Selasa, 07 Juli 2020

Cara Mentalqin Orang yang Akan Wafat

Oleh : Ustadz Ammi Nur Baits

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du.

Dianjurkan bagi orang yang hendak meninggal, agar ditalqin oleh mereka yang ada di sekitarnya.

و حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ فُضَيْلُ بْنُ حُسَيْنٍ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ كِلَاهُمَا عَنْ بِشْرٍ قَالَ أَبُو كَامِلٍ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا عُمَارَةُ بْنُ غَزِيَّةَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عُمَارَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ 

Telah menceritakan kepada kami Abu Kaamil Al Jahdariy Fudhail bin Husain dan 'Utsmaan bin Abu Syaibah keduanya, dari Bisyr - Abu Kaamil berkata-; Telah menceritakan kepada kami 'Umaarah bin Ghaziyyah; Telah menceritakan kepada kami Yahya bin 'Umaarah ia berkata; Saya mendengar Abu Sa'iid Al Khudriy berkata; Rasulullah ﷺ bersabda : 

"Tuntunlah orang yang sedang berada di penghujung ajalnya agar membaca (kalimat), 'LAA ILAAHA ILLALLAH.'"
(HR. Muslim no. 916)

و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ وَعُثْمَانُ ابْنَا أَبِي شَيْبَةَ ح و حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ قَالُوا جَمِيعًا حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr dan 'Utsmaan -keduanya adalah anak dari Abu Syaibah- -dalam jalur lain-; Dan telah menceritakan kepadaku 'Amru An Naaqid semuanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Abu Khaalid Al Ahmar, dari Yaziid bin Kaisaan, dari Abu Haazim, dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda : 

"Tuntunlahlah orang yang sedang berada di penghujung ajalnya dengan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH".
(HR. Muslim no. 917)

أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَعْقُوبَ قَالَ حَدَّثَنِي أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَقَ قَالَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا مَنْصُورُ ابْنُ صَفِيَّةَ عَنْ أُمِّهِ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِّنُوا هَلْكَاكُمْ قَوْلَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Telah mengabarkan kepada kami Ibraahiim bin Ya'quub dia berkata; Telah menceritakan kepadaku Ahmad bin Ishaq dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Wuhaib dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Manshuur bin Shafiyyah, dari ibunya Shafiyyah binti Syaibah, dari 'Aisyah dia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda :

"Tuntunlah orang yang akan meninggal dunia diantara kalian dengan -kalimat- 'Laa Ilaaha Illallah'."
(HR. Nasa'i no. 1827)

Tujuan disyariatkan talqin, agar kalimat terakhir yang terucap dari mayit adalah kalimat laa ilaaha illallaah..

حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ الْمِسْمَعِيُّ حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنِي صَالِحُ بْنُ أَبِي عَرِيبٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ مُرَّةَ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Telah menceritakan kepada kami Maalik bin 'Abdul Waahid Al Misma'i; Telah menceritakan kepada kami Adh Dhahhaak bin Makhlad; Telah menceritakan kepada kami 'Abdul Hamiid bin Ja'far; Telah menceritakan kepadaku Shaalih bin Abu 'Ariib, dari Katsiir bin Murrah, dari Mu'aadz bin Jabal, ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda :

"Barangsiapa yang akhir perkataannya (sebelum meninggal dunia) 'LAA ILAAHA ILLALLAAH" maka ia akan masuk surga."
(HR. Abu Dawud no. 3116)

Kemudian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait talqin :

Pertama, hendaknya yang mentalqin mayit adalah orang yang dicintai mayit atau yang dipercaya mayit

Misalnya, istri atau suaminya, anaknya, orangtuanya, saudara dekatnya, keponakkannya, atau yang lainnya.

Tujuannya agar calon mayit semakin yakin bahwa yang disampaikan orang ini adalah kebaikan.

Karena itu, terkadang setan datang menggoda manusia di akhir hayatnya, untuk menyesatkan mereka. Datang dengan menampakkan diri seperti orangtuanya.

Imam 'Abdullah putra Imam Ahmad menceritakan :
"Saya menghadiri proses kematian ayahku, Ahmad. Beliau terkadang pingsan, terkadang siuman. Tiba-tiba beliau berisyarat dengan tangannya, “Tidak, tidak benar…. Tidak, tidak benar….” Beliau lakukan ini berkali-kali.

Ketika sadar, aku tanya kepada beliau, “Apa yang terjadi pada ayah?” Jawab Imam Ahmad,

إن الشيطان قائم بحذائي عاض على أنامله ، يقول : يا أحمد فتني ، وأنا أقول : لا بعد ، لا بعد

"Sesungguhnya setan berdiri di sampingku, sambil menggigit jarinya, lalu dia mengatakan, “Ya Ahmad, aku tidak bisa menyesatkanmu.” Lalu aku jawab, “Tidak… tidak benar.” 
(Al-Qiyamah Ash-Sughra, hlm. 16)

Kedua, hendaknya dilakukan dengan memperhatikan intensitas dalam mengajarkan kalimat laa ilaaha illallaah. Dalam arti, jangan terlalu sering yang bisa jadi membuat bosan si orang yang sakit. Termasuk ketika dia dalam kondisi sedang berontak, sebaiknya talqin sementara dihentikan.

Imam Al-Qurthubi rahimahullah menceritakan :
"Guruku, Abul 'Abbas Ahmad bin 'Umar pernah menjenguk Abu Ja’far di cordoba yang kala itu sedang sekarat. Ketika ditalqin, Laa ilaaha illallaah… tapi tiba-tiba dia berontak, “Tidak.. tidak.”

Setelah dia sadar, kami tanyakan hal itu kepadanya. Lalu dia mengatakan,

أتاني شيطانان عن يميني وعن شمالي ، يقول أحدهما : مت يهودياً فإنه خير الأديان ، والآخر يقول : مت نصرانياً فإنه خير الأديان ، فكنت أقول لهما : لا ، لا

"Ada dua setan mendatangiku, di sebelah kanan dan kiriku. Yang satu mengajak, ‘Jadilah yahudi, karena itu agama terbaik.’ Sementara satunya mengajak, ‘Jadilah nasrani, karena itu agama terbaik.’ Akupun berontak, kukatakan, “Tidak.. tidak..” 
(Al-Qiyamah Ash-Sughra, hlm. 16)

Ketiga, hindari orang yang bisa membuat calon mayit semakin resah.

Misalnya tangisan istrinya, tangisan anaknya yang menunjukkan kesedihannya dengan kematian suaminya atau ayahnya. Ini bisa membuat calon mayit semakin resah, sehingga dia lebih memikirkan keluarganya daripada keselamatan akhiratnya. Bisa jadi ini akan menghalangi dia untuk mengucapkan laa ilaaha illallah…

Keempat, cara talqin adalah mengajak dia untuk mengucapkan kalimat tauhid, bukan mengulang-ulang ucapan ‘Laa ilaaha illallaah’ di sampingnya. Karena itu dalam talqin bisa kita iringi dengan janji baik, misalnya :

“Mari ucapkan laa ilaaha illallaah, in syaa Allah dapat surga”.

Dari Ibnul Musayyib, dari Ayahnya, beliau menceritakan :
"Ketika Abu Thalib hendak meninggal dunia, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguknya dan di kamarnya ada Abu Jahal. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menawarkan,

أَىْ عَمِّ ، قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ . كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ

"Wahai Paman, ucapkanlah ‘Laa ilaaha illallaah’ satu kalimat yang akan aku jadikan sebagai pembela untuk paman kelak di hadapan Allah."

Mendengar ini, Abu Jahal menekan perut Abu Thalib sambil mengatakan,
“Apakah kamu membenci agama ayahmu, 'Abdul Muthalib?” ini terus diulang, hingga kalimat terakhir yang dia ucapkan adalah kalimat ini." 
(HR. Bukhari no. 3884, 4675, 4772)

Kelima, jika dia sudah berhasil mengucapkan laa ilaaha illallaah maka jangan mengajaknya bicara. Biarkan si calon mayit diam, dengan harapan kalimat terakhir adalah laa ilaaha illallaah. Dan jika dia bicara yang lain, maka talqin diulangi, sampai dia mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah.

Abu 'Isa At Tirmidzi rahimahullah menjelaskan :

وَقَدْ كَانَ يُسْتَحَبُّ أَنْ يُلَقَّنَ الْمَرِيضُ عِنْدَ الْمَوْتِ قَوْلَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ و قَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ إِذَا قَالَ ذَلِكَ مَرَّةً فَمَا لَمْ يَتَكَلَّمْ بَعْدَ ذَلِكَ فَلَا يَنْبَغِي أَنْ يُلَقَّنَ وَلَا يُكْثَرَ عَلَيْهِ فِي هَذَا وَرُوِيَ عَنْ ابْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ لَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ جَعَلَ رَجُلٌ يُلَقِّنُهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَكْثَرَ عَلَيْهِ فَقَالَ لَهُ عَبْدُ اللَّهِ إِذَا قُلْتُ مَرَّةً فَأَنَا عَلَى ذَلِكَ مَا لَمْ أَتَكَلَّمْ بِكَلَامٍ وَإِنَّمَا مَعْنَى قَوْلِ عَبْدِ اللَّهِ إِنَّمَا أَرَادَ مَا رُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ آخِرُ قَوْلِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

"Disunnahkan untuk mentalqin orang yang sakit saat menjelang kematiannya, dengan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH. Sebagian ulama mengatakan; 'Jika si sakit sudah mengucapkannya sekali, lalu diam tidak mengucapkan kalimat yang lain, hendaknya tidak lagi ditalqin.' Diriwayatkan dalam hal ini dari Ibnu Mubaarak ketika sakaratul maut mendatanginya. Seorang lelaki mentalqinnya dan memperbanyaknya, lalu 'Abdullah berkata; 'Jika aku sudah mengucapkannya sekali, maka aku akan meninggal dengan ucapan kalimat tersebut selama aku tidak mengucapkan kalimat yang lain.' Makna perkataan 'Abdullah adalah apa yang diriwayatkan dari Nabi ﷺ, "Barangsiapa yang akhir ucapannya (di dunia) kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH, niscaya ia akan masuk surga"."
(Jami' Tirmidzi no. 977)

Keenam, Inti Talqin.

Inti dari talqin adalah mengajak orang untuk kembali kepada tauhid yang benar. Karena itu, talqin bisa saja dilakukan untuk orang non muslim. Namun ajakannya bukan sebatas mengucapkan laa ilaaha illallaah tapi ajakan untuk bersyahadat atau masuk islam.

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ وَهْوَ ابْنُ زَيْدٍ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ غُلَامٌ يَهُودِيٌّ يَخْدُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَرِضَ فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُهُ فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَقَالَ لَهُ أَسْلِمْ فَنَظَرَ إِلَى أَبِيهِ وَهُوَ عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُ أَطِعْ أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْلَمَ فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنْ النَّارِ

Telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Harb; Telah menceritakan kepada kami Hammaad dia adalah Ibnu Zaid, dari Tsaabit, dari Anas radhiallahu'anhu berkata : 

"Ada seorang anak kecil Yahudi yang bekerja membantu Nabi ﷺ menderita sakit. Maka Nabi ﷺ menjenguknya dan beliau duduk di sisi kepalanya lalu bersabda, "Masuklah Islam". Anak kecil itu memandang kepada bapaknya yang berada di dekatnya, lalu bapaknya berkata,: "Taatilah Abu Al Qaasim ﷺ". Maka anak kecil itu masuk Islam. Kemudian Nabi ﷺ keluar sambil bersabda, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan anak itu dari neraka".
(HR. Bukhari no. 1356)

Ketujuh, semua yang ada di sekitar calon mayit, tidak boleh mengucapkan kalimat apapun selain kebaikan. Karena ucapan mereka diaminkan malaikat.

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ شَقِيقٍ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَضَرْتُمْ الْمَرِيضَ أَوْ الْمَيِّتَ فَقُولُوا خَيْرًا فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ قَالَتْ فَلَمَّا مَاتَ أَبُو سَلَمَةَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبَا سَلَمَةَ قَدْ مَاتَ قَالَ قُولِي اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَلَهُ وَأَعْقِبْنِي مِنْهُ عُقْبَى حَسَنَةً قَالَتْ فَقُلْتُ فَأَعْقَبَنِي اللَّهُ مَنْ هُوَ خَيْرٌ لِي مِنْهُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'aawiyah, dari Al A'masy, dari Syaqiiq, dari Ummu Salamah ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda :

"Apabila kamu menjenguk orang sakit atau orang yang meninggal, maka ucapkanlah (doa) yang baik, karena malaikat mengaminkan ucapan kalian." 

Ummu Salamah mengkisahkan; Ketika Abu Salamah meninggal, saya mendatangi Nabi ﷺ dan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Salamah telah meninggal." Maka beliau pun bersabda, "Ucapkanlah, 'ALLAHUMMAGHFIR LII WA LAHU WA`A'QIBNII MINHU UQBAA HASANAH (Ya Allah, ampunilah aku dan ampunilah dia. Dan berilah ganti kematiannya itu bagiku dengan ganti yang lebih baik).'" maka saya pun membacanya, sehingga Allah menggantikan dengan yang lebih baik darinya, yaitu Muhammad ﷺ.
(HR. Muslim no. 977)

Kedelapan, tidak disyariatkan talqin di kuburan. Karena amal manusia setelah mati terputus. 

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ هُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyuub dan Qutaibah -yaitu Ibnu Sa'iid- dan Ibnu Hujr mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'iil -yaitu Ibnu Ja'far-, dari Al 'Alaa`, dari Ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :

"Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya."
(HR. Muslim no. 1631)

Yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diucapkan setelah memakamkan adalah mendoakan mayit agar diampuni dan diberi kekuatan menjawab pertanyaan Malaikat.

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بَحِيرٍ عَنْ هَانِئٍ مَوْلَى عُثْمَانَ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا فَرَغَ مِنْ دَفْنِ الْمَيِّتِ وَقَفَ عَلَيْهِ فَقَالَ اسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ وَسَلُوا لَهُ بِالتَّثْبِيتِ فَإِنَّهُ الْآنَ يُسْأَلُ قَالَ أَبُو دَاوُد بَحِيرٌ ابْنُ رَيْسَانَ

Telah menceritakan kepada kami Ibraahiim bin Muusa Ar Raaziy; Telah menceritakan kepada kami Hisyaam, dari 'Abdullah bin Bahiir, dari Haani` mantan budak 'Utsmaan, dari 'Utsmaan bin 'Affaan, ia berkata :

"Nabi ﷺ apabila telah selesai dari menguburkan mayit beliau berkata, "Mintakanlah ampunan untuk saudara kalian, dan mohonkanlah keteguhan untuknya, karena sesungguhnya sekarang ia sedang ditanya." 

Abu Daawud berkata; Bahiir bin Raisaan.
(HR. Abu Dawud no. 3221. Dishahihkan Syaikh Al-Albani)

Allahu a’lam





Tidak ada komentar:

Posting Komentar