Oleh : Ustadz Muhammad Wasitho Abu Fawaz
Surat Al-Waqi’ah adalah salah satu surat Al-Quran yang dikenal sebagai surat penuh berkah dan memiliki banyak khasiat dan keutamaan yang besar. Oleh karenanya, sebagian kaum muslimin bersemangat menjadikan surat Al-Waqi’ah sebagai surat primadona dan favorit yang dibaca secara rutin pada setiap hari dan malam. Apalagi bagi sebagian orang yang hati dan pikirannya telah dikuasai oleh nafsu dunia, atau menjadi hamba dunia.
Diantara keutamaan dan khasiat membaca surat Al-Waqi’ah yang telah beredar di tengah kaum muslimin melalui media cetak maupun elektronik dan diyakini oleh mereka akan kebenaran dan kedahsyatannya ialah sebagai berikut :
1. Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah, ia akan dicatat tidak tergolong dalam barisan orang-orang yang lalai.
2. Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah, ia tidak akan tertimpa kefakiran atau kemiskinan selama- lamanya.
3. Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah pada malam Jum’at, ia akan dicintai oleh Allah, dicintai oleh manusia, tidak melihat kesengsaraan, kefakiran, dan penyakit dunia.
4. Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah sebelum tidur, ia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan wajahnya bercahaya seperti bulan purnama.
5. Surat Al-Waqi’ah adalah surat kekayaan.
6. Dan keutamaan-keutamaan lainnya.
Namun sayangnya, keutamaan-keutamaan dan khasiat membaca surat Al-Waqi’ah tersebut dijelaskan di dalam hadits-hadits yang derajatnya TIDAK SHAHIH dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Sebagian hadits-hadits tersebut derajatnya DHA’IF (Lemah) dan sebagian lainnya PALSU.
Berikut ini kami akan sebutkan beberapa contoh hadits yang menjelaskan tentang keutamaan dan khasiat membaca surat Al-Waqi’ah beserta penjelasan para ulama hadits tentang sisi cacatnya.
HADITS PERTAMA
Imam Ad-Dailami rahimahullah meriwayatkan dari jalan Ahmad bin 'Umar Al-Yamami dengan sanadnya hingga 'Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, (bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda) :
من قرأ سورة الواقعة كل ليلة لم تصبه فاقة أبدا، ومن قرأ كل ليلة {لا أقسم بيوم القيامة} لقي الله يوم القيامة ووجهه في صورة القمر ليلة البدر
“Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah setiap malam maka dia tidak akan ditimpa kemiskinan selamanya. Dan barangsiapa setiap malam membaca Surat Al-Qiyamah, maka dia akan berjumpa dengan Allah pada hari Kiamat sedangkan wajahnya bersinar layaknya rembulan di malam purnama.”
(Dikeluarkan oleh Ad-Dailami dari jalan Ahmad bin 'Umar Al Yamami dengan sanadnya sampai Ibnu ‘Abbas radhiallahu ’anhuma, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu ‘Iraqi di dalam kitab Tanzih Asy-Syari’ah Al-Marfu’ah ‘an Al-Akhbar Asy-Syani’ah Al-Maudhu’ah 1/301, dan disebutkan oleh Al Imam As-Suyuthi dalam Dzailul Ahadits Al-Maudhu’ah no. 177)
DERAJAT HADITS :
Hadits ini derajatnya Maudhu’ (PALSU), karena di dalam sanadnya ada seorang perawi Pemalsu hadits yang bernama Ahmad bin 'Umar Al-Yamami.
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata : “Ahmad bin 'Umar Al-Yamami adalah seorang perawi hadits yang pendusta.”
Dan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah menilai hadits ini maudhu’ (PALSU) di dalam kitab Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah wa Al-Maudhu’ah no. 290.
HADITS KEDUA
Abu Asy-Syaikh meriwayatkan dari jalan 'Abdul Quddus bin Habib, dari Al-Hasan, dari Anas secara marfu’ (sanadnya tersambung kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, pent) :
من قرأ سورة الواقعة وتعلمها لم يكتب من الغافلين ، ولم يفتقر هو وأهل بيته
“Barangsiapa membaca surat Al-Waqi’ah dan mempelajari (tafsir)nya, maka ia tidak dicatat (oleh Allah) termasuk orang-orang yang lalai, dan ia sekeluarga tidak akan mengalami kemiskinan.”
(Hadits ini disebutkan oleh Imam As-Suyuthi di dalam Dzail Al-Ahadits Al-Maudhu’ah no. 277)
DERAJAT HADITS :
Hadits ini derajatnya Maudhu’ (PALSU), karena di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama 'Abdul Quddus bin Habib, ia pernah memalsukan hadits, sebagaimana dinyatakan oleh sebagian ulama hadits.
Ibnu Hibban rahimahullah berkata tentangnya : “Dia pernah memalsukan hadits dengan mengatasnamakan para perawi yang tsiqah (terpercaya). Oleh karenanya, TIDAK BOLEH mencatat dan meriwayatkan hadits darinya.”
(Lihat Al-Majruhin, 2/131)
Imam Adz-Dzahabi menyebutkan perkataan Abdur-Razzaq tentangnya :
“Aku tidak pernah melihat ('Abdullah) bin Al-Mubarak memberikan penilaian Kadzdzaab (seorang pendusta) dengan jelas kecuali kepada 'Abdul Quddus (bin Habib).”
(Lihat Mizan Al-I’tidal, 2/643, no. 5156)
HADITS KETIGA
Diriwayatkan dari 'Abdullah bin Wahb, ia berkata; Telah menceritakan kepadaku As-Sariy bin Yahya, ia berkata; Bahwa Syuja’ (Abu Syuja’) menceritakan kepadanya dari Abu Thayyibah (Abu Zhabiyyah), dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata; Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
من قرأ سورة الواقعة في كل ليلة لم تصبه فاقة
“Barangsiapa membaca surat Al Waqi’ah setiap malam, maka dia tidak akan tertimpa kemiskinan.”
(Dikeluarkan oleh Ibnu Al-Jauzi rahimahullah di dalam kitab Al-‘Ilal Al-Mutanahiyyah fi Al-Ahadits Al-Wahiyah, 1/112, no. 151)
HADITS KEEMPAT
Al-Harits bin Abu Usamah berkata; Telah menceritakan kepada kami Al-'Abbas bin Al-Fadhl, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami As-Sariy bin Yahya, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Syuja’ (Abu Syuja’), dari Abu Thayyibah, dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
من قرأ سورة الواقعة في كل ليلة لم تصبه فاقة أبدا
“Barangsiapa membaca surat Al-Waqi’ah setiap malam, maka dia tidak akan tertimpa kemiskinan selamanya.”
(Dikeluarkan oleh Al-Harits bin Abu Usamah di dalam Musnadnya 2/729 no. 721. Dikeluarkan pula oleh Ibnu Sunniy di dalam kitab ‘Amal Al-Yaumi wal Lailah, no. 680. Dikeluarkan juga oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 2/491 no. 2499, dan selainnya. Semuanya berasal dari jalan Abu Syuja’ dari Abu Thayyibah dari 'Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu)
HADITS KELIMA
Imam Al-Baihaqi berkata; Telah memberitahukan kepada kami Abul Husain bin Al-Fadhl Al-Qaththan, ia berkata; Telah mengkhabarkan kepada kami 'Abdullah bin Ja’far, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Sufyan, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Al-Hajjaj, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami As-Sariy bin Yahya Asy-Syaibani Abul Haitsam, dari Syuja’, dari Abu Fathimah, ia berkata :
أن عثمان بن عفان – رضى الله عنه – عاد ابن مسعود فى مرضه فقال : ما تشتكي ؟ قال : ذنوني قال : فما تشتهي ؟ قال : رحمة ربى قال : ألا ندعوا لك الطبيب ؟ قال : الطبيب أمرضنى قال : ألا آمر لك بعطائك ؟ قال : منعتنيه قبل اليوم ، فلا حاجة لى فيه قال : فدعه لأهلك وعيالك قال : إنى قد علمتهم شيئا إذا قالوه لم يفتقروا ، سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ( من قرأ الواقعة كل ليلة لم يفتقر
“Bahwa 'Utsmaan bin 'Affaan radhiyallahu 'anhu pernah menjenguk 'Abdullah (bin Mas’ud) ketika ia menderita sakit, lalu 'Utsmaan bin ‘Affaan bertanya: “Apa yang kau rasakan?” 'Abdullah berkata, ”Dosa-dosaku.” 'Utsmaan bertanya: ”Apa yang engkau inginkan?” 'Abdullah menjawab: ”Rahmat Tuhanku.” 'Utsmaan berkata: ”Apakah aku datangkan dokter untukmu.”. 'Abdullah menjawab: ”Dokter membuatku sakit.” 'Utsmaan berkata: ”Apakah aku datangkan kepadamu pemberian (harta) ?” 'Abdullah menjawab: ”Aku tidak membutuhkannya.” 'Utsmaan berkata: ”(Mungkin) harta itu engkau berikan kepada istri dan anak-anakmu (sepeninggalmu, pent).” 'Abdullah menjawab: ”Sesungguhnya aku telah mengajarkan kepada keluargaku suatu (bacaan) yang apabila mereka membacanya niscaya mereka tidak akan mengalami kemiskinan. Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
”Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah pada setiap malam maka dirinya tidak akan ditimpa kemiskinan (selama-lamanya, pent).”
(Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam kitab Syu’ab Al-Iman)
DERAJAT HADITS KETIGA, KEEMPAT DAN KELIMA:
Hadits-hadits ini derajatnya DHA’IF (Lemah), karena di dalam sanadnya ada seorang perawi DHA’IF (Lemah), yaitu Syuja’ (atau Abu Syuja’).
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata :
”Abu Syuja’ adalah seorang yang majhul (tidak dikenal jati dirinya dan tidak diketahui kredibilitasnya). Demikian juga ia meriwayatkan dari Abu Thayyibah, siapa Abu Thayyibah itu?” (maksudnya dia adalah perawi yang tidak dikenal juga).
SEBAB DHA’IFNYA HADITS KETIGA, KEEMPAT DAN KELIMA :
Hadits-hadits ini dinilai derajatnya DHA’IF (Lemah) oleh para ulama hadits karena memiliki beberapa cacat dari beberapa sisi, yaitu :
Pertama, sanadnya terputus sebagaimana yang dijelaskan Ad-Daruquthni, Ibnu Abi Hatim dalam ‘Ilal-nya yang dinukil dari Bapaknya.
Kedua, terjadi kemungkaran dalam matannya sebagaimana yang dijelaskan Imam Ahmad.
Ketiga, para perawinya berstatus lemah sebagaimana yang disebutkan Ibnul Jauzi.
Keempat, terjadi kekacauan dalam pembacaan nama perawi.
Beberapa ulama telah bersepakat dalam melemahkan hadits ini di antaranya: Imam Ahmad, Abu Hatim dan anaknya, Ad-Daaruquthni, Al-Baihaqi, dan Ibnul Jauzi. Pada ringkasnya, hadits ini memiliki cacat sehingga menjadi tidak shahih.
Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Baz rahimahullah pernah ditanya :
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah pada setiap malam, maka ia tidak akan tertimpa kemiskinan selamanya.” Apa makna kalimat Al-Faaqah (kemiskinan tsb)? Apakah hadits ini shahih?”
Beliau menjawab :
“Hadits ini tidak kami ketahui memiliki jalur yang shahih, kami tidak mengetahui ia memiliki jalur yang shahih. Maka tidak boleh menyandarkan kepadanya. Tetapi hendaknya ia membaca Al-Qur’an untuk mendalami (ajaran) agama Islam dan memperoleh kebaikan. Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
“Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafaat kepada para ahlinya (maksudnya, orang2 yang rajin membaca, mempelajari, menghafal dan mengamalkan hukum2nya, pent).”
(HR. Muslim)
Dan beliau bersabda pula: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka ia mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan tersebut dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat.” Maka hendaknya seseorang (muslim/ah) membaca Al-Qur’an (dengan niat dan tujuan) agar memperoleh keutamaan membacanya dan mendapat kebaikan (pahala), bukan untuk mendapatkan kekayaan dunia.” selesai.
Demikian beberapa hadits Dha’if dan Palsu yang menerangkan tentang keutamaan dan khasiat membaca surat Al-Waqi’ah yang dapat kami sebutkan. Semoga Allah melindungi kita semua dari bahaya hadits dha’if dan palsu dalam menjalankan ajaran agama-Nya yang haq ini.
آمين يا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar