Jumat, 05 Juni 2020

BERDIRI YANG DILARANG

Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits di bawah ini pada Bab : Dimakruhkan berdiri untuk menyambut kedatangan seseorang.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَخْبَرَنَا عَفَّانُ أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ
لَمْ يَكُنْ شَخْصٌ أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَكَانُوا إِذَا رَأَوْهُ لَمْ يَقُومُوا لِمَا يَعْلَمُونَ مِنْ كَرَاهِيَتِهِ لِذَلِكَ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ

Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin 'Abdurrahman; Telah mengabarkan kepada kami 'Affaan; Telah mengabarkan kepada kami Hammaad bin Salamah dari Humaid dari Anas ia berkata :

"Tidak ada seorangpun yang lebih mereka (para sahabat) cintai selain dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Anas berkata;
"Apabila melihat beliau, mereka tidak bangkit karena mereka tahu bahwa beliau tidak menyukai yang demikian."

Abu 'Iisa berkata; Hadits ini hasan shahih gharib dari jalur ini."
(HR. At Tirmidzi no. 2754)

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ حَبِيبِ بْنِ الشَّهِيدِ عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ قَالَ
خَرَجَ مُعَاوِيَةُ فَقَامَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ وَابْنُ صَفْوَانَ حِينَ رَأَوْهُ فَقَالَ اجْلِسَا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَتَمَثَّلَ لَهُ الرِّجَالُ قِيَامًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ حَبِيبِ بْنِ الشَّهِيدِ عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَهُ

Telah menceritakan kepada kami Mahmuud bin Ghailaan; Telah menceritakan kepada kami Qibiishah; Telah menceritakan kepada kami Sufyaan dari Habiib bin Asy Syahiid dari Abu Mijlaz ia berkata :

"Suatu ketika Mu'aawiyah keluar, ketika melihatnya, 'Abdullah bin Zubair dan Ibnu Shafwaan langsung berdiri, Mu'aawiyah berkata;
"Duduklah kalian, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Barangsiapa senang menjadikan orang-orang berdiri untuknya, maka bersiap-siaplah menempati tempatnya di neraka."

Dan dalam bab ini, ada hadits dari Abu Umaamah. Abu 'Iisa berkata; Hadits ini hasan. Telah menceritakan kepada kami Hannaad; Telah menceritakan kepada kami Abu Usaamah dari Habiib bin Asy Syahiid dari Abu Mijlaz dari Mu'aawiyah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti hadits di atas.
(HR. At Tirmidzi no. 2755)

عن عبد الله بن بريدة قال : خرج معاوية فرآهم قياما لخروجه ، فقال لهم : اجلسوا فإن رسول الله صلى الله
عليه وسلم قال : من سره أن يقوم له بنو آدم ، و جبت له النار.

Dari ‘Abdullah bin Buraidah, ia berkata :
“(Pada satu hari) Mu’aawiyah keluar dan ia melihat orang-orang berdiri karenanya. Maka Mu’aawiyah berkata kepada mereka : ‘Duduklah kalian, sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda : ‘Barangsiapa yang suka anak-anak Adam berdiri untuknya, wajib baginya untuk masuk neraka'.”
(HR. Ath-Thahawiy 2/38-39 dan Al-Khathiib dalam Taariikh Baghdad 13/193; lihat Silsilah Ash-Shahiihah no. 357)

عن عبد الرزاق بن سليمان بن علي بن الجعد قال : سمعت أبي يقول : " لما أحضر المأمون أصحاب الجوهر ، فناظرهم على متاع كان معهم ، ثم نهض المأمون لبعض حاجته ، ثم خرج ، فقام كل من كان في المجلس إلا ابن الجعد ، فإنه لم يقم ، قال : فنظر إليه المأمون كهيئة المغضب ، ثم استخلاه فقال له : يا شيخ ما منعك أن تقوم لي كما قام أصحابك ؟ قال : أجللت أمير المؤمنين للحديث الذي نأثره عن النبي صلى الله عليه وسلم ، قال : و ما هو ؟ قال علي بن الجعد : سمعت المبارك بن فضالة يقول : سمعت الحسن يقول قال النبي صلى الله عليه وسلم : (فذكره باللفظ الأول) قال : فأطرق المأمون متفكرا في الحديث ، ثم رفع رأسه فقال : لا يشترى إلا من هذا الشيخ ، قال : فاشترى منه في ذلك اليوم بقيمة ثلاثين ألف دينار " .

Dari ‘Abdurrazzaaq bin Sulaimaan bin ‘Aliy bin Al-Ja’d, ia berkata : Aku mendengar Ayahku berkata :

“Ketika Al-Ma’muun kedatangan para pedagang batu permata, maka ia mengamat-amati barang yang mereka bawa. Kemudian Al-Ma’muun beranjak karena ada satu hajat dan keluar dari majelisnya. Berdirilah semua orang yang ada di majelis itu kecuali Ibnul-Ja’d – ia tidak berdiri (untuk Al-Ma’muun). Maka Al-Ma’muun pun melihat kepadanya yang seakan-akan ia marah kepadanya. Al-Ma’muun menghampirinya dan berkata : “Wahai Syaikh, apa yang menghalangimu untuk berdiri untukku sebagaimana para shahabatmu berdiri ?”. Ibnul-Ja’d menjawab : “Aku menghormati Amiirul-Mukminin (dengan cara demikian) dikarenakan hadits yang kami riwayatkan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam”. Al-Ma’muun bertanya : “Apa itu ?”. ‘Aliy bin Al-Ja’d berkata : Aku mendengar Al-Mubaarak bin Fudhaalah, ia berkata : Aku mendengar Al-Hasan berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Barangsiapa yang suka seseorang berdiri untuknya, maka persiapkanlah tempat duduknya di neraka'. Al-Ma’muun tertunduk sambil memikirkan hadits itu, yang kemudian ia mengangkat kepalanya seraya berkata : “Aku tidak akan membeli (batu permata) kecuali dari syaikh ini”. ‘Abdurrazzaaq berkata : “Maka pada hari itu Al-Ma’muun berdiri membeli batu permata dari syaikh tersebut senilai 30.000 dinar.”
(Diriwayatkan oleh Adz-Dzahabi dalam As-Siyar 10/466, Taariikh Baghdad 11/361)

Syaikh Muhammad Lukman As-Salafi rahimahullah menjelaskan hadits ini :
“Dalam hadits ini terdapat larangan berdiri untuk menghormati seseorang yang masuk ke majelis, yaitu orang yang duduk berdiri tegak karena ada yang datang kepada mereka untuk memuliakan dan mengagungkannya”.
(Rasyyul Barad Syarhu Adabil Mufrad, hal. 525, cetakan pertama, Darud Da’i lin Nasyri wat Tauzi’)

Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baz ditanya : "Ketika seseorang masuk, sementara kami sedang duduk di suatu majlis, para hadirin berdiri untuknya, tapi saya tidak ikut berdiri. Haruskah saya ikut berdiri, dan apakah orang-orang itu berdosa?"

Jawaban :

"Bukan suatu keharusan berdiri untuk orang yang datang, hanya saja ini merupakan kesempurnaan etika, yaitu berdiri untuk menjabatnya (menyalaminya) dan menuntunnya, lebih-lebih bila dilakukan oleh tuan rumah dan orang-orang tertentu. Yang demikian itu termasuk kesempurnaan etika. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdiri untuk menyambut Fathimah, Fathimah pun demikian untuk menyambut kedatangan beliau [1]. Para sahabat radhiyallahu ‘anhum juga berdiri untuk menyambut Sa’ad bin Mu’adz atas perintah beliau, yaitu ketika Sa’ad tiba untuk menjadi pemimpin Bani Quraizah [2].

Thalhah bin 'Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu juga berdiri dan beranjak dari hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Ka’ab bin Malik radhiyallahu ‘anhu datang setelah Allah menerima taubatnya, hal itu dilakukan Thalhah untuk menyalaminya dan mengucapkan selamat kepadanya, kemudian duduk kembali [3]. (Peristiwa ini disaksikan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau tidak mengingkarinya). Hal ini termasuk kesempurnaan etika. Permasalahannya cukup fleksible.

Adapun yang mungkar adalah berdiri untuk pengagungan. Namun bila sekadar berdiri untuk menyambut tamu dan menghormatinya, atau menyalaminya atau mengucapkan selamat kepadanya, maka hal ini disyari’atkan. Sedangkan berdirinya orang-orang yang sedang duduk untuk pengagungan, atau sekadar berdiri saat masuknya orang dimaksud, tanpa maksud menyambutnya atau menyalaminya, maka hal itu tidak layak dilakukan. Yang buruk dari itu adalah berdiri untuk menghormat, sementara yang dihormat itu duduk. Demikian ini bila dilakukan bukan dalam rangka menjaganya tapi dalam rangka mengagungkannya.

Berdiri untuk Seseorang ada Tiga Macam :

Pertama,

Berdiri untuknya sebagai penghormatan, sementara yang dihormat itu dalam keadaan duduk, yaitu sebagaimana yang dilakukan oleh rakyat jelata terhadap para raja dan para pembesar mereka. Sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa hal ini tidak boleh dilakukan, karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh para sahabatnya untuk duduk ketika beliau shalat sambil duduk, beliau menyuruh mereka supaya duduk dan shalat bersama beliau sambil duduk. Seusai shalat beliau bersabda,
“Hampir saja tadi kalian melakukan seperti yang pernah dilakukan oleh bangsa Persia dan Romawi, mereka (biasa) berdiri untuk para raja mereka sementara para raja itu duduk.” [4]

Kedua,

Berdiri untuk seseorang yang masuk atau keluar tanpa maksud menyambut/mengantarnya atau menyalaminya, tapi sekadar menghormati. Sikap seperti ini minimal makruh. Para sahabat radhiyallahu ‘anhu tidak pernah berdiri untuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau datang kepada mereka, demikian ini karena mereka tahu bahwa beliau tidak menyukai hal itu.

Ketiga,

Berdiri untuk menyambut yang datang atau menuntunnya ke tempat atau mendudukannya di tempat duduknya dan sebagainya. Yang demikian ini tidak apa-apa, bahkan termasuk sunnah, sebagaimana yang telah dijelaskan di muka."

(Majmu’ Fatawa Ibn Baz, Juz 4, hal. 396)

Semoga dapat dipahami.
Baarakallahu fiiykum

Catatan kaki :

[1]
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ أَخْبَرَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ مَيْسَرَةَ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ عَائِشَةَ بِنْتِ طَلْحَةَ عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ
مَا رَأَيْتُ أَحَدًا كَانَ أَشْبَهَ سَمْتًا وَهَدْيًا وَدَلًّا وَقَالَ الْحَسَنُ حَدِيثًا وَكَلَامًا وَلَمْ يَذْكُرْ الْحَسَنُ السَّمْتَ وَالْهَدْيَ وَالدَّلَّ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ فَاطِمَةَ كَرَّمَ اللَّهُ وَجْهَهَا كَانَتْ إِذَا دَخَلَتْ عَلَيْهِ قَامَ إِلَيْهَا فَأَخَذَ بِيَدِهَا وَقَبَّلَهَا وَأَجْلَسَهَا فِي مَجْلِسِهِ وَكَانَ إِذَا دَخَلَ عَلَيْهَا قَامَتْ إِلَيْهِ فَأَخَذَتْ بِيَدِهِ فَقَبَّلَتْهُ وَأَجْلَسَتْهُ فِي مَجْلِسِهَا

Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali dan Ibnu Basysyar keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Utsman bin Umar berkata, telah mengabarkan kepada kami Isra'il dari Maisarah bin Habib dari Al Minhal bin Amru dari 'Aisyah binti Thalhah dari Ummul Mukminin 'Aisyah radhiallahu 'anha ia berkata,

"Aku tidak pernah melihat seseorang yang mirip dalam kesopanan, ketenangan, kesabaran dan dalam memberi petunjuk -Al Hasan menyebutkan, "dalam berbicara dan bertutur kata namun Al Hasan tidak menyebutkan 'kesabaran dan dalam memberi petunjuk-
dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selain dari pada Fatimah -semoga Allah memuliakan wajahnya-.

Jika Fatimah datang menemui beliau, maka beliau berdiri, meraih tangannya, mencium dan mendudukkannya di tempat duduknya. Dan jika beliau datang menemui Fatimah, maka ia akan meraih tangan beliau, mencium dan mendudukkannya di tempat duduknya."
(HR. Abu Daud no. 5217)

Ini termasuk memuliakan tamu dengan berdiri menyambutnya dan menghampirinya. Bukan sekedar berdiri di tempat.

[2]
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سَعْدٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ
نَزَلَ أَهْلُ قُرَيْظَةَ عَلَى حُكْمِ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ فَأَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى سَعْدٍ فَأَتَى عَلَى حِمَارٍ فَلَمَّا دَنَا مِنْ الْمَسْجِدِ قَالَ لِلْأَنْصَارِ قُومُوا إِلَى سَيِّدِكُمْ أَوْ خَيْرِكُمْ فَقَالَ هَؤُلَاءِ نَزَلُوا عَلَى حُكْمِكَ فَقَالَ تَقْتُلُ مُقَاتِلَتَهُمْ وَتَسْبِي ذَرَارِيَّهُمْ قَالَ قَضَيْتَ بِحُكْمِ اللَّهِ وَرُبَّمَا قَالَ بِحُكْمِ الْمَلِكِ

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Ghundar telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Sa'ad, ia berkata; aku mendengar Abu Umamah berkata; aku mendengar Abu Sa'id Al Khudri radhiallahu 'anhu berkata :

"Penduduk Quraizhah setuju dengan ketetapan hukum yang akan diputuskan oleh Sa'ad bin Mu'adz. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengutus seseorang untuk memanggilnya, dia lalu datang dengan mengendarai keledai. Ketika dekat dengan masjid, beliau shallallahu'alaihi wasallam berkata kepada kaum Anshar:
"Berdirilah kalian untuk pemimpin kalian atau orang terbaik kalian".

Beliau melanjutkan sabdanya: "Mereka telah setuju dengan keputusanmu." Sa'ad berkata; "Aku akan memutuskan kepada mereka, bunuhlah para tentara perang mereka dan tawanlah anak-anak dan wanita mereka." Beliau bersabda: "Sungguh kamu telah memutuskan hukum kepada mereka dengan hukum Allah." -Atau bersabda- "Dengan hukum Raja diraja".
(HR. Bukhari no. 4121)

Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata :

و المعروف أنه قال : " قوموا إلى سيدكم " . قاله صلى الله عليه وسلم لجماعة من الأنصار لما جاء سعد بن معاذ محمولا على حمار و هو جريح ... أي أنزلوه و حملوه ، لا قوموا له ، من القيام له فإنه أراد بالسيد : الرئيس والمتقدم عليهم ، و إن كان غيره أفضل منه " . اشتهر الاستدلال بهذا الحديث على مشروعية القيام للداخل ، و أنت إذا تأملت في سياق القصة يتبين لك أنه استدلال ساقط من وجوه كثيرة أقواها قوله صلى الله عليه وسلم " فأنزلوه " فهو نص قاطع على أن الأمر بالقيام إلى سعد إنما كان لإنزاله من أجل كونه مريضا ، و لذلك قال الحافظ : " و هذه الزيادة تخدش في الاستدلال بقصة سعد على مشروعية القيام المتنازع فيه

“Dan yang ma’ruf bahwasannya beliau bersabda : ‘Berdirilah kalian untuk pemimpin kalian’. Itu dikatakan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kepada sekelompok orang-orang Anshar ketika Sa’ad bin Mu’adz datang dengan dipanggul di atas keledai dalam keadaan luka parah. Berarti makna : quumuu ilaa sayyidikum adalah : ‘Turunkan dan papah dia’. Bukan : ‘berdirilah untuknya’ , yaitu untuk menghormatinya. Sebab maksud mata sayyid adalah pemimpin dan orang terdepan walaupun di sana ada orang yang lebih baik. Telah masyhur pendapat yang berdalil dengan hadits ini tentang disyari’atkannya berdiri untuk orang yang masuk. Dan jika engkau perhatikan alur ceritanya, engkau akan dapati pendalilan seperti ini adalah pendalilan yang keliru ditinjau dari banyak sisi. Yang terkuat (dalam membantah pendapat ini) adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : ‘turunkan dia’ ; dimana ia merupakan nash yang pasti atas perintah berdiri menuju Sa’ad, yaitu untuk menurunkannya (dari atas keledai) karena ia dalam keadaan sakit. Oleh karena itu Al-Haafizh berkata : ‘Tambahan ini menunjukkan batalnya pendapat disyari’atkannya berdiri yang diperselisihkan ini yang berdalil dengan hadits Sa’ad.”
(Silsilah Ash-Shahiihah, 1/146)

Yang dijelaskan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di atas serupa dengan yang dijelaskan Ibnul-Hajj Al-Maalikiy saat membantah An-Nawawi.
(Lihat Tuhfatul-Ahwadziy, 8/31)

[3] Hadits Ka’b bin Malik radhiyallahu ‘anhu :

فلمَّا جَاءَنِي الَّذي سمِعْتُ صوْتَهُ يُبَشِّرُنِي نَزَعْتُ لَهُ ثَوْبَيَّ فَكَسَوْتُهُمَا إِيَّاهُ ببشارَته واللَّه ما أَمْلِكُ غَيْرَهُمَا يوْمَئذٍ، وَاسْتَعَرْتُ ثَوْبَيْنِ فَلَبسْتُهُمَا وانْطَلَقتُ أَتَأَمَّمُ رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَتَلَقَّانِي النَّاسُ فَوْجاً فَوْجاً يُهَنِّئُونني بِالتَّوْبَةِ وَيَقُولُون لِي: لِتَهْنِكَ تَوْبَةُ الله عَلَيْكَ، حتَّى دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَإِذَا رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم جَالِسٌ حَوْلَهُ النَّاسُ، فَقَامَ طلْحَةُ بْنُ عُبَيْد الله رضي الله عنه يُهَرْوِل حَتَّى صَافَحَنِي وهَنَّأَنِي، واللَّه مَا قَامَ رَجُلٌ مِنَ الْمُهاجِرِينَ غَيْرُهُ،

“Maka ketika telah datang orang yang aku dengar suaranya telah memberikan kabar gembira kepadaku, aku langsung melepas dua pakaianku untuknya. Aku pakaikan keduanya kepadanya sebagai balasan atas kabar gembiranya. Demi Allah, aku tidak memiliki selain keduanya pada hari itu. Dan aku meminjam dua pakaian untuk aku pakai. Dan aku berangkat menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sementara orang-orang berbondong-bondong menemuiku, dan mengucapkan selamat atas taubat Allah untukku. Mereka mengucapkan : ‘Semoga taubat Allah atasmu membuatmu bahagia’. Hingga aku masuk masjid, ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang duduk dikerumuni orang-orang. Maka Thalhah bin ‘Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu berlari-lari hingga menjabat tanganku. Demi Allah, tidak ada orang Muhajirin yang berdiri selain dia…”
(HR. Bukhari no. 4418)

[4]
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ
اشْتَكَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّيْنَا وَرَاءَهُ وَهُوَ قَاعِدٌ وَأَبُو بَكْرٍ يُسْمِعُ النَّاسَ تَكْبِيرَهُ فَالْتَفَتَ إِلَيْنَا فَرَآنَا قِيَامًا فَأَشَارَ إِلَيْنَا فَقَعَدْنَا فَصَلَّيْنَا بِصَلَاتِهِ قُعُودًا فَلَمَّا سَلَّمَ قَالَ إِنْ كِدْتُمْ آنِفًا لَتَفْعَلُونَ فِعْلَ فَارِسَ وَالرُّومِ يَقُومُونَ عَلَى مُلُوكِهِمْ وَهُمْ قُعُودٌ فَلَا تَفْعَلُوا ائْتَمُّوا بِأَئِمَّتِكُمْ إِنْ صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا وَإِنْ صَلَّى قَاعِدًا فَصَلُّوا قُعُودًا
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الرُّؤَاسِيُّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ خَلْفَهُ فَإِذَا كَبَّرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَبَّرَ أَبُو بَكْرٍ لِيُسْمِعَنَا ثُمَّ ذَكَرَ نَحْوَ حَدِيثِ اللَّيْثِ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Laits --lewat jalur periwayatan lain-- dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh telah mengabarkan kepada kami al-Laits dari Abu az-Zubair dari Jabir dia berkata,

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengeluh sakit, kami pun shalat di belakangnya, sedangkan beliau dalam keadaan duduk, dan Abu Bakar memperdengarkan takbirnya kepada manusia. Lalu beliau menoleh kepada kami, maka beliau melihat kami shalat dalam keadaan berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada kami untuk duduk, lalu kami shalat dengan mengikuti shalatnya dalam keadaan duduk. Ketika beliau mengucapkan salam, maka beliau bersabda,

"Kalian baru saja hampir melakukan perbuatan kaum Persia dan Romawi, mereka berdiri di hadapan raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk, maka janganlah kalian melakukannya. Berimamlah dengan imam kalian. Jika dia shalat dalam keadaan berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan jika dia shalat dalam keadaan duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan duduk'."

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah menceritakan kepada kami Humaid bin Abdurrahman ar-Ruasi dari bapaknya dari Abu az-Zubair dari Jabir dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat mengimami kami, sedangkan Abu Bakar di belakangnya. Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertakbir, maka dia bertakbir untuk memperdengarkan takbirnya kepada kita." Kemudian dia menyebutkan semisal hadits al-Laits.
(HR. Muslim no. 413)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar