Selasa, 16 Juni 2020

Hukum Makan Sambil Bicara

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata,

أُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بِلَحْمٍ ، فَرُفِعَ إِلَيْهِ الذِّرَاعُ ، وَكَانَتْ تُعْجِبُهُ ، فَنَهَسَ مِنْهَا نَهْسَةً فَقَالَ : ( أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، وَهَلْ تَدْرُونَ بِمَ ذَاكَ… ) ثم ذكر حديث الشفاعة الطويل .

“Suatu hari dihidangkan beberapa daging untuk Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Lalu ditawarkan kepada beliau kaki depan (paha kambing), bagian yang beliau suka. Beliaupun menggigitnya dengan satu gigitan kemudian bersabda,
“Sesungguhnya aku adalah penghulu seluruh manusia di hari kiamat kelak. Tidakkah kalian tahu mengapa demikian?” Kemudian beliau menyebutkan hadits yang panjang tentang syafa’at.
(Shahih Bukhari no. 3340)

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِي بِشْرٍ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَ أَهْلَهُ الْأُدُمَ فَقَالُوا مَا عِنْدَنَا إِلَّا خَلٌّ فَدَعَا بِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ بِهِ وَيَقُولُ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya; Telah mengabarkan kepada kami Abu 'Awaanah dari Abu Bisyr dari Abu Sufyaan dari Jaabir bin 'Abdullah,

"Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada istrinya-istrinya mengenai lauk, lalu mereka menjawab; "Kita tidak punya apa-apa selain cuka." Beliau menyuruh diambilkan kemudian beliau makan dengan cuka tersebut sambil bersabda: 'Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka."
(Shahih Muslim no. 2052)

Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan hadits di atas,

وَفِيهِ اِسْتِحْبَاب الْحَدِيث عَلَى الْأَكْل تَأْنِيسًا لِلْآكِلِينَ

"Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk berbicara ketika makan, untuk membuat suasana akrab bagi orang-orang yang ikut makan."
(Syarh Shahih Muslim, 7/14)

Berdasarkan hadits ini, para ulama menganjurkan untuk berbicara ketika makan. Terutama pembicaraan yang isinya pujian terhadap makanan dan pujian kepada Allah yang memberi makan.

Al Hafizh Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Beliau shallallahu’alaihi wasallam berbicara saat makan sebagaimana hadits cuka di atas, juga disaat beliau berkata kepada anak tiri beliau Umar bin Abu Salamah yang saat itu tengah makan bersama-sama beliau, “Bacalah bismillah dan makanlah dari yang terdekat.”
(Zadul Ma’aad, 2/366)

Imam Ibnul Muflih menyebutkan keterangan Imam Ishaq bin Ibrahim,

تعشيت مرة أنا وأبو عبد الله وقرابة له فجعلنا لا نتكلم وهو يأكل ويقول الحمد لله وبسم الله، ثم قال أكل وحمد خير من أكل وصمت ولم أجد عن أحمد خلاف هذه الرواية صريحا ولم أجدها في كلام أكثر الأصحاب، والظاهر أن أحمد – رحمه الله – اتبع الأثر في ذلك فإن من طريقته وعادته تحري الاتباع

“Suatu ketika aku makan malam bersama Abu Abdillah yaitu Imam Ahmad bin Hanbal ditambah satu kerabat beliau. Ketika makan kami sedikit pun tidak berbicara sedangkan Imam Ahmad makan sambil mengatakan alhamdulillah dan bismillah setelah itu beliau mengatakan,

“Makan sambil memuji Allah itu lebih baik daripada makan sambil diam.” Tidak aku dapatkan pendapat lain dari Imam Ahmad yang secara tegas menyelisihi nukilan ini. Demikian juga tidak aku temukan dalam pendapat mayoritas ulama pengikut Imam Ahmad yang menyelisihi pendapat beliau di atas. Kemungkinan besar Imam Ahmad berbuat demikian karena mengikuti dalil, sebab di antara kebiasaan beliau adalah berupaya semaksimal mungkin untuk sesuai dengan dalil.”
(Adab Syariyyah, 3/177)

Keterangan yang lain disampaikan Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Adzkar,

بابُ استحباب الكَلامِ على الطَّعام. فيه حديث جابر الذي قدَّمناه في ” باب مدح الطعام “.قال الإِمام أبو حامد الغزالي في ” الإِحياء ” من آداب الطعام أن يتحدَّثوا في حال أكله بالمعروف، ويتحدّثوا بحكايات الصالحين في الأطعمة وغيرها

“Dianjurkan berbicara ketika makan. Berkenaan dengan ini terdapat sebuah hadits yang dibawakan oleh Jabir radhiyallahu ‘anhu sebagaimana yang telah kami kemukakan dalam sub “Bab memuji makanan”. Imam Abu Hamid Al-Ghazali dalam kitab Al-Ihya mengatakan bahwa termasuk etika makan ialah membicarakan hal-hal yang baik sambil makan, membicarakan kisah orang-orang yang shalih dalam makanan.”
(Al-Adzkar, hlm. 234)

Pembicaraan ketika makan adalah pembicaraan yang baik, untuk menghormati tamu, ramah tamah agar suasana cair. Adapun pembicaraan yang membutuhkan konsentrasi pikiran yang tinggi hendaknya tidak dilakukan ketika makan. Sebagaimana hal ini pernah dinasehatkan Syaikh Muhammad Al Amiin Asy Syinqithi dimana beliau tidak suka diajukan pertanyaan dan permasalahan lain yang berkaitan dengan masalah ilmu saat beliau makan. Beliau berkata,

ليس هذا وقته !
“Bukan waktunya bicara tentang hal ini.”

Suatu hari Syaikh Utsaimin rahimahullah ditanya tentang suatu permasalahan sementara beliau sedang makan. Beliau menjawab dengan candaan,

الواحد منكم يسأل سؤالا في دقيقة وجوابه يحتاج إلى ربع ساعة ، ثم يستمر السائل في الأكل ويدع الشيخ يجيب وما عليه لو أن الشيخ ظل يجيب عن الأسئلة إلى أن ينفد الطعام .

“Salah seorang diantara kalian bertanya suatu masalah hanya dalam hitungan satu menit sementara jawaban soal tersebut membutuhkan waktu seperempat jam. Lalu si penanya tetap melanjutkan acara makannya sementara si Syaikh meninggalkan makanannya untuk menjawab soal. Apa jadinya jika Syaikh tersebut tetap melanjutkan penjelasannya hingga kehabisan makanan? “
(http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=42636).

Allahu a’lam. Allahumma shalli wasallim wabaarik’ala Nabiyyina Muhammad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar