Minggu, 07 Maret 2021

HADITS DHAIF Tentang Mengepalkan Kedua Tangan Ketika Akan Berdiri Dalam Shalat [ Al-‘Ajn ]

1. Hadits ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma :
 
أَنَّ رسَوُلْ َاللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَامَ فِي صَلاَتِهِ وَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى الْأَرْضِ كَمَا يَضَعُ الْعَاجِنُ
 
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam jika beliau (hendak) berdiri dalam shalatnya, beliau meletakkan kedua tangannya di atas bumi sebagaimana yang dilakukan oleh al-‘ajin (orang yang melakukan ‘ajn)”.
 
Hadits ini disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Talkhish Al-Habir (1/466) dan Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu’ (3/421).
 
Imam An Nawawi rahimahullah mengatakan : 
 
فهو حديث ضعيف أو باطل لا أصل له
 
"Hadits ini dha'if, atau bathil, tidak ada dasarnya."
(Al Majmu' Syarh Al Muhadzdzab, 3/442)
 
Imam Ibnush Shalah rahimahullah mengatakan : 
 
هَذَا الْحَدِيثُ لَا يَصِحُّ وَلَا يُعْرَفُ وَلَا يَجُوزُ أَنْ يُحْتَجَّ بِهِ
 
"Hadits ini tidak Shahih, tidak dikenal, dan tidak boleh berhujjah dengannya."
(Talkhish Al Habir, 1/625-626)
 
Imam Ar Ramliy rahimahullah juga mengatakan : 
"Dha'if atau bathil."
(Nihaayatul Muhtaj, 1/549)
 
2. Berkata Al-Azraq bin Qais rahimahullah :
 
رَأَيْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ وَهُوَ يَعْجِنُ فِي الصَّلاَةِ, يَعْتَمِدُ عَلَى يَدَيْهِ إِذَا قَامَ. فَقُلْتُ : مَا هَذَا يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ؟ قَالَ : رَأَيْتُ رسَوُلْ َاللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ يَعْجِنُ فِي الصَّلاَةِ, يَعْنِي اعْتَمَدَ
 
“Saya melihat ‘Abdullah bin ‘Umar dalam keadaan melakukan ‘ajn dalam shalat, i’timad di atas kedua tangannya bila beliau berdiri. Maka saya bertanya : “Apa ini wahai Abu ‘Abdirrahman?”, beliau berkata : “Saya melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam melakukan ‘ajn dalam shalat –yaitu beri’timad (bertumpu dengan kedua tangannya)-”.
 
Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam Al-Awsath (4/213/4007) dan Abu Ishaq Al-Harbi dalam Gharibul Hadits (5/98/1).
 
Sebagaimana dalam Adh-Dha’ifah no. 967 dari jalan Yunus bin Bukair dari Al-Haitsam dari ‘Athiyah bin Qais dari Al-Azraq bin Qais.
 
Al-Haitsam di sini adalah Al-Haitsam bin ‘Imran Ad-Dimasyqiy, meriwayatkan darinya 5 orang dan tidak ada yang mentsiqahkannya kecuali Ibnu Hibban sebagaimana bisa dilihat dalam Ats-Tsiqat (2/296) dan Al-Jarh wat Ta’dil (4/2/82-83). 
 
Para ulama berbeda pendapat tentang kedudukan rawi yang seperti ini sifatnya dan yang benar di sisi kami –wal ‘ilmu ‘indallah- bahwa rawi yang seperti ini dihukumi sebagai rawi yang majhul hal (tidak diketahui keadaannya) yang membuat haditsnya tidak bisa diterima.
 
Hadits ini juga bisa dihukumi sebagai hadits yang mungkar dari dua sisi :
 
1. Al-Haitsam ini menyelisihi Hammad bin Salamah[1] (Haditsnya diriwayatkan oleh Al-Baihaqi: 2/135) –yang beliau ini lebih kuat hafalannya- dan juga ‘Abdullah bin ‘Umar Al-‘Umariy (Haditsnya diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaq no. 2964 dan 2969), yang keduanya meriwayatkan dari Al-Azraq bin Qais dengan lafazh, “bahwa beliau bertumpu di atas bumi dengan kedua tangan beliau,” tanpa ada tambahan yang menunjukkan bahwa beliau melakukan al-‘ajn (mengepalkan kedua tangannya).
 
2. Hadits ini berisi tentang tuntunan shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam yang setiap hari disaksikan oleh para shahabat dan sekaligus hadits ini merupakan ‘umdah (pokok satu-satunya) dalam masalah ini. Maka bisa dikatakan : Kenapa hadits ini bersamaan dengan sangat dibutuhkannya, perkaranya disaksikan setiap hari dan merupakan umdah dalam masalah ini hanya diriwayatkan dari jalan Al-Haitsam dari Al-Azraq dari Ibnu ‘Umar?!. Mana murid-murid senior Ibnu ‘Umar, seperti : Salim (anak beliau), Nafi’ dan lain-lainnya, kenapa mereka tidak meriwayatkan hadits ini dari Ibnu ‘Umar tapi justru diriwayatkan oleh orang yang tingkat kemasyhuran dan hafalannya biasa-biasa saja?!
 
Dan termasuk perkara yang semakin menguatkan lemahnya hadits ini, yaitu bahwa para pengarang kitab hadits terkenal seperti ashhab kutubut tis’ah (Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa`i, Ibnu Majah, Malik, Ahmad dan Ad-Darimi) dan yang lainnya berpaling dari (baca : tidak) meriwayatkan hadits ini bersamaan dengan sangat dibutuhkannya dan isinya adalah suatu perkara yang disaksikan setiap hari. Tapi yang meriwayatkannya adalah Imam Abu Ishaq Al-Harbi dan Ath-Thabarani yang beliau ini terkenal sebagai hathibu lail (pencari kayu bakar di malam hari) yang artinya beliau hanya sekadar mengumpulkan riwayat tanpa menyaring mana yang shahih dan mana yang lemah.
 
Wa fauqa kulli dzi ‘ilmin ‘alim.
 
[1]
أخبرنا أبو النصر بن قتادة أنبأ أبو محمد أحمد بن إسحاق بن شيبان بن البغدادي بهراة أنبأ معاذ بن نجده ثنا كامل بن طلحة ثنا حماد هو بن سلمة عن الأزرق بن قيس قال رأيت بن عمر إذا قام من الركعتين اعتمد على الأرض بيديه فقلت لولده ولجلسائه لعله يفعل هذا من الكبر قالوا لا ولكن هذا يكون
 
Telah mengkhabarkan kepada kami Abun-Nashr bin Qataadah : Telah memberitakan Abu Muhammad Ahmad bin Ishaaq bin Syaibaan bin Al-Baghdaadiy di Hurraah : Telah memberitakan Mu’aadz bin Najdah : Telah menceritakan kepada kami Kaamil bin Thalhah : Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Salamah, dari Al-Azraq bin Qais, ia berkata : 
 
"Aku melihat Ibnu ‘Umar jika berdiri dari dua raka’at bertelekan di bumi dengan dua tangannya. Aku bertanya kepada anaknya dan kawan-kawan duduknya, barangkali beliau (Ibnu 'Umar) melakukannya karena ketuaannya? Mereka menjawab : ‘Tidak, tetapi demikianlah keadaannya.”
(As-Sunananul-Kubraa 2/135. Berkata Syaikh Al-Albani : “Sanad hadits ini jayyid dan rawi-rawinya terpercaya/tsiqaat)
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar