Kamis, 25 Juni 2020

Tukang Sihir (Dukun) Harus Dibunuh ?

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ جُنْدُبٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدُّ السَّاحِرِ ضَرْبَةٌ بِالسَّيْفِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ لَا نَعْرِفُهُ مَرْفُوعًا إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ وَإِسْمَعِيلُ بْنُ مُسْلِمٍ الْمَكِّيُّ يُضَعَّفُ فِي الْحَدِيثِ مِنْ قِبَلِ حِفْظِهِ وَإِسْمَعِيلُ بْنُ مُسْلِمٍ الْعَبْدِيُّ الْبَصْرِيُّ قَالَ وَكِيعٌ هُوَ ثِقَةٌ وَيُرْوَى عَنْ الْحَسَنِ أَيْضًا وَالصَّحِيحُ عَنْ جُنْدَبٍ مَوْقُوفٌ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرِهِمْ وَهُوَ قَوْلُ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ و قَالَ الشَّافِعِيُّ إِنَّمَا يُقْتَلُ السَّاحِرُ إِذَا كَانَ يَعْمَلُ فِي سِحْرِهِ مَا يَبْلُغُ بِهِ الْكُفْرَ فَإِذَا عَمِلَ عَمَلًا دُونَ الْكُفْرِ فَلَمْ نَرَ عَلَيْهِ قَتْلًا

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Manii'; Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'aawiyah, dari Isma'iil bin Muslim, dari Al Hasan, dari Jundub ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : 

"Hukuman bagi penyihir adalah dipenggal dengan pedang." 

Abu 'Iisa berkata; Hadits ini tidak kami ketahui diriwayatkan secara marfu' kecuali dari jalur ini dan Isma'iil bin Muslim Al Makkiy didha'ifkan dalam periwayatan hadits dari segi hafalannya, sedangkan Isma'iil bin Muslim Al 'Abdiy Al Bashriy, Wakii' berkata tentangnya; Ia seorang yang tsiqah dan hadits ini diriwayatkan juga dari Al Hasan. Dan yang shahih dari Jundub adalah riwayat mauquf. 

Hadits ini menjadi pedoman amal menurut sebagian ulama dari kalangan sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan selain mereka, ini menjadi pendapat Maalik bin Anas. Asy Syafi'i berkata; Sesungguhnya seorang penyihir dibunuh jika ia melakukan perbuatan sihir yang mencapai kekufuran namun jika ia melakukan perbuatan selain kekufuran maka kami tidak berpendapat ia harus dibunuh.
[HR. Tirmidzi no. 1460. Didhaifkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilatul Adh Dhaifah no. 1446]

حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو سَمِعَ بَجَالَةَ يَقُولُ
كُنْتُ كَاتِبًا لِجَزْءِ بْنِ مُعَاوِيَةَ عَمِّ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ فَأَتَانَا كِتَابُ عُمَرَ قَبْلَ مَوْتِهِ بِسَنَةٍ أَنْ اقْتُلُوا كُلَّ سَاحِرٍ وَرُبَّمَا قَالَ سُفْيَانُ وَسَاحِرَةٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَ كُلِّ ذِي مَحْرَمٍ مِنْ الْمَجُوسِ وَانْهَوْهُمْ عَنْ الزَّمْزَمَةِ فَقَتَلْنَا ثَلَاثَةَ سَوَاحِرَ وَجَعَلْنَا نُفَرِّقُ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ حَرِيمَتِهِ فِي كِتَابِ اللَّهِ وَصَنَعَ جَزْءٌ طَعَامًا كَثِيرًا وَعَرَضَ السَّيْفَ عَلَى فَخِذِهِ وَدَعَا الْمَجُوسَ فَأَلْقَوْا وِقْرَ بَغْلٍ أَوْ بَغْلَيْنِ مِنْ وَرِقٍ وَأَكَلُوا مِنْ غَيْرِ زَمْزَمَةٍ وَلَمْ يَكُنْ عُمَرُ أَخَذَ وَرُبَّمَا قَالَ سُفْيَانُ قَبِلَ الْجِزْيَةَ مِنْ الْمَجُوسِ حَتَّى شَهِدَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَهَا مِنْ مَجُوسِ هَجَرَ
و قَالَ أَبِي قَالَ سُفْيَانُ حَجَّ بَجَالَةُ مَعَ مُصْعَبٍ سَنَةَ سَبْعِينَ

Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari 'Amru dia mendengar Bajaalah berkata :

"Aku seorang juru tulis Jaza' bin Mu'aawiyah, paman Ahnaf bin Qais, kemudian datanglah surat 'Umar kepada kami setahun sebelum dia wafat, yang berisi : 

"Bunuhlah setiap tukang sihir laki laki.." -dan terkadang Sufyaan menyebutkan; "Dan tukang sihir perempuan."- "dan pisahkan setiap orang (suami istri) yang semahram dari kalangan Majusi, serta larang mereka mengucapkan zamzamah." 

Maka kami membunuh tiga orang tukang sihir dan kami memisahkan antara laki-laki (yang beristrikan) mahramnya dengan kitabullah. Jaza' juga membuat makanan dalam jumlah besar, kemudian dia menghunuskan pedang di pahanya lalu memanggil orang Majusi, mereka menyerahkan bawaan sepenuh keledai atau dua keledai dari perak, dan mereka makan tanpa mengucapkan zamzamah. 'Umar tidak mengambilnya. -Sufyaan berkata; "…memungut jizyah dari orang Majusi sampai 'Abdurrahman bin 'Auf bersaksi bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memungut dari orang-orang Majusi hajar." 

Bapakku berkata; Sufyaan menerangkan; "Bajaalah berhaji bersama Mush'ab pada tahun ke tujuh puluh hijriyah."
[HR. Ahmad no. 1569]

حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ سَمِعَ بَجَالَةَ يُحَدِّثُ عَمْرَو بْنَ أَوْسٍ وَأَبَا الشَّعْثَاءِ قَالَ
كُنْتُ كَاتِبًا لِجَزْءِ بْنِ مُعَاوِيَةَ عَمِّ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ إِذْ جَاءَنَا كِتَابُ عُمَرَ قَبْلَ مَوْتِهِ بِسَنَةٍ اقْتُلُوا كُلَّ سَاحِرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَ كُلِّ ذِي مَحْرَمٍ مِنْ الْمَجُوسِ وَانْهَوْهُمْ عَنْ الزَّمْزَمَةِ فَقَتَلْنَا فِي يَوْمٍ ثَلَاثَةَ سَوَاحِرَ وَفَرَّقْنَا بَيْنَ كُلِّ رَجُلٍ مِنْ الْمَجُوسِ وَحَرِيمِهِ فِي كِتَابِ اللَّهِ وَصَنَعَ طَعَامًا كَثِيرًا فَدَعَاهُمْ فَعَرَضَ السَّيْفَ عَلَى فَخْذِهِ فَأَكَلُوا وَلَمْ يُزَمْزِمُوا وَأَلْقَوْا وِقْرَ بَغْلٍ أَوْ بَغْلَيْنِ مِنْ الْوَرِقِ وَلَمْ يَكُنْ عُمَرُ أَخَذَ الْجِزْيَةَ مِنْ الْمَجُوسِ حَتَّى شَهِدَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَهَا مِنْ مَجُوسِ هَجَرَ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad; Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari 'Amr bin Diinaar, ia mendengar Bajaalah, menceritakan kepada 'Amr bin Aus, serta Abu Asy Sya'tsaa`, ia berkata : 

"Dahulu aku adalah seorang sekretaris Jaz` bin Mu'aawiyah paman Al Ahnaf bin Qais, tiba-tiba terdapat surat 'Umar datang kepada kami satu tahun sebelum ia meninggal, ia berkata; 
bunuhlah seluruh tukang sihir, dan pisahkan antara setiap orang yang memiliki mahram dari kalangan orang-orang majusi, dan laranglah mereka dari bersuara rendah yang hampir tidak terdengar suaranya. Maka kami dalam sehari telah membunuh tiga orang tukang sihir, dan memisahkan antara setiap laki-laki majusi dan mahramnya dalam kitab Allah. Dan 'Umar membuat makanan yang banyak kemudian mengundang mereka kemudian ia memperlihatkan pedang di atas pahanya. Kemudian mereka makan tanpa mengeluarkan suara samar yang tidak jelas dan mereka menjatuhkan bawaan seekor atau dua ekor bighal dari perak, dan 'Umar tidak mengambil jizyah dari orang-orang majusi hingga 'Abdurrahman bin 'Auf bersaksi bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengambilnya dari majusi Hajar."
[HR. Abu Dawud no. 3043]

و حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ
قَتَلَ نَفَرًا خَمْسَةً أَوْ سَبْعَةً بِرَجُلٍ وَاحِدٍ قَتَلُوهُ قَتْلَ غِيلَةٍ وَقَالَ عُمَرُ لَوْ تَمَالَأَ عَلَيْهِ أَهْلُ صَنْعَاءَ لَقَتَلْتُهُمْ جَمِيعًا

Telah menceritakan kepadaku Yahya, dari Maalik, dari Yahya bin Sa'iid, dari Sa'iid bin Musayyab,

"Bahwa 'Umar bin Khaththaab membunuh lima atau tujuh orang, sebab mereka telah membunuh seorang laki-laki dengan tipu muslihat (sihir). 'Umar berkata; "Seandainya (seluruh) penduduk Shan'a berkomplot melakukannya, niscaya aku akan membunuh mereka semuanya."
[HR. Malik no. 1671. Dhaif Munqathi]

و حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَعْدِ بْنِ زُرَارَةَ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ حَفْصَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَتَلَتْ جَارِيَةً لَهَا سَحَرَتْهَا وَقَدْ كَانَتْ دَبَّرَتْهَا فَأَمَرَتْ بِهَا فَقُتِلَتْ

Telah menceritakan kepadaku Yahya, dari Maalik, dari Muhammad bin 'Abdurrahman bin Sa'ad bin Zaraarah telah sampai kepadanya, 

"Bahwa Hafshah, istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membunuh seorang budak wanitanya yang telah menyihirnya, padahal sebelum itu ia pernah menjanjikannya untuk merdeka jika ia (Hafshah) telah meninggal. Namun Hafshah tetap memerintahkannya hingga budak itu pun dibunuh."
[HR. Malik no. 1672. Dhaif Munqathi]

Tatkala diketahui bahwasanya sihir dan perdukunan merupakan penyakit meresahkan masyarakat yang berbahaya, manakala didiamkan akan menimbulkan kerusakan yang menyebar dan keburukan yang merajalela berupa pembunuhan (dengan santet atau teluh), mengambil harta dengan cara yang batil (dengan babi ngepet, tuyul, pesugihan, atau kasus dukun menipu pasiennya), memisahkan pasangan suami istri (dengan guna-guna), maka hukuman yang tepat untuknya dengan satu kata: yakni HUKUMAN MATI. Dengannya masyarakat menjadi tenang dan suasana menjadi kondusif apabila menerapkan syariat Islam.

Faedah Hadits : 

1. Haramnya mempelajari ilmu sihir (perdukunan, santet, teluh, hipnotis, mentalist, magic, pesugihan, dan ilmu sihir lainnya), haram pula mengajarkannya.

2. Hukuman dalam syariat Islam bagi para tukang sihir, dukun, paranormal, dan yang semakna dengannya adalah hukuman mati dengan cara dipenggal lehernya dengan pedang.

Hadits ini sebagai dalil atas hukuman dalam syariat Islam bagi para tukang sihir, dukun, paranormal, dan yang semakna dengannya adalah hukuman mati. Hadits ini juga menjadi dalil atas haramnya mempelajari ilmu sihir dan perdukunan dengan segala macam bentuknya, haram pula mengajarkannya.

Haramnya sihir dikarenakan bahwasanya sihir itu dibangun di atas kesyirikan (seseorang bisa mempraktikkan sihir dengan syarat ia pasti berbuat syirik).

Imam Adz Dzahabi rahimahullah menegaskan :  
"Orang yang mempraktikkan ilmu sihir, maka dia telah kafir. Karena tidaklah para setan mengajarkan sihir kepada manusia melainkan dengan tujuan agar manusia menyekutukan Allah ta’ala."
[Syarah Al Kabaair lil Imam Adz Dzahabi, Ibnu ‘Utsaimin, Cet. Dar Al Kutub ‘Ilmiyah, hal. 20]

Referensi :
 
Kitab Al-Jadid Syarhu Kitabut Tauhid, Penulis Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Sulaiman Al-Qar’awi, hal. 226-227

Tidak ada komentar:

Posting Komentar