Kamis, 11 Juni 2020

Masuk Surga dan Neraka Hanya Karena Seekor Lalat

Di sebagian kalangan di negeri kita masih saja melestarikan budaya sesajian. Pada waktu tertentu, ada yang menaruh sesaji berupa kepala kerbau. Ada pula yang dengan tumbal yang dilarung di laut atau telaga. Semua ini masih terus lestari. Padahal kalau ditinjau ritual sesaji ini adalah ritual syirik. Kita dapat mengambil pelajaran dari kisah berikut ini. Hanya karena sesajinya berupa seekor lalat, membuat ia masuk neraka. Sebaliknya ada yang enggan untuk sesaji sampai ia dipenggal lehernya, malah membuatnya masuk surga.

عن طارق بن شهاب، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (دخل الجنة رجل في ذباب، ودخل النار رجل في ذباب) قالوا: وكيف ذلك يا رسول الله؟! قال: (مر رجلان على قوم لهم صنم لا يجوزه أحد حتى يقرب له شيئاً، فقالوا لأحدهما قرب قال: ليس عندي شيء أقرب قالوا له: قرب ولو ذباباً، فقرب ذباباً، فخلوا سبيله، فدخل النار، وقالوا للآخر: قرب، فقال: ما كنت لأقرب لأحد شيئاً دون الله عز وجل، فضربوا عنقه فدخل الجنة)

Dari Thaariq bin Syihaab, (beliau menceritakan) bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Ada seorang lelaki yang masuk surga gara-gara seekor lalat dan ada pula lelaki lain yang masuk neraka gara-gara lalat.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab, “Ada dua orang lelaki yang melewati suatu kaum yang memiliki berhala. Tidak ada seorangpun yang diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkurban (memberikan sesaji) sesuatu untuk berhala tersebut. Mereka pun mengatakan kepada salah satu di antara dua lelaki itu, “Berkurbanlah.” Ia pun menjawab, “Aku tidak punya apa-apa untuk dikurbankan.” Mereka mengatakan, “Berkurbanlah, walaupun hanya dengan seekor lalat.” Ia pun berkurban dengan seekor lalat, sehingga mereka pun memperbolehkan dia untuk lewat dan meneruskan perjalanan. Karena sebab itulah, ia masuk neraka. Mereka juga memerintahkan kepada orang yang satunya, “Berkurbanlah.” Ia menjawab, “Tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah ‘azza wa jalla.” Akhirnya, mereka pun memenggal lehernya. Karena itulah, ia masuk surga.”

Keterangan hadits :

Hadits di atas diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf (6/473) no. 33038, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman (5/485) no. 7343, Imam Ahmad dalam Az Zuhd (1/15), juga dalam Hilyatul Auliya (1/203).

Banyak kaum Muslimin keliru mengenai hadits ini, yaitu bahwa hadits ini marfu’ atau disandarkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, padahal hadits ini hanyalah hadits mauquf atau berhenti sampai sahabat, yaitu Salman Al Farisi. Ini karena memang Ibnul Qayyim dalam Adaa wa Ad Dawaa menyebutkannya secara marfu’, beliau juga salah tatkala menyebutkan hadits ini dari Imam Ahmad dalam Musnad-nya. Padahal hadits di atas sebenarnya disebutkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Az Zuhd.

Kekeliruan itu diikuti oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, yang beliau juga menyebutkan hadits ini dalam Kitab Tauhid pada bab Maa Jaa’a Fii Adz Dzabhi Li Ghairillah, demikian pula pensyarahnya dalam Kitab Fathul Majiid.

Syaikh Al Albani juga mengatakan bahwa hadits ini shahih mauquf. Beliau mengatakan :
“Hadits ini sanad rijal-nya kesemuanya tsiqaat (terpercaya) dipakai oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, kecuali Sulaiman bin Maisarah, Ibnu Ma’in mengatakan ‘tsiqah’ sebagaimana dalam Al Jarh Wa At Ta’dil, demikian pula Ibnu Hibban menyebutkannya di dalam ‘Ats Tsiqaat’ (4/310), beliau mengatakan; Ia meriwayatkan dari Thaariq bin Syihaab Al Ahmasiy, beliau salah seorang sahabat, dan darinya pula Al A’mays."
[Silsilatul Ahadits Adh Dhaifah Al Maudhuah, 12/721 no. 5829]

Kekeliruan lain adalah Imam Ahmad menyebutkannya bersumber dari Sulaiman, yang benar adalah dari Salman Al Farisi. Ringkasnya hadits di atas shahih secara mauquf kepada Salman Al Farisi.

Beberapa faedah dari hadits di atas :

1- Hadits di atas menunjukkan bahaya syirik walau pada sesuatu yang dinilai kecil atau remeh.

2- Menyembelih atau berkurban adalah termasuk ibadah, dan ibadah tidak boleh diperuntukkan kepada selain Allah Ta’ala. Allah berfirman :

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Katakanlah (wahai Muhammad); Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam”.
(QS : Al An’aam : 162)

Barangsiapa berkurban dalam rangka bertaqarrub kepada makhluk atau selainnya maka ia telah terjatuh dalam syirik akbar yang mengeluarkannya dari agama.

3- Jika sesaji dengan lalat saja bisa menyebabkan masuk neraka, bagaimana lagi dengan kepala kerbau, atau selain itu?!

4- Hadits tersebut menjadi pelajaran bahwa sesaji yang biasa dilakukan oleh sebagian orang awam di negeri kita adalah suatu kesyirikan.

5- Syirik menyebabkan pelakunya masuk neraka sedangkan tauhid mengantarkan pada surga.

6- Hadits ini menunjukkan bahwa seseorang terkadang terjatuh dalam kesyirikan dan ia tidak menyadarinya.

Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh rahimahullah menjelaskan,

في هذا الحديث التحذير من وقوع في الشرك لأن الإنسان قد يقع فيه و هو لا يدرى أنه من الشرك الذي يوجب النار

“Dalam hadits ini terdapat peringatan keras agar tidak terjerumus dalam kesyirikan, karena manusia terkadang terjerumus dalam kesyirikan padahal ia tidak menyadarinya bahwa itu dapat memasukkan ke dalam neraka.”
(Fathul Majid, hal. 200)

7- Hadits ini juga menunjukkan bahwa orang tersebut meremehkan kesyirikan dan tidak terlalu peduli dengan agama.

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid rahimahullah menjelaskan,

تدل ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﺴﺘﻌﻈﻢ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺸﺮﻙ، ﻭﻟﻢ ﻳﻨﻜﺮﻩ ﺑﻘﻠﺒﻪ، ﺑﻞ ﻓﻌﻠﻪ ﻭﻫﻮ ﺭﺍﺽ ﺑﻪ، ﻭﻣﺜﻞ ﻫﺬﺍ ﻻ ﺷﻚ ﺃﻧﻪ ﻳﻜﻔﺮ

“Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak menganggap besar perkara kesyirikan dan tidak mengingkari dalam hatinya, bahkan ia lakukan dengan ridha. Semisal ini tidak diragukan lagi telah kafir.”
(Fatwa Sual Wal Jawab, no. 280192).

8- Hadits tersebut juga menunjukkan bahayanya dosa walau dianggap sesuatu yang kecil. Anas radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Kalian mengamalkan suatu amalan yang disangka ringan, namun kami yang hidup di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggapnya sebagai suatu petaka yang amat besar.”

9- Hadits di atas menunjukkan bahwa orang yang kemudian masuk neraka itu sebelumnya dalam keadaan Muslim. Ini tersirat dari kata-kata “masuk Neraka karena lalat”. Pada asalnya amalannya adalah amalan ahli Surga, namun ia menjadi ahli Neraka tatkala mengurbankan lalat untuk berhala tersebut. Hal itu juga diperkuat dengan riwayat Baihaqi dalam Syuabul Iman yang mana di dalamnya disebutkan “Dua orang laki-laki Muslim”. Maka hal ini juga menunjukkan bahwa keimanan itu bisa batal dengan amalan di atas, yaitu mengurbankan (menyembelih) bukan untuk Allah Ta’ala.

10- Hendaknya kita sebagai muslim belajar agama karena menunjukkan bahwa kita peduli dengan agama Islam. Sangat penting kita pelajari, mana tauhid dan mana syirik. Bahaya syirik sangat besar yaitu pelaku kesyirikan diancam masuk neraka dan diharamkan masuk surga.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun.”
(QS. Al Maidah: 72)

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.”
(QS. Al Bayyinah : 6)

11- Pelaku kesyirikan tidak akan diampuni oleh Allah jika mati dan belum bertaubat dari kesyirikannya

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
(QS. An Nisa’ : 48)

12- Jenis-jenis kesyirikan cukup banyak, semoga tidak ada di antara kita yang terjerumus di dalamnya sedikitpun.

Semoga kisah di atas membuat kita semakin paham akan bahaya syirik dan pentingnya mengesakan Allah dalam ibadah. Tradisi yang bertentangan dengan ajaran Islam, tentu harus ditinggalkan apalagi jika sampai membuat Allah murka dan membuat kita terjerumus dalam neraka. No way to SYIRIK!

Wallahul muwaffiq



Tidak ada komentar:

Posting Komentar