Sabtu, 13 Maret 2021

Bersin Ketika Shalat, Bolehkah Mengucap Hamdalah (Tahmid) ?

Ketika seseorang bersin, maka disyari’atkan baginya untuk mengucapkan hamdalah, ia memuji Allah Rabbnya. Dalilnya adalah :

حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ

Telah menceritakan kepada kami Adam bin Iyaas; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b; Telah menceritakan kepada kami Sa'iid Al Maqburiy dari Ayahnya dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam :

"Sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan membenci menguap, apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaklah ia memuji Allah, dan kewajiban seorang muslim yang mendengarnya untuk mendo'akan, sedangkan menguap datangnya dari setan, hendaknya ia menahan semampunya, jika ia sampai mengucapkan haaah, maka syetan akan tertawa karenanya."
[Shahih Bukhari no. 6223]

حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ وَحَمِدَ اللَّهَ كَانَ حَقًّا عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يَقُولَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا تَثَاءَبَ ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ

Telah menceritakan kepada kami 'Aashim bin 'Aliy; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b dari Sa'iid Al Maqburiy dari Ayahnya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda : 

"Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap, apabila salah seorang dari kalian bersin, lalu memuji Allah, maka kewajiban setiap muslim yang mendengarnya untuk mengucapkan; "Yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu), sedangkan menguap datangnya dari setan, dan apabila salah seorang dari kalian menguap, hendaknya ia menahan semampunya, karena jika salah seorang menguap, maka setan tertawa karenanya."
[Shahih Bukhari no. 6226]

Ini adalah dalil yang umum. Namun bagaimana bila kita sedang shalat dan kita bersin? Apakah disyari’atkan juga untuk mengucapkan hamdalah?

Jawabannya adalah ya, dalilnya adalah seperti yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi rahimahullah :

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا رِفَاعَةُ بْنُ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ الزُّرَقِيُّ عَنْ عَمِّ أَبِيهِ مُعَاذِ بْنِ رِفَاعَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ

صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَطَسْتُ فَقُلْتُ الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ مُبَارَكًا عَلَيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْصَرَفَ فَقَالَ مَنْ الْمُتَكَلِّمُ فِي الصَّلَاةِ فَلَمْ يَتَكَلَّمْ أَحَدٌ ثُمَّ قَالَهَا الثَّانِيَةَ مَنْ الْمُتَكَلِّمُ فِي الصَّلَاةِ فَلَمْ يَتَكَلَّمْ أَحَدٌ ثُمَّ قَالَهَا الثَّالِثَةَ مَنْ الْمُتَكَلِّمُ فِي الصَّلَاةِ فَقَالَ رِفَاعَةُ بْنُ رَافِعٍ ابْنُ عَفْرَاءَ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ كَيْفَ قُلْتَ قَالَ قُلْتُ الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ مُبَارَكًا عَلَيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ ابْتَدَرَهَا بِضْعَةٌ وَثَلَاثُونَ مَلَكًا أَيُّهُمْ يَصْعَدُ بِهَا

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah; Telah menceritakan kepada kami Rifaa’ah bin Yahya bin ‘Abdullah bin Rifaa’ah bin Raafi’ Az-Zaraqiy, dari paman ayahnya yaitu Mu’aadz bin Rifaa’ah, dari Ayahnya, ia berkata :

“Aku pernah shalat di belakang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam lalu aku bersin dan mengucapkan, 

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ مُبَارَكًا عَلَيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى

Alhamdulillaahi hamdan katsiran thayyiban mubaarakan fiih, mubaarakan ‘alaih, kamaa yuhibbu rabbunaa wa yardha 

(Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik, diberkahi di dalamnya serta diberkahi di atasnya, sebagaimana Rabb kami senang dan ridha).

Maka ketika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam selesai shalat, beliau berpaling ke arah kami seraya bertanya, “Siapa yang berbicara waktu shalat?” Tidak ada seorang pun dari kami yang menjawab, beliau lalu bertanya lagi untuk yang kedua kalinya, “Siapa yang berbicara waktu shalat?” Tidak ada seorang pun dari kami yang menjawab, beliau lalu bertanya lagi untuk yang ketiga kalinya, “Siapa yang berbicara waktu shalat?” Maka aku menjawab, “Aku, wahai Rasulullah,” Beliau bertanya, “Apa yang engkau ucapkan tadi?” Aku menjawab, “Aku mengucapkan ‘Alhamdulillaahi hamdan katsiran thayyiban mubaarakan fiih, mubaarakan ‘alaih, kamaa yuhibbu rabbunaa wa yardha’.” Maka Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam pun bersabda : 

“Demi Dzat yang jiwaku berada di TanganNya, sungguh ada tiga puluh lebih malaikat saling berebut untuk membawa naik kalimat tersebut.”
[Jaami’ At-Tirmidzi no. 404] – Imam Tirmidzi berkata hadits hasan. Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Takhrij Al-Misykah no. 951

Perkataan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam yang tidak mengingkari perbuatan Rifaa’ah -radhiyallahu ‘anhu- menjadi hujjah disyari’atkannya mengucapkan hamdalah ketika bersin dalam shalat. Dan ini adalah pendapat jumhur dari para sahabat dan tabi’in. Begitu juga Imam Maalik, Asy-Syaafi’iy dan Ahmad. Namun mereka berbeda-beda pendapat apakah pengucapannya dikeraskan atau dipelankan. Yang rajih adalah dikeraskan namun hanya sebatas hingga didengar dirinya sendiri dan tidak sampai mengganggu orang lain disampingnya. Ini adalah pendapat madzhab Imam Ahmad.

Jika demikian apakah dalam setiap keadaan kita boleh mengucapkan alhamdulillah saat bersin dalam shalat ataukah ada rincian-rincian keadaan yang harus diperhatikan. Jawabannya pilihan kedualah yang lebih tepat sebagaimana penjelasan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani sebagai berikut :

“Jika menjadi makmum dalam shalat yang bacaan imam dikeraskan (shalat jahriyyah) tidak boleh membaca alhamdulillah saat bersin dan tidak ada perselisihan ulama dalam masalah ini.

Jika menjadi makmum dalam shalat yang bacaannya tidak dikeraskan (shalat sirriyyah) atau shalat sendiri boleh membaca alhamdulillah saat bersin dengan syarat tidak sedang dalam kondisi membaca Al Quran (surat Al Fatihah atau surat selainnya).

Jika bersin terjadi dalam kondisi sedang membaca Al Quran maka tidak sepatutnya menghentikan bacaan Al Quran untuk mengucapkan alhamdulillah karena berdampak menyisipkan ke dalam bacaan Al Quran sesuatu yang bukan bagian darinya”.

Allahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar