Jumat, 01 Januari 2021

Status Bibi dalam Mahram

Saya mendengar hadits bahwa bibi itu seperti ibu.. Apa maksudnya? Dan sejauh mana hubungan kita dengan bibi? Mohon pencerahannya.

Jawab :
 
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du.
 
Benar, bahwa bibi kedudukannya sebagaimana ibu. Yang dimaksud bibi di sini adalah bibi dari ibu. Karena bibi ada 2 :
Bibi dari ibu, yang disebut dengan khalah [arab: الْخَالَةُ]
Bibi dari bapak, yang disebut dengan ‘Ammah [arab: العَمَّة]
 
حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ الْعَظِيمِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ نَافِعِ بْنِ عُجَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
خَرَجَ زَيْدُ بْنُ حَارِثَةَ إِلَى مَكَّةَ فَقَدِمَ بِابْنَةِ حَمْزَةَ فَقَالَ جَعْفَرٌ أَنَا آخُذُهَا أَنَا أَحَقُّ بِهَا ابْنَةُ عَمِّي وَعِنْدِي خَالَتُهَا وَإِنَّمَا الْخَالَةُ أُمٌّ فَقَالَ عَلِيٌّ أَنَا أَحَقُّ بِهَا ابْنَةُ عَمِّي وَعِنْدِي ابْنَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ أَحَقُّ بِهَا فَقَالَ زَيْدٌ أَنَا أَحَقُّ بِهَا أَنَا خَرَجْتُ إِلَيْهَا وَسَافَرْتُ وَقَدِمْتُ بِهَا فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ حَدِيثًا قَالَ وَأَمَّا الْجَارِيَةُ فَأَقْضِي بِهَا لِجَعْفَرٍ تَكُونُ مَعَ خَالَتِهَا وَإِنَّمَا الْخَالَةُ أُمٌّ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي فَرْوَةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى بِهَذَا الْخَبَرِ وَلَيْسَ بِتَمَامِهِ قَالَ وَقَضَى بِهَا لِجَعْفَرٍ وَقَالَ إِنَّ خَالَتَهَا عِنْدَهُ حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ مُوسَى أَنَّ إِسْمَعِيلَ بْنَ جَعْفَرٍ حَدَّثَهُمْ عَنْ إِسْرَائِيلَ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ هَانِئٍ وَهُبَيْرَةَ عَنْ عَلِيٍّ قَالَ لَمَّا خَرَجْنَا مِنْ مَكَّةَ تَبِعَتْنَا بِنْتُ حَمْزَةَ تُنَادِي يَا عَمُّ يَا عَمُّ فَتَنَاوَلَهَا عَلِيٌّ فَأَخَذَ بِيَدِهَا وَقَالَ دُونَكِ بِنْتَ عَمِّكِ فَحَمَلَتْهَا فَقَصَّ الْخَبَرَ قَالَ وَقَالَ جَعْفَرٌ ابْنَةُ عَمِّي وَخَالَتُهَا تَحْتِي فَقَضَى بِهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِخَالَتِهَا وَقَالَ الْخَالَةُ بِمَنْزِلَةِ الْأُمِّ
 
Telah menceritakan kepada kami Al 'Abbaas bin Abdul 'Azhiim; Telah menceritakan kepada kami 'Abdul Malik bin 'Amr; Telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziiz bin Muhammad, dari Yaziid bin Al Haad, dari Muhammad bin Ibraahiim, dari Naafi' bin 'Ujair, dari Ayahnya, dari 'Aliy radhiallahu 'anhu, ia berkata : 
 
"Zaid bin Haaritsah pergi menuju Mekkah dan datang membawa anak wanita Hamzah, kemudian Ja'far berkata; aku akan mengambilnya, aku lebih berhak terhadapnya ia adalah anak pamanku, dan bibinya (dari pihak ibu) adalah istriku, sesungguhnya bibi dari pihak ibu adalah sama dengan seorang ibu. Kemudian 'Aliy berkata; aku lebih berhak terhadapnya, ia adalah anak pamanku dan anak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah istriku, dan ia lebih berhak terhadapnya. Kemudian Zaid berkata; aku lebih berhak terhadapnya, aku keluar dan pergi menuju kepadanya, dan datang membawanya. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu menyebutkan sebuah hadits, beliau bersabda :
 
"Adapun anak itu aku putuskan untuk Ja'far, ia akan bersama bibinya, sesungguhnya bibi dari pihak ibu adalah seperti ibu."
 
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Iisa; Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Abu Farwah, dari 'Abdurrahman bin Abu Laila dengan hadits ini tidak secara sempurna. Ia berkata; dan beliau memutuskan anak tersebut untuk Ja'far, beliau berkata : 
 
"Sesungguhnya bibinya dari pihak ibu adalah istrinya." 
 
Telah menceritakan kepada kami 'Abbad bin Muusa bahwa Isma'il bin Ja'far, ia telah menceritakan kepada mereka dari Isra`il, dari Abu Ishaq, dari Hani` dan Hubairah, dari 'Aliy, ia berkata :
 
"Kami keluar dari Mekkah, dan kami diikuti anak wanita Hamzah, ia memanggil; wahai paman, wahai paman! Kemudian 'Aliy mengambilnya dan menggandeng tangannya. Ia berkata (kepada Fathimah); ambillah anak pamanmu! Kemudian Fathimah menggendongnya. 'Aliy menceritakan hadits ini, ia berkata; Ja'far berkata; ia adalah anak pamanku dan bibinya dari pihak ibu adalah istriku. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memutuskan bahwa anak tersebut adalah menjadi hak bibinya dari pihak ibu, dan beliau berkata; ibu dari pihak ibu adalah seperti ibu."
(HR. Abu Dawud no. 2278 - 2280)
 
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah menjelaskan hadits ini :
"Bibi lebih berhak dalam kebaktian, penghormatan, dan hubungan kekerabatan."
 
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ إِسْرَائِيلَ ح قَالَ و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ وَهُوَ ابْنُ مَدُّوَيْهِ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ إِسْرَائِيلَ وَاللَّفْظُ لِحَدِيثِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ الْهَمْدَانِيِّ عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْخَالَةُ بِمَنْزِلَةِ الْأُمِّ
وَفِي الْحَدِيثِ قِصَّةٌ طَوِيلَةٌ وَهَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ
 
Telah menceritakan kepada kami Sufyaan bin Wakii'; Telah menceritakan kepada kami Bapakku, dari Israa`iil -dalam riwayat lain-; Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad ia adalah Ibnu Madduwaih; Telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin Muusa, dari Israa`iil -lafazh adalah milik haditsnya 'Ubaidullah-, dari Abu Ishaq Al Hamdaaniy, dari Al Barraa` bin 'Aazib, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda : 
 
"Khalah (bibi dari ibu) itu kedudukannya sama dengan seorang ibu." 
 
Hadits ini memiliki kisah yang panjang dan ini merupakan hadits shahih.
(HR. Tirmidzi no. 1826)
 
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ حَفْصٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ
أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَصَبْتُ ذَنْبًا عَظِيمًا فَهَلْ لِي تَوْبَةٌ قَالَ هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ قَالَ لَا قَالَ هَلْ لَكَ مِنْ خَالَةٍ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَبِرَّهَا
وَفِي الْبَاب عَنْ عَلِيٍّ وَالْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ حَفْصٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ وَلَمْ يَذْكُرْ فِيهِ عَنْ ابْنِ عُمَرَ وَهَذَا أَصَحُّ مِنْ حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ حَفْصٍ هُوَ ابْنُ عُمَرَ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ
 
Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib; Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'aawiyah, dari Muhammad bin Suuqah, dari Abu Bakr bin Hafsh, dari Ibnu 'Umar, 
 
"Bahwasanya seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, sungguh, aku telah berbuat dosa besar, apakah aku masih mempunyai kesempatan untuk bertaubat?" beliau balik bertanya: "Apakah kamu masih mempunyai ibu?" Laki-laki itu menjawab, "Tidak." Kemudian beliau bertanya lagi: "Apakah kamu mempunyai bibi?" laki-laki itu menjawab, "Ya." Beliau bersabda: "Kalau begitu, berbaktilah kepadanya." 
 
Hadits semakna juga diriwayatkan dari 'Aliy dan Al Barraa` bin 'Aazib. Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Umar; Telah menceritakan kepada kami Sufyaan bin Uyainah, dari Muhammad bin Suuqah, dari Abu Bakr bin Hafsh, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam semisalnya. Dan di dalamnya ia tidak menyebutkan; Dari Ibnu 'Umar. Dan ini adalah lebih shahih dari haditsnya Abu Mu'aawiyah. Abu Bakr bin Hafsh adalah Ibnu 'Umar bin Sa'd bin Abu Waqash.
(HR. Tirmidzi no. 1827)
 
Hadits ini menunjukkan bahwa berbakti kepada khalah/bibi, memiliki nilai besar dan bisa menjadi kaffarah/penebus dosa.
 
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ وَسُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ الْمَعْنَى قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ
يَا رَسُولَ اللَّهِ كُلُّ صَوَاحِبِي لَهُنَّ كُنًى قَالَ فَاكْتَنِي بِابْنِكِ عَبْدِ اللَّهِ يَعْنِي ابْن اخْتُهَا قَالَ مُسَدَّدٌ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ فَكَانَتْ تُكَنَّى بِأُمِّ عَبْدِ اللَّهِ
قَالَ أَبُو دَاوُد وَهَكَذَا قَالَ قُرَّانُ بْنُ تَمَّامٍ وَمَعْمَرٌ جَمِيعًا عَنْ هِشَامٍ نَحْوَهُ وَرَوَاهُ أَبُو أُسَامَةَ عَنْ هِشَامٍ عَنْ عَبَّادِ بْنِ حَمْزَةَ وَكَذَلِكَ حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ وَمَسْلَمَةُ بْنُ قَعْنَبٍ عَنْ هِشَامٍ كَمَا قَالَ أَبُو أُسَامَةَ
 
Telah menceritakan kepada kami Musaddad dan Sulaimaan bin Harb secara makna, keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Hammaad dari Hisyaam bin 'Urwah, dari Bapaknya, dari 'Aisyah radhiallahu 'anha ia berkata :
 
"Wahai Rasulullah, semua sahabat-sahabatku mempunyai kunyah (julukan)?" beliau menjawab: "Kalau begitu, julukilah dirimu dengan nama anakmu (keponakanmu), 'Abdullah. "Yaitu anak saudara perempuannya (Asma bintu Abu Bakr). Musaddad berkata, "Maksudnya adalah 'Abdullah bin Az Zubair, maka ia diberi julukan Ummu 'Abdullah."
 
Abu Daawud berkata, "Demikianlah yang dikatakan oleh Qurran bin Tammam dan Ma'mar. Semuanya dari Hisyam seperti itu. Abu Usamah meriwayatkannya dari Hisyam, dari Abbad bin Hamzah. Sebagaimana Hammad bin Salamah dan Maslamah bin Qa'nab juga meriwayatkannya dari Hisyam, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Usamah."
(HR. Abu Dawud no. 4970)
 
Batasan Hubungan Bibi dan Keponakan
 
Bibi termasuk mahram bagi seseorang. Sehingga boleh untuk salaman, berduaan dengannya, atau membuka wajahnya di depan keponakannya, seperti yang dilakukan antara ibu dengan putranya.
Hanya saja, yang boleh dibuka adalah bagian anggota tubuh yang umumnya dibuka, seperti kepala sampai leher, hasta, dan sebagian betis. Sehingga, bibi tidak boleh mengenakan baju tipis atau transparan, atau membentuk lekuk tubuh.
 
Warisan Bibi sama dengan Ibu ?
 
Urusan warisan, berbeda dengan masalah kedekatan. Dalam masalah warisan, Allah dan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menetapkan aturannnya. Kita hanya bisa menggunakannya.
Sekalipun bibi kedudukannya sebagaimana ibu dalam hal hak merawat dan kebaktian, namun warisan bibi berbeda dengan warisan ibu.
 
Allahu a’lam
 
 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar