامًا

Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibraahiim; Telah menceritakan kepada kami Abaan dan Hammaam dan Syu'bah mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Qataadah, dari Sa'iid bin Al Musayyab, dari Ibnu 'Abbaas, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: 

"Orang yang meminta kembali apa yang telah ia berikan seperti orang yang menelan kembali muntahnya." 

Hammaam berkata; Qataadah berkata :
"Kami tidak mengetahui kecuali bahwa muntahan adalah haram."
(HR. Abu Dawud no. 3538)

قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ ابْنِ عُمَرَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَا يَحِلُّ لِأَحَدٍ أَنْ يُعْطِيَ عَطِيَّةً فَيَرْجِعَ فِيهَا إِلَّا الْوَالِدَ فِيمَا يُعْطِي وَلَدَهُ
حَدَّثَنَا بِذَلِكَ مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ أَنَّهُ سَمِعَ طَاوُسًا يُحَدِّثُ عَنْ ابْنِ عُمَرَ وَابْنِ عَبَّاسٍ يَرْفَعَانِ الْحَدِيثَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا الْحَدِيثِ عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرِهِمْ قَالُوا مَنْ وَهَبَ هِبَةً لِذِي رَحِمٍ مَحْرَمٍ فَلَيْسَ لَهُ أَنْ يَرْجِعَ فِيهَا وَمَنْ وَهَبَ هِبَةً لِغَيْرِ ذِي رَحِمٍ مَحْرَمٍ فَلَهُ أَنْ يَرْجِعَ فِيهَا مَا لَمْ يُثَبْ مِنْهَا وَهُوَ قَوْلُ الثَّوْرِيِّ و قَالَ الشَّافِعِيُّ لَا يَحِلُّ لِأَحَدٍ أَنْ يُعْطِيَ عَطِيَّةً فَيَرْجِعَ فِيهَا إِلَّا الْوَالِدَ فِيمَا يُعْطِي وَلَدَهُ وَاحْتَجَّ الشَّافِعِيُّ بِحَدِيثِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَحِلُّ لِأَحَدٍ أَنْ يُعْطِيَ عَطِيَّةً فَيَرْجِعَ فِيهَا إِلَّا الْوَالِدَ فِيمَا يُعْطِي وَلَدَهُ

Ia mengatakan; Dalam hal ini ada hadits serupa dari Ibnu 'Umar, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda : 

"Tidak halal bagi seseorang yang memberi suatu pemberian lalu menariknya kembali, kecuali orangtua yang telah memberi kepada anaknya." 

Telah menceritakan hal itu kepada kami Muhammad bin Basysyaar; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Adiy, dari Husain Al Mu'allim, dari 'Amr bin Syu'aib bahwa ia mendengar Thaawus menyampaikan hadits dari Ibnu 'Umar dan Ibnu 'Abbaas keduanya memarfu'kan hadits ini kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. 

Abu 'Iisa berkata; Hadits Ibnu 'Abbaas radhiallahu 'anhuma adalah hadits hasan shahih dan hadits ini menjadi pedoman amal menurut para ulama dari kalangan sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan selain mereka. Mereka berpendapat; Barangsiapa yang memberikan sesuatu kepada kerabatnya, maka ia tidak berhak menarik kembali, namun barangsiapa memberikan sesuatu kepada selain kerabatnya ia boleh mengambilnya kembali, tetapi ia tidak mendapatkan pahala atas pemberiannya tersebut. Ini adalah pendapat Ats Tsauri sedangkan Asy Syafi'i berpendapat; Tidak halal seseorang memberikan sesuatu lalu menarik kembali kecuali orangtua terhadap apa yang telah diberikan kepada anaknya, Asy Syafi'i berhujjah dengan hadits 'Abdullah bin 'Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda : 
"Tidak halal seseorang memberikan sesuatu pemberian lalu menariknya kembali, kecuali orangtua (yang menarik pemberian atas) apa yang telah diberikan kepada anaknya."
(HR. Tirmidzi no. 1299)

Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan :
“Pendapat yang mengatakan haramnya mengambil kembali pemberian setelah dipegang (oleh penerima) adalah pendapat jumhur ulama’, kecuali pemberian orangtua ke anaknya (maka boleh diambil kembali).” 
(Fathul Baari, 5/235)

Allahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar