1. Mengerjakan tiga rakaat dengan pola 2 – 1 (dua raka’at salam, lalu satu raka’at salam)
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ اللَّيْلِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ عَلَيْهِ السَّلَام صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمْ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى
وَعَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يُسَلِّمُ بَيْنَ الرَّكْعَةِ وَالرَّكْعَتَيْنِ فِي الْوِتْرِ حَتَّى يَأْمُرَ بِبَعْضِ حَاجَتِهِ
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yuusuf berkata; Telah mengabarkan kepada kami Maalik, dari Naafi' dan 'Abdullah bin Diinaar, dari Ibnu 'Umar,
"Bahwa ada seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang shalat malam. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat. Jika salah seorang dari kalian khawatir akan masuk waktu shubuh, hendaklah ia shalat satu rakaat sebagai witir (penutup) bagi shalat yang telah dilaksanakan sebelumnya."
Dan dari Naafi' bahwa 'Abdullah bin 'Umar memberi salam di antara satu rakaat dan dua rakaat witir hingga dia menuntaskan sebagian keperluannya.
(HR. Al Bukhari no. 990-991)
2. Mengerjakan tiga raka’at sekaligus lalu salam
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا الْفِرْيَابِيُّ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ اللَّيْثِيِّ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْوِتْرُ حَقٌّ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُوتِرْ بِخَمْسٍ وَمَنْ شَاءَ فَلْيُوتِرْ بِثَلَاثٍ وَمَنْ شَاءَ فَلْيُوتِرْ بِوَاحِدَةٍ
Telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Ibraahiim bin Ad Dimasyqi berkata; Telah menceritakan kepada kami Al Firyaabiy, dari Al Auzaa'i, dari Az Zuhriy, dari 'Athaa` bin Yaziid Al Laitsi, dari Abu Ayyuub Al Anshaariy, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Witir adalah haq (disyariatkan). Barangsiapa suka shalat witir lima rakaat maka hendaklah ia mengerjakannya. Barangsiapa suka shalat witir tiga rakaat, maka hendaklah ia mengerjakannya, dan barangsiapa suka shalat witir satu rakaat, maka hendaklah ia mengerjakannya."
(HR. Ibnu Majah no. 1190)
Dari Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu'anha, ia berkata :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُوتِرُ بِثَلاَثٍ لاَ يَقْعُدُ إِلاَّ فِى آخِرِهِنَّ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berwitir tiga raka’at sekaligus, beliau tidak duduk (tasyahud) kecuali pada raka’at terakhir.”
(HR. Al Baihaqi, 3/28)
Kalau ingin melakukan tiga raka’at langsung tidak boleh diserupakan dengan shalat Maghrib.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لا توتروا بثلاث أوتروا بخمس أو بسبع ولا تشبهوا بصلاة المغرب
“Janganlah lakukan shalat witir yang tiga rakaat seperti shalat Maghrib. Namun berwitirlah dengan lima atau tujuh rakaat.”
(HR. Ibnu Hibban no. 2429; Al Hakim dalam Mustadraknya no. 1138 dan Al Baihaqi dalam Sunan Kubra no. 4593. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)
Artinya, kalau caranya seperti shalat Maghrib berarti yang tiga rakaat memakai tasyahud awal di dalamnya. Itu yang tidak dibolehkan pada tiga rakaat.
Syaikh Muhammad Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata :
“Hadits ini menunjukkan bahwa syari’at ingin agar ibadah sunnah tidak disamakan dengan ibadah wajib.”
(Syarhul Mumthi’, 4/79)
Semoga bermanfaat.
Baarakallahu fiiykum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar